Liputan6.com, Jakarta - Menlu Retno Marsudi menyampaikan bahwa ASEAN-Kanada harus menjadi pemimpin dalam menjaga multilateralisme selama pandemi. Multilateralisme merupakan platform yang penting untuk menjawab tantangan dunia termasuk saat menghadapi waktu sulit seperti saat pandemi ini.
Advertisement
Dengan alasan inilah, Indonesia pada April 2020 telah menginisiasi sebuah resolusi SMU PBB yang mendukung peran sentral PBB dalam merespons COVID-19.
"Dalam kaitan ini pula, prinsip akses setara terhadap vaksin yang aman dengan harga terjangkau menjadi salah satu bagian penting dari prinsip multilateralisme di masa pandemi," tegas Menlu Retno dalam press briefing virtual pada Kamis (10/9/2020).
Selain itu, Indonesia juga mengajak Kanada untuk terus memberikan dukungan terhadap inisiatif seperti "Global Allocation Framework within the COVAX Facility".
"Kita perlu terus mendukung multilateralisme termasuk di dalam upaya untuk memperoleh vaksin," tambahnya lagi.
Sejak awal pandemi, Menlu Retno bersama dengan Menlu Kanada berada di dalam satu grup dari sejak awal pandemi, yaitu ministerial coordination group on COVID, di mana dari sejak awal kedua pihak terus mencoba menggunakan pendekatan multilateralisme di dalam merespons pandemi ini.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Pemberdayaan Perempuan
Selain isu vaksin dan multilateralisme, Menlu Retno turut mengangkat isu pemberdayaan perempuan dalam masalah pemulihan ekonomi.
Ia menyatakan bahwa ASEAN-Kanada harus terus memajukan pemberdayaan perempuan termasuk dalam konteks pemulihan ekonomi.
"Tugas kita semua untuk terus membantu kaum perempuan untuk menyalurkan potensinya," sambungnya.
Dukungan terhadap UMKM, termasuk yang dimiliki dan dijalankan oleh kaum perempuan, akan menjadi bagian dari upaya pemulihan ekonomi.
Indonesia mengapresiasi dukungan Kanada bagi implementasi Canada-OECD Project on ASEAN SMEs (COPAS) 2016- 2020 dengan nilai CAD 11 juta.
Indonesi juga mengajak Kanada untuk terus bermitra dalam isu pemajuan perempuan.
Kanada telah menyampaikan komitmen sebesar CAD 9.1 juta untuk implementasi Plan of Action ASEAN-Canada 2021-2025, yang antara lain akan difokuskan pada kerjasama demokrasi, menangkal cyber attacks, dan penanganan illegal migrants.
"Indonesia dan Kanada akan melanjutkan kerjasama dalam isu pemberdayaan perempuan dan saya kira sudah sejak cukup lama Indonesia dan Kanada terus melakukan atau meningkatkan kerja sama terkait dengan pemberdayaan perempuan," lanjutnya lagi.
Advertisement