IHSG dan Rupiah Ditutup Melemah, Ini Penyebabnya

Daya beli masyarakat terlihat sedikit membaik, tetapi masih cenderung melemah.

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Sep 2020, 17:40 WIB
Layar pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (18/11/2019). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada zona merah pada perdagangan saham awal pekan ini IHSG ditutup melemah 5,72 poin atau 0,09 persen ke posisi 6.122,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah pada perdagangan Rabu ini. Pelemahan ini terjadi usai bank Indonesia mengeluarkan data Indeks Penjualan Ritel (IPR).

Nilai tukar Rupiah ditutup melemah 34 poin di level 14.779 per dolar AS. Sedangkan IHSG turun 94,69 poin atau 1,81 persen ke level 5.149,376. Sebanyak 83 saham menguat, 377 terkoreksi, dan 130 stagnan.

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan, pergerakan rupiah dan IHSG dipengaruhi oleh penjualan ritel yang dicerminkan oleh Indeks Penjualan Ritel (IPR) mengalami kontraksi 12,3 persen pada Juli 2020 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY). Penjualan ritel belum bisa lepas dari kontraksi selama delapan bulan beruntun.

"Bahkan pada Agustus 2020, BI memperkirakan penjualan ritel masih turun dengan kontraksi IPR 10,1 persen YoY. Dengan begitu, rantai kontraksi penjualan ritel kian panjang menjadi sembilan bulan berturut-turut," ujarnya dalam riset harian, Jakarta, Rabu (9/9).

Daya beli masyarakat terlihat sedikit membaik, tetapi masih cenderung melemah. Hal ini tercermin dari laju inflasi inti yang semakin menukik. Inflasi inti, yang merupakan kelompok barang dan jasa yang harganya susah bergerak, menjadi penanda kekuatan daya beli.

"Ketika harga barang dan jasa yang 'bandel' saja bisa turun, maka itu artinya permintaan memang betul-betul lemah. Pada Agustus 2020, inflasi inti Indonesia tercatat 2,03 persen YoY. Ini adalah yang terendah setidaknya sejak 2009," kata Ibrahim.

Disamping itu penyebaran pandemi Virus Corona di Indonesia terus mengkhawatirkan terutama di DKI Jakarta. Bahkan, Gubernur DKI Jakarta Anis Baswedan dengan gamblang menyebut bahwa kondisi saat ini sangat mengkhawatirkan sehingga harus tanggap dengan paket kebijakan yang akan di keluarkan walaupun kondisi keuangan yang terus menipis akibat masa transisi-PSBB yang terus di perpanjang.

Disisi lain pemerintah harus bisa mengimbangi dengan fasilitas kesehatan yang dimiliki, jumlah kasus yang tidak terkendali akan berdampak pada penangan dan fasilitas kesehatan milik pemerintah.

"Kenapa mengkhawatirkan? Karena kapasitas rumah sakit ada batasnya. Bila jumlah yang membutuhkan perawatan makin banyak, diatas kemampuan kapasitas rumah sakit dan jumlah tenaga medis yang terbatas maka ini merupakan masalah besar dan mengkhawatirkan," tandasnya.

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com


IHSG Terjungkal hampir 100 Poin

Pengunjung tengah melintasi layar pergerakan saham di BEI, Jakarta, Senin (13/2). Pembukaan perdagangan bursa hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat menguat 0,57% atau 30,45 poin ke level 5.402,44. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah pada perdagangan Rabu pekan ini. Selama perdagangan, IHSG terus bergerak di zona merah.

Pada penutupan perdagangan saham, Rabu (9/9/2020), IHSG ditutup anjlok 94,69 poin atau 1,81 persen ke posisi 5.149,19. Sementara, indeks saham LQ45 juga turun 2,63 persen ke posisi 804,35.

Selama perdagangan, IHSG berada di posisi tertinggi pada level 5.216,02 dan terendah 5.135,81.

Hanya 83 saham menguat, sementara 377 saham melemah dan 131 saham diam di tempat.

Transaksi perdagangan saham cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham 737.175 kali dengan volume perdagangan 11,3 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 7,4 triliun.

Investor asing jual saham Rp 591 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 14.763.

Dari 10 sektor saham pembentuk IHSG, hanya ada satu yang menguat, yaitu sektor konstruksi yang naik 1,52 persen.

Sedangkan sektor yang melemah pimpin oleh aneka industri yang merosot 3,57 persen. Kemudian disusul sektor perkebunan yang turun 3,57 persen dan sektor industri dasar turun 2,37 persen.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya