Liputan6.com, Surabaya - Guru Afita Nurul Aini menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat karena kelalaian dan tanpa sengaja memasukkan gambar PDIP yang tidak sesuai dengan materi saat mengajar.
Tayangan itu muncul saat mengajar secara daring di program GURUku yang disiarkan secara live oleh salah satu stasiun televisi lokal Surabaya.
"Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada masyarakat. Saya juga menyampaikan terima kasih banyak kepada media yang telah diberikan ruang untuk klarifikasi kelalaian saya ini,” ujar Guru SDN Tembok Dukuh IV ini, Rabu (9/9/2020).
Baca Juga
Advertisement
Ia juga menuturkan, saat mengajar di SBO TV pada Selasa itu, ia bertugas sebagai guru pengganti, sebab guru yang seharusnya mengajar sedang sakit. Karena harus mengganti guru yang sakit itu, akhirnya pada Sabtu, dia menyiapkan materinya untuk mengajar pada Selasa.
Pada hari itu juga, dia menyetorkan materi garis besarnya saja kepada Dispendik Surabaya dan langsung dikroscek dengan kondisi materi yang kurang lengkap.
"Kesalahan saya adalah saya melengkapi semua materi itu pada Senin, dan pada Senin itu saya kurang konsentrasi dan kurang teliti, sehingga gambar yang saya masukkan kurang tepat atau salah. Jadi, itu tidak ada unsur kesengajaan sama sekali atau motif apapun dari saya. Ini murni benar-benar ketidaksengajaan dan kurangnya konsentrasi dari saya, jadi saya mohon maaf sebesar-besarnya," ujar dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Dispendik Surabaya juga Turut Meminta Maaf
Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya meminta maaf terkait kesalahan input gambar PDIP yang dilakukan oleh salah satu guru pada saat mengajar sekolah daring di program GURUku, yang disiarkan secara live oleh salah satu stasiun TV lokal Surabaya dan streaming YouTube pada 8 September kemarin.
Saat acara tersebut, Afita Nurul Aini seorang guru yang mengajar di program itu menampilkan gambar lambang negara sila keempat berupa kepala banteng moncong putih.
"Saya mohon maaf atas nama Dispendik karena kemarin ada salah satu guru kami waktu mengajar terjadi kesalahan input gambar. Jadi, Bu Afita ini sudah mengajar empat kali hingga kemarin, dan tiga kali mengajar selama ini, Alhamdulillah sangat baik dan tidak ada masalah," kata Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya Supomo, Rabu, 9 September 2020.
Supomo menuturkan, guru-guru yang dijadikan pengajar di program GURUku SBO TV ini adalah luar biasa dan terbaik di Surabaya, Jawa Timur termasuk Afita.
Bahkan, berdasarkan verifikasi data yang dimiliki Dispendik, Afita ini lulusan perguruan tinggi negeri di Surabaya dengan IPK (Indeks Prestasi Komulatif) 3,75.
"Bahkan, selama mengajar di SD, dia juga mendapatkan predikat baik, perilakunya juga baik, sopan santunya juga baik. Makanya dia direkomendasikan untuk menjadi guru pengajar di program SBO ini,” kata dia.
Advertisement
Penjelasan Dispendik Surabaya
Berdasarkan klarifikasi yang dilakukan oleh Dispendik, Afita tidak pernah mengikuti organisasi apapun selama ini. Bahkan, Afita juga mengaku tidak sengaja melakukan kesalahan tersebut, hanya karena kurang fokus dan human eror, akhirnya terjadi kesalahan tersebut.
"Jadi, ini murni human error, karena bagaimana pun juga manusia adalah tempatnya salah, sehingga tidak ada tendensi apapun dan tidak berkaitan dengan siapapun dan apapun," ujar dia.
Supomo juga memastikan setiap Sabtu, Dispendik selalu rutin evaluasi, pembekalan dan pemeriksaan materi yang akan disampaikan dalam program GURUku di SBO TV maupun di TV9 yang juga menyiarkan secara live pembelajaran daring ini.
Ia juga memastikan, materi yang disampaikan itu berasal dari buku tema yang dibuat oleh Kementerian Pendidikan, sehingga materinya tidak keluar dari konteks pembahasan.
"Jadi, kalau dari SOP-nya sudah tidak ada masalah. Dan saat itu Bu Afita ini guru pengganti, karena guru yang seharusnya mengajar sedang sakit,” ujar dia.
Mantan Kepala Dinas Sosial Kota Surabaya ini juga mengaku setelah dilakukan beberapa evaluasi, kemungkinan ke depan pembelajaran daring via televisi ini tidak akan dilakukan secara live. Namun, akan dilakukan tapping (siaran tunda) terlebih dahulu supaya materi-materi yang disampaikan oleh pihak guru bisa lebih aman.
"Tapi memang kalau tapping itu siswa tidak bisa berdialog atau bertanya langsung kepada guru. Kalau selama ini kan kita live sehingga siswa bisa langsung bertanya kepada guru yang mengajar, dan proses seperti ini sudah seperti di kelas,” kata dia.