Liputan6.com, Semarang Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia memberikan dampak besar terhadap sektor usaha kecil dan menengah (UKM). Tidak sedikit usaha yang jatuh dan tutup karena tekanan ekonomi yang begitu besar sejak Maret 2020. Namun, di tengah kesulitan ekonomi masih ada pelaku UKM yang pantang menyerah dan terus berusaha untuk membangkitkan usahanya.
Kiat bertahan dan bangkit di masa pandemi itu diperlihatkan oleh beberapa UKM di Jawa Tengah yang disambangi Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo di sela gowesnya bersama istri, Siti Atikoh pada Jumat (4/9/2020) dan Minggu (6/9/2020). Dalam dua hari kegiatan gowes itu, Ganjar setidaknya mengunjungi 4 pelaku UKM yang tersebar di Kota Semarang.
Advertisement
1. UKM Andjani - Optimalkan Penjualan Online
Bisnis UKM Andjani adalah memproduksi tas dari bahan limbah jahit atau kain perca yang dikombinasikan dengan kulit. Sejak pandemi Covid-19 muncul, Novi Sri Rejeki pemilik UKM Andjani di Lamper Tengah, Kota Semarang bercerita kepada Ganjar, kalau penjualannya merosot tajam hingga 40 persen. Bahkan pada bulan April hingga lebaran, Ia sempat merumahkan sejumlah karyawannya. Namun setelah mengoptimalkan penjualan online, bisnis Novi berangsur membaik, karyawan yang sempat dirumahkan pun ditarik kembali untuk bekerja standar protokol kesehatan.
Ganjar mengatakan bahwa pihaknya terus mendorong dan mendamping para UKM yang terdampak untuk dapat meningkatkan penjualannya.
"Maka kemudian ada kemarin gerakan, umpama dengan BI ada pameran virtual berbulan-bulan sampai bulan Desember. Ternyata dari itu dibeli oleh banyak orang. Tentu belum banyak sih kapasitasnya tetapi lumayan," jelas Ganjar.
2. UKM Rajutan Nyonya - Jeli Melihat Pasar
UKM Rajutan Nyonya milik Ratih Setya, awalnya memproduksi karya rajutan berupa tas, dompet, dan taplak meja. Namun setelah ada pandemi UKM ini berinovasi dengan membuat terobosan berupa produksi masker rajut. Sentra UKM yang dirintis dari tahun 2014 ini melibatkan ibu rumah tangga serta lansia.
Inovasi yang dilakukan Ratih karena melihat kebutuhan masyarakat terhadap masker yang meningkat untuk melindungi diri dari risiko tertular virus.
“Karena saya di bidang rajut ya gimana caranya bikin masker dari rajut. Ternyata peminatnya sangat banyak sekali. Sebulan bisa produksi sekitar 200 masker rajut," kata Ratih.
Hasil rajutan miliknya memiliki berbagai macam model dengan memadukan bahan lain seperti kulit, tenun Troso, dan songket. Juga motif-motif seperti flora-fauna, bunga, dan wayang. Ratih mengatakan kunci dapat bertahan di masa pandemi karena selalu berinovasi dan tidak putus asa.
"Kita cari terobosan-terobosan terus dan kita kembangkan,” ujar Ratih.
Inovasi Produk
3. UKM Super Roti - Inovasi Produk
Begitu halnya dengan UKM Super Roti yang berada di Jalan Fatmawati nomor 91, Kota Semarang. UKM dengan produk unggulan Roti Bekatul milik Ismiati ini bisa bertahan karena mempertahankan ciri khas produk unggulan.
Ia juga terus berinovasi dengan mengikuti permintaan konsumen terkait rasa dan varian produk Bekatul lain yang diinginkan.
"Selama pandemi roti bekatul justru naik, kalau yang roti terigu turun. Orang di masa pandemi ini kan mencari apa yang dibutuhkan bukan yang diinginkan karena butuh sehat dan lainnya," ujar Ismiati.
Ismiati juga tidak merumahkan satu pun karyawannya dari total 22 karyawan. Pada kondisi yang sedang sulit ini, Ia justru mengajak untuk bergandengan tangan menghadapi lesunya roda perekonomian. Pilihannya jatuh dengan menginovasi harga jual produk-produk unggulannya menjadi setengah harga biasa.
"Saya bilang ke mereka, ayo kita bergandengan tangan jangan sampai ada pengurangan karyawan karena kondisi sedang sulit. Caranya kita bikin roti dari hati. Kita bikin yang bagus, yang enak, biar konsumen puas dan mencari kita," kata Ismiati yang telah berhasil mencapai pasar internasional untuk produknya.
4. Pabrik Kerupuk - Serap Korban PHK
Di sisi lain, dalam kunjungan Ganjar ke Pabrik Kerupuk Yogi di Jalan Taman Suhada III, Tlogosari, Pedurungan, Semarang, Ganjar menemukan hal yang juga membuatnya terharu dan kagum. Pabrik kerupuk yang tidak terlalu besar itu justru mengalami peningkatan penjualan sebanyak 20 persen selama pandemi ini.
Tidak hanya itu, pabrik kerupuk milik Kasno itu ternyata juga memiliki spirit yang luar biasa. Itu karena mereka mampu menyerap karyawan baru, khususnya mereka yang menjadi korban PHK. Para korban PHK tersebut dipekerjakan sebagai reseller atau pengantar kerupuk ke pasar dan warung-warung.
“Saya terharu, pabrik kerupuk ini menyerap orang-orang yang di-PHK sehingga banyak orang bisa mendapatkan manfaat. Ini sesuatu yang luar biasa gotong royongnya hebat," kata Ganjar sembari melihat para karyawan membuat kerupuk.
Advertisement
5. UKM Anindya Batik - Bikin Masker Batik
Terakhir, UKM Anindya Batik di Jalan Kedungmundu, Semarang, yang dikelola oleh Lisa Farida. UKM ini sempat terjatuh dan berhenti produksi akibat tidak mendapat satupun pesanan baju batik dan 11 pameran dibatalkan hingga bulan Desember. Namun, UKM yang turut melibatkan penyandang disabilitas seperti tuna rungu dan tuna wicara ini akhirnya bangkit setelah berinovasi dengan membuat masker batik secara massal.
“Kami justru buka lapangan pekerjaan karena orderan banyak. Mereka ada yang dari pabrik sepatu dan konveksi yang industrinya tutup yang difabel saya panggil untuk main ke sini. Mereka bilang bisa mengerjakan dan akhirnya ikut ambil kain dikerjakan di rumah,” ujarnya.
Ganjar mengatakan UKM yang Ia kunjungi tersebut merupakan contoh bagaimana usaha kecil menengah bisa bertahan dengan caranya masing-masing.
"Saya sedang cek bagaimana UKM kita bisa survive, bisa jalan, dan mereka masih bisa semangat,” kata Ganjar.
Untuk mendukung para pelaku UKM dan orang-orang yang terlibat di dalam bisnis UKM, Ganjar pun mengajak masyarakat untuk giat membeli produk lokal.
“Ini karya-karya mereka yang perlu kita support, mesti kita beli. Kita beli produk teman kita rame-rame," ajak Ganjar.
(*)