Liputan6.com, Jakarta Ada berbagai macam kelainan pada mata yang dapat menyebabkan disabilitas netra. Salah satunya degenerasi makula atau kelainan mata yang menyebabkan penglihatan kabur atau titik buta pada bidang penglihatan.
Kondisi ini umumnya disebabkan pembuluh darah abnormal yang mengeluarkan cairan atau darah ke makula. Makula berada di bagian retina yang bertanggung jawab atas penglihatan sentral. Makula berfungsi sebagai reseptor sinyal cahaya, yang kemudian akan dihantarkan ke otak.
Advertisement
Melansir Klikdokter, kondisi yang juga disebut age related macular degeneration (ARMD) ini merupakan degenerasi makula yang timbul pada usia lebih dari 50 tahun. Penyakit ini ditandai dengan adanya drusen, hiperpigmentasi atau hipopigmentasi, neovaskularisasi (timbulnya pembuluh darah baru), dan perdarahan sub-retina.
Simak Video Berikut Ini:
Dua Jenis Degenerasi Makula
Ada dua jenis degenerasi makula, yaitu degenerasi makula kering dan basah.
Degenerasi makula kering biasanya diawali dengan munculnya penumpukan zat sisa di bawah retina yang disebut drusen. Penumpukan drusen yang semakin banyak akan memengaruhi penglihatan. Jika terus dibiarkan, maka dapat menyebabkan terjadi degenerasi dan menipisnya sel yang berada pada lapisan bagian luar retina.
Sedang, degenerasi makula basah umumnya berkaitan dengan menurunkan kondisi lapisan bagian luar retina. Hal ini terjadi karena tumbuhnya pembuluh darah baru yang rapuh di belakang lapisan makula.
Pembuluh darah rapuh ini cenderung mudah bocor dan mengeluarkan darah atau cairan yang menyebabkan jaringan parut di makula. Degenerasi makula basah bisa memengaruhi penglihatan pusat lebih cepat dari degenerasi makula kering, yaitu dalam hitungan minggu hingga bulan.
Advertisement
Penyebab Degenerasi Makula
Penyebab degenerasi makula masih belum diketahui secara pasti. Namun teori penuaan dan teori kerusakan oksidatif menjadi dua hipotesis yang mencoba menjelaskan proses terjadinya penyakit ini.
Seiring dengan proses penuaan, terdapat penimbunan lipofusin di dalam epitel pigmen. Lipofusin ini menghambat degradasi makromolekul seperti protein dan lemak, dan hasil akhirnya berupa kematian dari sel epitel pigmen retina.
Selain itu, teori kerusakan oksidatif juga berperan pada penyakit ini. Radikal bebas berperan dalam terjadinya stres oksidatif dan menyebabkan kerusakan sel.
Degenerasi makula dapat disebabkan oleh berbagai faktor risiko di antaranya faktor usia, jenis kelamin, faktor herediter atau keturunan, ras, rokok, ekspos sinar matahari, dan nutrisi.
Semakin bertambah usia, maka risiko seorang menderita degenerasi makula semakin besar. Risiko penyakit ini pada usia 75–85 tahun adalah 28 persen, sedangkan ada usia 64–74 tahun hanya 11 persen.
Wanita lebih berisiko terkena degenerasi makula dibandingkan pria. Sebanyak 10–20 persen penderita degenerasi makula mempunyai riwayat keluarga berupa hilangnya penglihatan sentral.
Dari faktor ras, kejadian degenerasi makula lebih sering pada kalangan kulit putih dibandingkan kulit hitam.
Konsumsi rokok juga turut andil, perempuan yang merokok 25 batang per hari memiliki risiko degenerasi makula yang lebih besar dibandingkan perempuan yang berhenti merokok.
Selain itu, ekspos sinar UVA dan UVB meningkatkan risiko kejadian degenerasi makula. Terdapat juga beberapa faktor risiko nutrisi yang berkaitan dengan kejadian degenerasi makula. Diet tinggi karotenoid dapat menurunkan risiko degenerasi makula neovaskuler sampai 43 persen.
Penyakit ini dapat dicegah dengan berhenti merokok, menghindari paparan langsung mata dari sinar ultraviolet dengan menggunakan kacamata surya, tes mata rutin dapat mendeteksi gejala gangguan mata lebih dini, dan pola makan sehat dengan kandungan antioksidan tinggi dan kaya vitamin.