Liputan6.com, Garut - Selain mengubah posisi dan komposisi lambang negara Garuda Pancasila, Paguyuban Kandang Wesi Tunggul Rahayu, di Kampung Cigentur, Desa Cisewu, Kecamatan Cisewu, Garut, Jawa Barat, ternyata menerbitkan uang sendiri.
"Ada dua pecahan mata uang Rp10 ribu dan Rp20 ribu," ujar Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kabupaten Garut, Wahyudijaya, Selasa (8/9/2020).
Advertisement
Menurutnya, upaya perubahan posisi dan komposisi simbol burung garuda pada lambang negara Garuda Pancasila, telah melanggar aturan hukum.
"Lambang negara itu sudah diatur oleh Undang-undang 24 tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara," ujarnya.
Selain itu, penggunaan atribut negara seperti bendera, termasuk menerbitkan mata uang sendiri yang dilakukan paguyuban Kandang Wesi Tunggul Rahayu, melanggar Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) mengenai pendirian ormas.
"Sanksinya bisa dicabut, hingga pembubaran organisasi," ujarnya.
Berdasarkan penelusuran, pengurus Paguyuban Kandang Wesi Tunggal Rahayu diketahui telah membuat dan mengeluarkan mata uang kertas sendiri dengan pecahan Rp10 ribu dan Rp20 ribu.
Belakangan diketahui, jika kedua pecahan mata uang tersebut, merupakan mata uang asli bergambar presiden pertama Indonesia Sukarno, yang sengaja diedit menggunakan gambar sosok Ketua Umum Paguyuban Mr Prof Ir Cakraningrat alias Sutarman.
Diduga uang tersebut telah menyebar di anggota paguyuban yang jumlahnya sudah mencapai ribuan orang. Selain di Garut, pengikut paguyuban Kandang Wesi Tunggul Rahayu juga tersebar di Bandung, Kabupaten dan Kota Tasikmlaya, hingga Kabupaten Majalengka.
Seperti diketahui, ketua paguyuban Kandang Wesi Tunggul Rahayu, diduga telah melakukan pelecehan terhadap lambang negara Garuda Pancasila. Posisi kepala burung garuda sebelumnya menoleh ke sebelah kanan (dari sudut pandang garuda) sebagaimana yang berlaku saat ini, berubah menjadi lurus menghadap ke depan.
Kemudian komposisi bagian tengah burung yang sebelumnya berisi padi-kapas, kepala banteng, pohon beringin, rantai dan bintang, menjadi bulatan berisi peta dunia dan tulisan 'GARUDA BOLA DUNIA'. Bahkan semboyan Bhineka Tunggal Ika, berubah menjadi 'Bhineka Tunggal Ika Soenata Logawa'.