Liputan6.com, New York City - Para pemilik studio fitness di New York City ramai-ramai menggugat wali kota karena tak tahan dengan aturan lockdown untuk membendung Virus Corona COVID-19. Tempat kerja mereka sudah tutup sejak Maret kemarin.
Studio fitness di New York City masih belum buka meski kota itu sudah melonggarkan lockdown terkait Virus Corona COVID-19. Gugatan dilayangkan ke Mahkamah Agung di Staten Island, New York City.
Baca Juga
Advertisement
"Studio-studio di New York City terus secara random dan semena-mena ditutup sejak 16 Maret 2020 dengan tiadanya tanggal pembukaan yang jelas," ujar para pemilik studio fitness seperti dilaporkan New York Post, Kamis (10/9/2020).
Pekan lalu, gym sudah bebas dari lockdown, namun dengan pembatasan. Kendati demikian, studio fitness tempat yoga atau pilates masih dilarang.
Kegiatan di studio fitness yang umumnya dilakukan secara berkelompok, seperti yoga, dianggap memiliki risiko tinggi dalam menyebar COVID-19.
Boutique Fitness Alliance yang mewakili sekitar 100 studio fitness di NYC, bersama dengan New York Fitness Coalition, menyebut kebebasan dan kepentingan mereka telah dirampas tanpa aturan hukum yang jelas.
Dalam gugatannya, mereka berkata jika tempat pembuatan tato, salon tanning, dan tempat main bowling boleh dibuka dari lockdown, maka olahraga di studio fitness seharusnya boleh dibuka juga.
Pihak pemerintah NYC menolak berkomentar.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Aturan Dinilai Tak Adil
Pendiri Boutique Fitness Aliance, Amanda Freeman, menjelaskan bahwa pihaknya ingin melihat bukti-bukti ilmiah terkait mengapa studio fitness dianggap lebih berbahaya ketimbang yang lainnya.
"Kami ingin melihat penalaran dan data di balik keputusan ini," ujar Freeman.
Wanita itu berkata kelas di studio fitness juga bisa menerapkan social distancing serta menyuruh peserta memakai masker, mengecek suhu badan, hingga membersihkan tikar (mat) untuk latihan.
Dampak terhadap bisnis studio fitness amat berat, dan Freeman menyebut situasi akan tetap berat meski mereka sudah bebas dari lockdown.
"Mereka tak bisa menutup kita selamanya, ini sungguh tak adil," ujar Amanda Freeman.
Advertisement