Pengoperasian 2 Pabrik Chandra Asri Bakal Tekan Ketergantungan Impor Methanol

PT Chandra Asri Petrochemical Tbk telah mulai mengoperasikan kedua unit pabrik MTBE dan B1 yang pertama kalinya ada di Indonesia.

oleh Liputan6.com diperbarui 07 Sep 2020, 22:05 WIB
PT Chandra Asri Petrochemical Tbk.

Liputan6.com, Jakarta - PT Chandra Asri Petrochemical Tbk telah mulai mengoperasikan kedua unit pabrik MTBE dan B1 yang pertama kalinya ada di Indonesia.

Konstruksi kedua pabrik berhasil diselesaikan sesuai jadwal walaupun di tengah masa pandemi, demi tetap mendukung target pemerintah Indonesia untuk mensubstitusi impor melalui program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) yang diusung oleh Kementerian Perindustrian.

“Prioritas utama kami adalah mendukung pemerintah dan industri dalam negeri dalam mengurangi ketergantungan impor. Dengan beroperasinya pabrik baru ini, kami berharap tujuan pemerintah mengurangi impor sampai 35 persen di tahun 2022 dapat tercapai," ungkap Presiden Direktur Chandra Asri, Erwin Ciputra dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (7/9/2020). 

Konstruksi pabrik MTBE dan B1 milik Chandra Asri ini dilakukan oleh Toyo Engineering Corporation (TOYO) and PT Inti Karya Persada Tehnik (IKPT) semenjak tahun 2018.

“Kami menyampaikan terima kasih kepada Toyo dan IKPT karena berhasil menyelesaikan konstruksi ini semasa pandemi, sehingga operasional pabrik dapat dimulai sesuai rencana kami,” tambah Erwin Ciputra.

Kedua pabrik Chandra Asri ini juga merupakan pabrik pertama di Indonesia yang menggunakan Lummus Technology, salah satu teknologi processing pabrik petrokimia paling mutakhir di dunia.

Berdasarkan data dari Kementerian Perindustrian tahun 2018, Indonesia masih mengimpor produk kimia methanol, termasuk turunannya yaitu MTBE maupun B1, senilai Rp 174 triliun. Selama ini, impor produk methanol dan turunannya di Indonesia berasal dari negara beberapa negara.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Tekan Impor Petrokimia, Pertamina Teken Kerja Sama dengan Chandra Asri

Perjanjian Kerja Sama Pengembangan Bisnis Petrokimia Nasional dengan Chandra Asri, di Gedung Utama PT Pertamina, Jl Medan Merdeka Timur No 1 A, Jakarta Pusat, Selasa (25/8).

PT Pertamina (Persero) melalui PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) melakukan penandatanganan perjanjian dengan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk lewat Head of Agreement (HoA) terkait kerja sama bisnis petrokimia di Indonesia. Melalui kerja sama ini, diharapkan dapat menekan impor petrokimia dan mengembangkan bisnis petrokimia di dalam negeri.

Penandatanganan HoA antara Pertamina dengan Chandra Asri Petrochemical tersebut berlangsung di Gedung Utama PT Pertamina, Jalan Medan Merdeka Timur No 1 A, Jakarta Pusat, Selasa (25/8/2020). Penandatanganan HoA ini dilakukan oleh Direktur Utama PT KPI Ignatius Tallulembang dan Presiden Direktur PT Chandra Asri Petrochemical Erwin Ciputra.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, dokumen yang ditandatangani terkait dengan komitmen untuk kajian bersama dalam sinergi proyek petrokimia antar kedua perusahaan. Tujuan dari HoA ini untuk memenuhi kebutuhan petrokimia dalam negeri yang saat ini masih diimpor dalam jumlah yang tinggi (defisit), sehingga peluang bisnis petrokiomia dalam negeri dinilai sangat berpotensi untuk dikembangkan.

“Pada tahun 2019 lalu, waktu itu kita melakukan penjajakan secara umum untuk melihat potensi kerja sama, melihat peluang pengembangan petrochemical dalam rangka menurunkan impor. Hal tersebut sesuai dengan arahan Bapak Presiden dan kebijakan pemerintah untuk mendorong pembangunan pabrik yang menghasilkan import subtitution,” ujar Nicke.

Nicke menambahkan, petrokimia merupakan salah satu pengembangan bisnis dan mitigasi jangka panjang. Bahkan, Nicke mengatakan petrokimia akan menjadi bisnis masa depan bagi kedua perusahaan.

“Saat ini Pertamina juga menghasilkan beberapa produk yang menjadi bahan baku petrokimia. Maka dirasa tepat jika petrokimia menjadi hilirisasi produk kilang-kilang Pertamina. Di RJPP Pertamina hingga tahun 2026 mendatang, Pertamina akan membangun petrochemical plant yang diintegrasikan dengan kilang-kilang Pertamina. Inilah waktu yang tepat untuk bersinergi karena musuh bersama adalah bagaimana caranya melawan ketergantungan terhadap Impor. Karena itu, semua pihak perlu bersinergi agar Indonesia bisa lebih mandiri,” ujarnya.


Kembangkan Kilang Petrokimia

Kilang RU III Pertamina Palembang (Dok. Humas Pertamina / Nefri Inge)

Nicke menegaskan, Pertamina bersama dengan Chandra Asri siap untuk mengembangkan kilang petrokimia. Apalagi, Pertamina sudah memiliki kilang yang di-upgrade dengan kemampuan berbasis petrokimia.

“Kita punya RDMP Balikpapan, Balongan, Cilacap, Dumai kita upgrade dan tingkatkan kerja sama hulu dan hilir. Kemudian agar bagaimana produk petrokimia di Indonesia bisa kompetitif dan bisa masuk dan leading di Asia itu tugas kita Bersama,” katanya.

“Semoga apa yang kita tandatangani hari ini menjadi suatu keberkahan bagi kita dan bangsa Indonesia. Yang akan kita jalani bukan bisnis semata, tapi tanggung jawab kepada bangsa dan negara untuk bebaskan ketergantungan impor,” kata Nicke.

Sementara itu, Komisaris PT Chandra Asri Petrochemical Tbk Agus Salim Pengestu mengaku senang dengan adanya kerja sama dengan Pertamina dalam bisnis petrokimia. Dengan adanya kerja sama ini, diharapkan industri petrokimia di Indonesia semakin maju.

“Setelah ini kita dapat mulai studi kelayakan. Selain itu, ada banyak opportunity eksplorasi bisnis petrokimia dalam negeri maupun Asia. Kami yakin bahwa potensi kerja sama di antara kedua pihak masih luas. Proyek-proyek dalam HoA ini hanya langkah awal saja. Marilah Kita berupaya mencapai kesepakatan dan bekerja sama demi kemajuan negara tercinta ini," jelas Agus Salim.

Sebelumnya, Pertamina dan Chandra Asri Petrochemical telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) pada 1 Oktober 2019 untuk menjalin sinergi bisnis petrokimia nasional. Hal ini didasari tingginya kebutuhan petrokimia di dalam negeri yang saat ini masih diimpor dalam jumlah yang tinggi (defisit).  

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya