Selamat Jalan, Alfred Riedl: Yes, We Need You!

Alfred Riedl, mantan pelatih timnas Indonesia, 9 November 1949 - 7 September 2020.

oleh Marco Tampubolon diperbarui 19 Des 2020, 21:30 WIB
Grafis Alfred Riedl (Liputan6.com/Triyasni)

Liputan6.com, Jakarta Duka menyelimuti sepak bola Indonesia. Mantan pelatih timnas, Alfred Riedl, meninggal dunia di Wina, Austria, Senin malam atau Selasa WIB (8/9/2020). Riedl memiliki riwayat penyakit ginjal sejak 2005 dan terakhir sempat mengalami gangguan pada jantung yang membuatnya melatih di Indonesia. 

Riedl sangat lekat dengan pencinta sepak bola Tanah Air. Tanpa trofi, sentuhan mantan pelatih timnas Vietnam dan Laos ini tetap meninggalkan jejak mendalam bagi persepakbolaan Tanah Air. 

Sejak Piala Asia 2007, gelora timnas Indonesia seakan tergerus. Kegagalan demi kegagalan yang diraih tim Merah Putih di berbagai ajang menggerus kepercayaan publik terhadap sepak bola di negeri ini. Jangankan memuja, menghujat kegagalan Tim Merah Putih saja sudah tidak bergairah lagi. Seakan kekalahan sudah biasa dan hanya mampu menambah ketebalan rasa benci terhadap federasi. 

Di Piala Asia 2007, Indonesia yang menjadi tuan rumah gagal melaju ke perempat final. Pasukan Ivan Kolev hanya finis di urutan ketiga klasemen Grup D dengan koleksi 3 poin dari 3 kali pertandingan. 

Meski demikian, gairah terhadap timnas Indonesia saat itu masih terjaga. Permainan Indonesia saat itu menjadi hiburan. Euforia melambung dan dukungan terhadap Firman Utina Cs mengalir deras. 

Setiap pertandingan tidak pernah sepi. Tiket selalu terjual habis. Antrean penonton sejak pagi-- bahkan sampai menginap-- jadi pemandangan lumrah setiap kali timnas Indonesia akan bertanding.

Momen ini tidak terulang setelahnya. Bahkan saat menjadi tuan rumah Piala AFF 2008. Euforia para pendukung timnas Indonesia terus menurun dan perjuangan tim Merah Putih tak lagi jadi primadona. 

Situasi ini membuat PSSI era Nurdin Halid semakin terpojok. Pemerintah yang kala itu masih dipimpin oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), sampai turun tangan menggelar Kongres Sepak Bola Nasional di kota Malang, Jawa Timur, pada akhir Maret 2010. Rapat yang dipimpin oleh Agum Gumelar tersebut menghasilkan 7 rekomendasi, yang tidak satu pun mampu menyentuh kepengurusan PSSI. 

Tahun 2010 boleh dikatakan jadi sumbu bagi perubahan besar di sepak bola nasional. Dan dalam situasi yang bergejolak, Riedl datang untuk memikul beban keraguan terhadap tim Merah Putih. 

 

Saksikan juga video menarik di bawah ini


Spesialis Runner Up

Grafis Alfred Riedl (Liputan6.com/Triyasni)

Di tengah keraguan publik yang bertambah tebal, PSSI menunjuk Riedl sebagai pelatih timnas Indonesia. Tidak ada trofi membanggakan yang mampu meyakinkan publik akan kemampuan pria asal Austria ini, selain runner up Piala AFF 1998 dan medali perak SEA Games 1999 bersama Vietnam.

Meski demikian, Riedl sangat populer di Vietnam. Sosoknya dianggap sangat berjasa untuk sepak bola Uncle Ho. Sampai-sampai pada tahun 2007, puluhan warga Vietnam bersedia menyumbangkan ginjal mereka untuk Riedl yang saat itu harus bolak-balik cuci darah karena penyakit tersebut. 

Sementara bagi publik Tanah Air, nama Riedl mulai tenar saat berhasil membawa Laos mengalahkan Indonesia pada SEA Games 2009. Maklum, itu menjadi kekalahan perdana Indonesia dari Laos sepanjang sejarah yang semakin menambah keraguan publik akan tim Merah Putih. 

 


Ketegasan Riedl

Alfred Riedl memberikan keterangan usai bertemu pimpinan PSSI di kawasan Stadion GBK Jakarta, Jumat (10/6/2016). PSSI resmi menunjuk Alfred Riedl sebagai pelatih Timnas Indonesia di Piala AFF 2016. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Lahir di Wina, Austria, 9 November 1949, Riedl bukan sosok yang luwes. Bahkan terkesan kaku. Tatapan matanya tajam dan berbicara seperlunya saja. Sikap dingin ini sudah terpancar saat Riedl pertama kali tiba di Tanah Air dan bertemu dengan sejumlah wartawan di Hotel Sultan, Jakarta. 

Di dalam tim, Riedl dikenal sebagai sosok yang tegas dan disiplin. Riedl pernah ribut besar dengan Andi Darussalam--yang menjadi manajer timnas Indonesia kala itu--gara-gara keputusannya mencoret Boaz Solossa. "Pilihannya saat itu, saya atau dia yang keluar," kata Andi kepada Liputan6.com belum lama ini. 

"Saya tidak tahu apa masalahnya, tapi harusnya Riedl berkomunikasi dulu dengan saya kalau untuk urusan non teknis," pria yang akrab disapa ADS itu menambahkan. 

Lewat berbagai pertemuan, ketegangan akhirnya mereda. Namun sikap tegas Riedl tidak berubah. 

Saat memilih tim inti untuk Piala AFF 2010, Riedl membuat lidah Bambang Pamungkas kelu dan rahangnya kaku. Pemicunya adalah pernyataan Riedl pada suatu siang di tengah latihan. Saat itu, Riedl secara terbuka menyampaikan bila Bepe tidak masuk dalam skuat inti pada turnamen itu. 

Artinya, Bepe, pemain paling senior di tim hanya menjadi penghangat bangku cadangan tim Merah Putih. Lewat catatan di blog pribadinya, Bepe hanya bisa menjawab dengan satu kata, Ok!. 

Ketegasan bukanlah simbol kecongkakan bagi Riedl. Bukan juga lambang sikap otoriter. Ketegasan merupakan senjata bagi Riedl untuk mendongkrak profesionalsime pasukannya. Ketegasan juga menjadi jalan bagi Riedl dalam menjaga pasukannya tetap fokus pada misi yang mereka jalani.  

 


Warisan Riedl

Riedl memang gagal mempersembahkan trofi di musim pertamanya menangani timnas Indonesia. Pada Piala AFF 2010, Firman Utina dan kawan-kawan hanya mampu keluar sebagai runner up. Asa untuk mengakhiri paceklik gelar pupus setelah di final, tim Merah Putih kalah agregat 2-4 atas Malaysia. 

Hasil yang lebih buruk diraih saat Riedl memimpin timnas Indonesia menghadapi Piala AFF 2014. Saat itu, Tim Merah Putih gagal lolos dari babak penyisihan. Sementara pada tahun 2016, Riedl semakin lekat dengan status spesialis runner up usai gagal melewati adangan Thailand di final. 

Meski demikian, trofi bukanlah satu-satunya permasalahan sepak bola di negeri ini. Profesionalisme pengelolaan timnas Indonesia selama ini juga menjadi PR besar. Riedl perlahan mengubahnya. Menjadikan wajah Tim Merah Putih tetap bersinar meski pulang tanpa piala karena kita bisa melihat, para pemain sudah memberikan 100 persen kemampuannya saat berhadapan dengan tim lawan. 

Kehadiran Riedl juga menghadirkan atmosfer baru bagi timnas Indonesia ke depannya. Semangat profesionalisme yang ditunjukkan pasukannya telah menjadi contoh sehingga para pemain Indonesia tidak lagi canggung saat menyambut pelatih sekaliber Luis Milla atau Shin Tae-yong. 

Profesionalisme juga tak hanya ditanamkan Riedl kepada para pemainnya. Awak media yang kembali ramai memberitakan timnas Indonesia pada Piala AFF 2010 juga ikut merasakannya. Riedl tidak akan pernah meladeni pertanyaan standar tentang pasukannya. Dia selalu meminta agar wartawan juga mempersiapkan diri saat meliput Tim Merah Putih dan mengajukan pertanyaan yang penting. 

"You need me?" ujar Riedl biasa menyapa wartawan yang tengah menanti kabar terbaru mengenai timnas Indonesia.  Selamat jalan, coach. Yes, we need you!  

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya