Liputan6.com, Jakarta Kondisi stunting pada anak dapat dicegah sejak di dalam kandungan. Seperti disampaikan Ketua Yayasan Kesehatan Perempuan Zumrotin K. Susilo, triwulan pertama janin dalam kandungan adalah masa yang sangat strategis karena di saat itulah proses pembangunan organ penting seperti otak dan jantung terjadi.
“Jadi untuk calon ibu jangan diikuti rasa nggak doyan makan karena mual. Paksakan makan bukan hanya untuk diri sendiri tapi juga untuk janin yang dikandung agar kualitasnya bagus dan tidak terjadi stunting,” ujar Zumrotin dalam webinar Kemen PPPA, ditulis Jumat (11/9/2020).
Advertisement
Zumrotin pun mengatakan, penggunaan logika sangat dibutuhkan agar tidak kalah dengan nafsu makan yang rendah.
Menurutnya, calon ibu juga harus menjaga kesehatan sejak usia remaja. Dimulai dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang, olahraga, dan tidak mengonsumsi rokok atau minuman keras.
Ibu hamil juga memerlukan pendekatan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) yang baik dan tepat. Upaya promosi dan prevensi dalam layanan kesehatan khususnya kesehatan reproduksi bisa digali sejak usia remaja.
Berbagai upaya pencegahan stunting pada akhirnya akan menjadi kunci dalam membangun sumber daya manusia yang sehat.
Simak Video Berikut Ini:
Cegah Pernikahan Dini
Upaya yang tak kalah penting dalam mengurangi kasus stunting adalah dengan mencegah terjadinya pernikahan dini. Salah satu penyebab stunting adalah kesiapan seorang perempuan untuk hamil yang dilihat dari segi usia. Ibu yang terlalu muda memiliki risiko besar melahirkan anak dengan stunting.
“Maka hindarilah menikah di usia muda bahkan hamil di bawah usia 19 tahun. Idealnya hamil itu di usia 25 tahun, 23 tahun masih oke lah. Ketika semua alat reproduksi sudah matang maka Anda sudah siap ditempeli janin di rahim.”
Hal lain yang perlu diperhatikan untuk kesehatan ibu dan bayi adalah air bersih dan sanitasi yang bagus. "Sanitasi yang tidak baik akan menyebabkan stunting akibat air kotor yang dikonsumsi ibu hamil."
Advertisement