Mengintip Bisnis Ternak Kambing di Cilacap Beromzet Miliaran

Keberhasilan kelompok ternak kambing itu juga tak lepas dari pendampingan sejumlah pihak, termasuk pemerintah. Salah satunya Kementerian Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (Kemenkop UKM)

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 08 Sep 2020, 13:13 WIB
Kambing unggul jenis Saanen, di kelompok dampingan Kemenkop UKM, Kelompok Ternak Akar Rumput, Cilacap. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Cilacap - Pandemi Covid-19 berdampak nyaris ke semua sektor. Sebagian mampu bertahan, lainnya tumbang. Namun, ternyata ada pula yang berhasil menyulap musibah wabah penyakit ini menjadi berkah. Salah satunya, Kelompok Ternak Akar Rumput, Cilacap, Jawa Tengah, yang fokus beternak kambing jenis unggul.

Kelompok Ternak Akar Rumput berada di Desa Tayem Timur, Kecamatan Karangpucung. Desa ini berimpitan langsung dengan kawasan hutan yang kaya sumber pakan ternak. Dari tempat ini, berkembang sebuah kelompok yang semula hanya memiliki ternak dengan populasi belasan ekor menjadi ribuan ekor.

Terkini, jumlah anggota mencapai 200 orang lebih dengan populasi lebih dari 2.500 ekor kambing jenis unggul, meliputi Saanen, Sapera, dan Etawa.

Hebatnya, saat usaha lainnya tiarap, kelompok ternak ini justru mengalami peningkatan omzet harian dan bulanan yang cukup signifikan. Penjualan susu misalnya, naik kisaran 50-60 persen dibanding kondisi normal. Pun, dengan penjualan bibit ternak.

Omzet bulanan yang biasanya hanya berkisar Rp120-an juta kini meningkat menjadi Rp150-180 juta. Adapun nilai ternak milik para anggota yang bergabung dalam kelompok ini mencapai Rp9 miliar.

Kelompok ini menerapkan sistem peternakan modern, dengan kunci bibit kambing unggul, tata kelola pemeliharan, jaringan pemasaran, ragam produk, dan tentu saja komitmen anggota.

Keberhasilan kelompok ternak kambing itu juga tak lepas dari pendampingan sejumlah pihak, termasuk pemerintah. Salah satunya Kementerian Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (Kemenkop UKM).

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:


Mengintip Peluang di Tengah Pandemi

Susu kambing dihargai lebih tinggi dibanding susu sapi lantaran dinilai lebih sehat dan bernutrisi tinggi. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Staf Khusus Menteri Bidang Hukum, Pengawasan Koperasi dan Pembiayaan Kementerian Koperasi dan UKM, Agus Santoso mengatakan Kelompok Ternak Akar Rumput berhasil menerapkan sistem peternakan modern sehingga mampu bertahan dan bahkan memanfaatkan pandemi menjadi peluang untuk lebih gencar memasarkan produknya.

Dia menjelaskan, kelompok ini memiliki dua produk utama. Yakni, bibit kambing jenis unggul dan susu kambing. Kedua produk itu sama-sama bernilai ekonomi tinggi. Selain itu, ada pula produk turunan, seperti pupuk organik, pakan ternak, dan biogas.

“Susu itu untuk biaya operasional harian. Nanti, bibit kambingnya akan dijual dalam usia tiga bulanan dengan harga tinggi. Yang tidak masuk klasifikasi pejantan bagus, nantinya dipelihara untuk keperluan hewan kurban. Itu nanti harga juga bagus karena kambingnya besar dan gagah,” ucapnya, Minggu (6/9/2020).

Agus sendiri menitipkan kambing ras Saanen di kelompok ini, dengan sistem bagi hasil atau dalam bahasa lokal disebut paro. Semula berjumlah 20 ekor, kini jumlahnya lebih dari 40 ekor. Beberapa betina lainnya, juga sudah bunting dan tinggal menunggu hari kelahiran.

Dari jumlah itu, ada empat Saanen strain murni, alias impor. Kambing khas Swiss ini didatangkan dari peternakan Australia. Keempatnya bakal menjadi indukan yang menurunkan anakan-anakan berkualitas.

“Jadi memang kalau sudah sampai tiga anakan, lebih baik pejantannya diganti dengan yang murni. Itu untuk menghindari inbreeding atau kawin sedarah,” ujarnya.

 


Pendampingan Kemenkop UKM

Stafsus Menkop UKM, Agus Santoso memberikan wejangan kepada anggota Kelompok Ternak Akar Rumput, Cilacap, Minggu (6/9/2020). (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Melihat perkembangan ini, Agus juga mendorong agar Kelompok Tani Akar Rumput menaikkan kelas dari yang semula hanya kelompok ternak, meningkat berbadan hukum koperasi. Terlebih, kini Kemenkop UKM tengah mendorong agar koperasi-koperasi Indonesia berperan fundamental membangun ekonomi Indonesia.

Dalam waktu dekat, pihaknya juga akan memfasilitasi pendirian koperasi sekunder yang mewadahi koperasi-koperasi di Banyumas, Cilacap dan sekitarnya. Masing-masing koperasi anggota disyaratkan adalah koperasi produksi, mewakili klaster produk tertentu.

Koperasi ini akan berfungsi sebagai wadah untuk kerja sama antar koperasi. Kerja sama dalam sebuah lembaga ini akan memacu percepatan perkembangan sebuah koperasi. Sementara ini, sudah ada sejumlah koperasi di Banyumas yang berkomitmen untuk terlibat dalam koperasi ini.

“Anggotanya nanti ada koperasi ternak, beras, ternak lebah, gula kelapa, gula semut, dan lain sebagainya. Ini akan menjadi sebuah cangkang, wadah, untuk bisnis yang lebih besar. Lebih konsentrasi ke koperasi produk, simpan pinjam nanti hanya jadi unit saja,” Agus menjelaskan.

Dalam jangka panjang, koperasi juga bisa memanfaatkan dana bergulir Kemenkop UKM melalui program BLU, yakni Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) bernilai Rp5 miliar. Bahkan, koperasi yang likuid bakal memperoleh pendanaan bergulir dengan nilai maksimal Rp50 miliar.

 


Pengembangan Bisnis Kelompok Ternak Akar Rumput

Staf Khusus Menteri Bidang Hukum, Pengawasan Koperasi dan Pembiayaan Kementerian Koperasi dan UKM, Agus Santoso memperlihatkan pejantan Saanen murni di kandang ternak Akar Rumput, Cilacap. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Pendiri sekaligus Ketua Kelompok Akar Rumput, Puthut Dwi Prasetyo menjelaskan, saat ini Kelompok Ternak Akar Rumput tengah mengajukan izin pendirian koperasi ke Dinas Koperasi dan UMKM Cilacap. Dia sadar, badan hukum penting untuk bisnis berjaringan jangka panjang.

Terlebih kini, Akar Rumput tengah mengembangkan usaha lainnya. Misalnya toko sarana produksi ternak (sapronak) untuk menyuplai kebutuhan anggota dan masyarakat umum. Di toko ini, anggota kelompok dengan mudah memperoleh barang kebutuhan ternak dan peralatan lain dengan harga lebih murah.

Dia menarget tiap anggota Kelompok Akar Rumput memiliki pendapatan minimal Rp3 juta per bulan. Karenanya, di luar produk utama susu dan bibit kambing, kelompoknya memaksimalkan produk lain. Untuk mencapai itu, lebih mudah jika tiap anggota memelihara setidaknya sembilan indukan.

Puthut mengakui, pandemi Covid-19 sempat menyebabkan Kelompok Akar Rumput mengalami krisis, terutama pada Maret 2020, di awal pandemi. Kala itu, pemasaran susu dan bibit ternak tersendat.

Namun, dengan kerja keras anggota, pasar kembali terbuka. Dalam hal ini, lagi-lagi kuncinya adalah jaringan pemasaran. Bagi kelompok ini, rekan, mitra, hingga konsumen adalah aset yang perlu dirawat. Pemasaran juga ditunjang dengan pemanfaatan media sosial.

Tingginya permintaan juga tak lepas dari tren masyarakat di masa pandemi. Tiap orang berlomba mengonsumsi makanan dan minuman bergizi tinggi untuk meningkatkan imunitas tubuh. Dengan sendirinya, susu kambing yang memang dikenal rendah lemak dan kaya asam amino diburu oleh masyarakat.

“Kalau sekarang, perah hari ini maka habis pula hari ini. Bahkan malah kurang,” kata Puthut.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya