BPUI Upayakan Langkah Terbaik untuk Jiwasraya

Permasalahan gagal bayar PT Asuransi Jiwasraya (Persero) harus bisa terselesaikan dengan baik

oleh Liputan6.com diperbarui 10 Sep 2020, 11:15 WIB
Ilustrasi Jiwasraya (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Permasalahan gagal bayar PT Asuransi Jiwasraya (Persero) harus bisa terselesaikan dengan baik guna menghindari terjadinya social unrest atau ketegangan di masyarakat.

Direktur Utama PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (Persero) Robertus Bilitea mengatakan, pihaknya bersama Kementerian BUMN tengah mengupayakan solusi terbaik bagi Jiwasraya dan para pemegang polis demi menghindari penyesuaian manfaat atau haircut sampai 40 persen. Langkah ini dinilai penting guna menjaga trust publik terhadap Pemerintah dan BUMN.

"Akibatnya bisa ada sosial unrest, dan penurunan kepercayaan nasabah. Hal itu tentu berpotensi menimbulkan kegaduhan dan gugatan hukum dari pemegang polis kalau tidak di-manage dengan baik, dan akan menurunkan reputasi pemerintah," kata Robert di Jakarta, Kamis (10/9/2020).

Hal itu dikarenakan peserta asuransi Jiwasraya mayoritas merupakan peserta produk hari pensiun yang berasal dari kalangan masyarakat biasa. Total pemegang polis Jiwasraya sendiri mencapai lebih dari 4 juta nasabah.

Permasalahan utama Jiwasraya yakni ketidakcukupan modal dan likuiditas yang berakibat pada gagal bayar. Menariknya, 90 persen sumber tekanan likuiditas Jiwasraya berasal dari satu produk yakni JS Saving Plan.

Ekuitas Jiwasraya sampai 31 Juli 2020 mengalami tekanan likuiditas kurang lebih Rp 54 triliun. terdiri dari liabilitas polis Rp 37,4 triliun, dan liabilitas produk Saving Plan sebesar Rp 16,6 triliun. Sementara di sisi lain nilai aset perusahaan terus menurun.

"Melihat kondisi seperti ini, maka kami dari BPUI dengan Jiwasraya dan Kementerian terkait, mencari opsi-opsi penyelesaian ini. Opsi bailout tidak dapat dilakukan pada Jiwasraya karena belum ada peraturan terkait untuk itu di dunia asuransi," ujar dia.

Robert menambahkan, opsi yang ditempuh saat ini adalah restrukturisasi, dengan menyuntikan dukungan dana dari pemegang saham yang diberikan secara tidak langsung melalui Bahana. Opsi ini diyakini efektif karena menguntungkan bagi perusahaan, pemegang polis dan pemegang saham.

"Pertimbangannya, untuk memastikan portofolio yang ditransfer dapat menciptakan keuntungan buat New Co (IFG Life), dan perlindungan bagi pemegang polis serta pemegang saham," jelasnya.

Kendati demikian, skema restrukturisasi dengan suntikan modal tersebut baru bisa dilakukan jika semua restrukturisasi terhadap pemegang polis Jiwasraya sudah selesai dilakukan.


30 Persen Nasabah Korporasi Belum Setuju Bentuk Penyelamatan Jiwasraya

Ilustrasi Jiwasraya (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Bahana Pembinaan Usaha Indonesia akan membentuk perusahaan baru yang diberi nama Indonesian Financial Group (IFG) Life. Perusahaan baru ini dibentuk dengan tujuan untuk menyelamatkan Jiwasraya. Meski demikian, upaya ini baru disetujui 70 korporasi dari sekitar 180 korporasi.

Direktur Utama PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (BPUI) Robertus Bilitea mengatakan,  Jiwasraya tengah melakukan restrukturisasi terhadap para pemegang polisnya. Saat ini perusahaan mendesain model restrukturisasi bagi nasabah retail dan sebagainya.

"Perkembangannya saat ini dari pemegang polis dan 70 korporasi yang sudah menyetujui pola restrukturisasi Jiwasraya, yang lainnya masih dijajaki Jiwasraya," ujarnya saat rapat di DPR, Jakarta, Rabu (9/9/2020).

Lebih lanjut, Robertus mengatakan, pemegang polis yang menyetujui rencana penyelamatan tersebut nantinya akan dipindahkan ke perusahaan baru bentukan BPUI. Sehingga, para nasabah Jiwasraya akan mendapatkan kembali polis baru.

"Maka seluruh pemegang polis yang menyetujui tadi, akan dipindahkan ke PT Bahana. Tentu sebelum dipindahkan mereka akan menandatangi perjanjian restrukturisasinya. Mereka juga akan mendapat polis barunya," jelasnya.

Dalam mencari solusi penyelamatan perusahaan asuransi milik negara tersebut, setidaknya ada 4 pihak yang terlibat. Pihak-pihak tersebut antara lain Jiwasraya, BPUI, Kementerian BUMN dan Kementerian Keuangan.

"Kami berkoordinasi secara berkesinambungan. Pihak-pihak ini mempunyai peran sendiri-sendiri dan ada perannya yang kemudian berhubungan satu sama lain," kata Robertus.

Robertus menambahkan, apabila nantinya solusi penyelamatan yang ditawarkan disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) melalui rapat panitia kerja (panja) maka pihaknya akan melakukan sejumlah terobosan kinerja dan tidak lagi melakukan investasi asal-asalan seperti yang terjadi pada Jiwasraya sebelumnya.

"Tentunya sebagai perusahaan asuransi kami akan bangun dengan tata kelola yang bagus. Akan meningkatkan integritas kami direksi-direksi yang akan mengelola. Membangun IT yang bagus. Kemudian, produk yang akan kami masuki tak lagi produk yang sama seperti sebelumnya," tandasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya