Liputan6.com, Jakarta - Ketua Serikat Pekerja PT INTI (Sejati) Ahmad Ridwan Al-Faruq menyampaikan, perusahaan tempatnya dan ratusan karyawan bekerja memiliki utang yang jumlahnya tak sedikit.
Selain berutang kepada karyawan yang gaji dan tunjangannya belum dibayarkan hingga 7 bulan, PT INTI juga memiliki utang kepada bank, vendor dan utang lainnya.
Advertisement
"Tercatat PT INTI memiliki utang bank senilai Rp 853 miliar dengan rincian utang produktif Rp 1,6 miliar dan utang non-produktif Rp 852,2 miliar," ujar Ahmad kepada Liputan6.com, Rabu (9/9/2020).
Kemudian utang kepada vendor sebanyak Rp 292,93 miliar dengan rincian utang produktif Rp 43,1 miliar dan utang non-produktif Rp 249,8 miliar. Lalu, utang nonproduktif lainnya senilai Rp 177,10 miliar dengan rincian utang karyawan, pajak dan lainnya.
Tercatat, keseluruhan hutang PT INTI saat ini ialah sejumlah Rp 1,32 triliun dengan komposisi utang non-produktif senilai Rp 1,27 triliun dan sisanya Rp 44,68 miliar.
"Hal ini jelas menyebabkan cash flow PT INTI semakin berat, karena bunga bank yang semakin lama semakin besar juga denda pajak yang semakin membebani," lanjutnya.
Adapun, perusahaan mulai macet dalam membayarkan gaji karyawannya sejak Juli 2019 dan terus terakumulasi hingga saat ini karena belum ada solusi dalam penyehatan PT INTI.
Laporan keuangan PT INTI minus sejak tahun 2014. Sumbangsih terbesar kerugian PT INTI diakibatkan oleh proyek TITO dengan Telkom yang meninggalkan kerugian sekitar Rp 700 miliar.
"Kemudian proyek SMP BBM dengan Pertamina meninggalkan kerugian Rp 116 miliar, dan proyek Manage Service dengan MBK yang rugi Rp 230 miliar," tuturnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Kondisi PT INTI, Banyak Utang dan Rugi Rp 397,7 Miliar
PT INTI (Persero) menjadi salah satu BUMN yang tengah menjadi sorotan. Hal ini lantaran perusahaan plat merah ini tak membayar gaji sejumlah karyawannya hampir satu tahun. Tepatnya, terakhir perusahaan menggaji karyawan yaitu Februari 2020.
Pada 2020 ini, PT INTI sebenarnya mendapat beberapa proyek. Yang terbaru, PT INTI menjalin kerja sama dengan PT PP Infrastruktur (PT PP (Persero) Tbk. Group) terkait investasi infrastruktur. Sayangnya proyek ini belum cukup untuk menutup beban perusahaan.
Dikutip Liputan6.com dari laporan keuangan PT INTI 2019, Rabu (9/9/2020), perusahaan teknologi yang bermarkas di Bandung ini memiliki jumlah utang yang tidak sedikit. Total liabilitas PT INTI mencapai Rp 1,6 triliun. Dimana terdiri dari liabilitas jangka pendek Rp 818 miliar dan jangka panjang Rp 843,8 miliar. Liabilitas ini meningkat jika dibandingkan tahun 2018 yang sebesar Rp 1,4 triliun.
Utang ini untuk liabilitas jangka pendek, utang paling banyak dari utang usaha yang terdiri dari utang pihak ketiga Rp 209,9 miliar dan pihak berelasi Rp 217,8 miliar. Sementara untuk liabilitas jangka panjang, utang paling banyak dari pihak bank yang mencapai Rp 718,7 miliar.
Sementara di sisi lain, kinerja PT INTI juga tidak untung. Pendapatan perseoran tahun lalu mengalami penurunan. Jika 2018 pendapatan sebesar Rp 649,7 miliar, maka di 2019 hanya Rp 395,3 miliar.
Alhasil, PT INTI mencatatkan rugi komprehensif mencaapai Rp 397,7 miliar di 2019. Kerugian ini naik drastis jika dibandingkan 2018 yang saat itu rugi Rp 87,2 miliar.
Sedangkan PT INTI mencatat aset perusahaan sebesar Rp 1,3 triliun. Dimana terdiri dari aset lancar Rp 481,8 miliar dan aset tidak lancar Rp 911,5 miliar. Mengenai aset ini, tercatat juga turun jika dibandingkan 2018 yang saat itu sebesar Rp 1,5 triliun.
Advertisement