Liputan6.com, Jakarta - Salah satu kepulauan paling cantik di dunia berlokasi di Brasil kembali membuka pintu untuk wisatawan mancanegara. Hanya saja, seperti dilansir laman Lonely Planet, Selasa (8/9/2020), hanya mereka yang sudah pernah dinyatakan positif COVID-19 boleh masuk.
Terletak di pesisir Samudra Atlantik di negara bagian Pernambuco, Fernando de Noronha yang terdiri dari 21 pulau membuka kembali perbatasan pada 1 September setelah lebih dari lima bulan memberlakukan aturan pembatasan wilayah.
Alih-alih meminta calon wisatawan menunjukkan hasil tes negatif COVID-19 seperti kebanyakan destinasi, pemerintah Pernambuco justru meminta bukti pengunjung telah tertular virus corona baru dan sekarang terbukti sembuh.
Baca Juga
Advertisement
Menurut buletin pemerintah setempat, pelancong harus menyerahkan satu dari dua hasil tes RT-PCR positif yang dilakukan lebih dari 20 hari sebelumnya. Bisa juga dengan menyertakan tes serologi positif (lgG) yang menunjukkan adanya antibodi dalam jangka waktu 72 jam keberangkatan.
Dokumen ini dilengkapi bersama pembayaran Biaya Pelestarian Lingkungan negara bagian. Sebagai catatan, pihaknya tak menerima hasil rapid test.
Terhitung sejak awal September 2020, kepulauan di Brasil ini berada di tahap pertama proses pembukaan kembali secara bertahap. Pantai yang sebelumnya hanya dapat diakses hingga pukul 16.00, kini terbuka untuk kelompok hingga sepuluh orang tanpa batasan jam operasional. Makanan serta minuman juga diizinkan dibawa.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Ragam Bisnis yang Mulai Beroperasi Kembali
Di samping perubahan jam buka pantai, restoran, bar, dan kedai makanan ringan pun kembali beroperasi dengan kapasitas 50 persen. Pun dengan transportasi umum, perayaan keagamaan, dan acara olahraga.
Pusat kebugaran, toko, salon kecantikan, dan bisnis sejenis juga sudah kembali membuka pintu mereka. Penggunaan masker yang menutupi hidung dan mulut wajib di jalan umum. Bagi siapa pun yang menunjukkan gejala diminta memberi tahu departemen kesehatan pulau dan mengikuti panduan.
“Kasus infeksi ulang sangat jarang dan sangat bisa diperdebatkan. Ada keraguan,” ujar administrator kepulauan, Guilherme Rocha, menurut laporan The Guardian. “Pemahaman saat ini, seseorang yang pernah menderita penyakit ini kebal. Jadi inilah protokol yang kami ikuti.”
Sementara, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pada Juli bahwa ada beberapa data menunjukkan kekebalan akan virus corona baru berkurang seiring waktu.
Sebuah penelitian di Islandia baru-baru ini yang diterbitkan di New England Journal of Medicine menunjukkan, antibodi virus corona baru dapat tetap berada di dalam tubuh selama empat bulan setelah terinfeksi.
Advertisement