Liputan6.com, Jakarta Wakil Presiden RI ke 10 dan 12 Jusuf Kalla memimpin langsung upacara pemakaman tokoh pers nasional Jakob Oetama di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta Selatan.
"Bapak Jakob Oetama meninggal dunia demi kepentingan dan keseluruhan negara dan bangsa pada Rabu 9 September pukul 13.05 WIB karena sakit," kata dia saat memimpin pemakaman Jakob Oetama di TMP Kalibata Jakarta, Kamis (10/9/2020), seperti dikutip dari Antara.
Advertisement
Pada kesempatan itu, JK sapaan akrabnya juga mendoakan agar almarhum Jakob Oetama diberikan tempat terbaik di alam baka serta perbuatan baiknya selama hidup dapat menjadi suri tauladan bagi masyarakat.
"Semoga arwahnya mendapat tempat semestinya di alam baka," ujar dia.
Jusuf Kalla juga menjadi orang pertama yang menimbunkan tanah menggunakan sekop ke liang lahat anggota MPR RI periode 1971 hingga 1977 tersebut yang disusul perwakilan keluarga Jakob Oetama.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Wafat Rabu 9 September 2020
Pendiri Kompas Gramedia sekaligus Pemimpin Umum Harian Kompas Jakob Oetama tutup usia pada Rabu, 9 September 2020 pukul 13.05 WIB di Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading Jakarta dalam usia 88 tahun.
Jakob Oetama masuk Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading sejak akhir Agustus 2020.
"Beliau masuk RS minggu keempat bulan Agustus, jadi tepatnya tanggal 21 Agustus dirawat sampai hari ini," ujar General Manager Corporate Communication Kompas Gramedia Saiful Bahri di Jakarta, Rabu.
Saiful menjelaskan Jakob meninggal akibat jantungnya yang sudah melemah.
"Tidak ada hubungan dengan penyakit lain, beliau sudah 'swab test,' hasilnya negatif dua kali. Jadi betul-betul karena sakit jantung," ujar dia.
Jakob Oetama merupakan jurnalis senior Indonesia yang dikenal sebagai pendiri dan pemilik Kompas Gramedia Group. Pria kelahiran 27 September 1931 ini mengawali kariernya sebagai jurnalis dengan menjadi redaktur di majalah mingguan Penabur pada 1956.
Pada 1963, dia menerbitkan majalah Intisari bersama rekannya sesama jurnalis, PK Ojong. Dua tahun kemudian, mereka mendirikan harian Kompas pada 28 Juni 1965.
Di bawah kepemimpinannya, Kompas berkembang pesat hingga kini memiliki beberapa anak perusahaan, mulai dari yang bergerak di bidang media massa, percetakan, hingga universitas.
Semasa hidupnya, Jakob menerima sejumlah penghargaan akademis. Mulai dari, gelar Doktor Honoris Causa di bidang komunikasi dari Universitas Gajah Mada dan Bintang Mahaputra Utama dari pemerintah Indonesia pada 1973.
Advertisement