Liputan6.com, Blora - Sebuah video memperlihatkan seorang bayi disebut-sebut di daerah kota Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, viral di media sosial Facebook.
Bayi tersebut diduga belum sempat ditangani dokter karena harus menjalani rapid test terlebih dahulu. Sayang, sebelum ditangani dokter, sang bayi meninggal dunia.
Akun bernama Burhan F-four mengunggah video tersebut ke grup Facebook 'info Gilimanuk bersatu' pada Selasa (8/9/2020) dengan menuliskan keterangan:
"Korban rapit tes.belum sempat di periksa sama dokter karna harus rapit dlu.alhasil tepat tadi pagi jam 05:00 wib tgal 8september 2020 tepatnya di jawa tengah kab.blora kota cepu. keponakan sya meninggal.saya tidak menyalahakan para dokter karna semua sudah takdir tuhan.tp setidaknya para dokter harus bisa lihat kondisi dan situasi.sya memposting ini tidak bermaksut cri sensasi di medsos.harapan sya smoga para dokter indonesia dan menkes bisa liat dan membaca postingan saya ini dan tidak lagi ada korban rapitya allah semoga para ikatan dokter dan mentri kesehatan menghapus rapit sbagai syarat admin dll yaallah.
Smoga tenang di alam sana ndok alika"
Baca Juga Advertisement
Pantauan Liputan6.com, pada Kamis malam sekitar pukul 20.30 WIB, video tersebut telah dibagikan sebanyak 492 kali, mendapat 720 tanggapan dan 106 komentar facebook.
Banyak warganet yang mendoakan bayi yang disebut-sebut bernama Alika itu. Tidak sedikit pula yang menyalahkan aturan atau prosedur terkait rapid test. Berikut beberapa komentarnya:
"Ya allah turut berduka lor semoga husnul khotimah," Zaygoberr Gen.
"Sama kaya anaku dulu muntaber gak di tangani malah Kon ngurus atminitrasinesek Peh neng rumasakit gak gae sandal sangking gupuh," tulis akun @Nur Hadi
"Prosedurnya memang harus begitu..ya mungkin sdh takdir.Semoga arwahnya damai di SisiNYA," tulis akun @Warung Gilimanuk.
"Klo buat aturan gk di pikir pake otakkk," tulis akun @Pur Baya.
"Klau kyk gini gk mau disalah kan..aturan aturan trus...klau rakyt dh geram baru thu...," tulis akun @Mas Mlebu Metu.
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Pernyataan DKK Blora
Mengenai kabar itu, Plt Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Blora, dokter Henny Indriyanti saat dikonfirmasi Liputan6.com mengaku, belum mendapatkan laporan adanya bayi balita yang menjadi korban rapid test di rumah sakit Blora.
"Langsung ke direkturnya aja, saya belum mendapatkan laporan," kata dokter Henny.
Sementara itu, Direktur RSUD dr R Soetijono Blora, dokter Nugroho Adiwarso mengatakan, pihaknya baru mengetahui kabar viral tersebut dan langsung melacak informasi di rumah sakit tentang ada tidaknya bayi balita yang meninggal pagi tadi.
"Di rumah sakit RSUD dr R Soetijono tidak ada, barusan saya lacak. Yang di Cepu coba, saya nggak tahu yang disana," kata Nugroho.
Advertisement
Penjelasan RSUD dr R Soeprapto Cepu
Dihubungi terpisah, Direktur RSUD dr R Soeprapto Cepu, dokter Fatkhur Rokhim mengaku baru saja ditelepon oleh dr Nugroho Adiwarso, terkait kabar viral tersebut.
"Tadi seharian saya di kantor tidak dapat informasi. Ini saya lacak dulu di catatan-catatan UGD," kata Fathur.
Dokter Fatkhur menjelaskan, rapid test memang standarnya dilakukan terlebih dahulu kalau ada pasien yang rawat inap atau masuk UGD. Sementara pasien yang rawat jalan tidak dirapid test.
"Pada dasarnya begitu. Hal itu dilakukan untuk mengurangi risiko-risiko," ucapnya, melalui sambungan selular.