Liputan6.com, Jakarta - Proses otomatisasi menjadi salah satu kunci bagi perusahaan untuk memulai transformasi digital. Hal itu diungkapkan oleh Country Director Red Hat Indonesia, Rully Moulany, dalam virtual meeting yang dilakukan bersama awak media.
Hanya menurut Rully, otomatisasi yang dimaksud Red Hat dalam hal ini lebih fokus pada tataran infrastruktur. Jadi, pekerjaan yang sifatnya repetitif dapat dikontrol dalam satu perintah saja, sehingga keluarannya konsisten dan dapat mengurangi kesalahan.
"Otomatisasi merupakan pilar yang sangat krusial untuk mencapai DevOps yaitu kemampuan tim IT untuk menghasilkan aplikasi dan layanan dengan lebih cepat," tuturnya, Jumat (11/9/2020).
Baca Juga
Advertisement
Saat perusahaan sudah melakukan DevOps, Rully menuturkan, mereka dianggap lebih memimpin ketimbang perusahaan lain yang sebanding.
Hal itu didukung pula pada survei 2019 yang menyebut perusahaan dengan metodologi DevOps lebih sering menggulirkan fitur ke pelanggan maupun internal.
"Otomatisasi itu suatu keharusan, karena tidak mungkin tanpanya, inovasi itu dapat dilakukan. Untuk itu, Red Hat memiliki Ansible yang memungkinkan perusahaan melakukan otomatisasi secara masif," tuturnya lebih lanjut.
Salah satu perusahaan yang diketahui sudah menerapkan solusi otomatisasi Ansible dari RedHat adalah AscendMoney yangd dikenal memiliki produk TrueMoney.
Dengan Ansible dari Red Hat, Rully mengatakan perusahaan asal Thailand itu dapat melakukan perubahan di aplikasi secara lebih cepat, sekaligus menjaganya pengaturannya.
Tantangan Penerapan Otomatisasi untuk Transformasi Digital
Dalam kesempatan itu, Rully juga sempat mengungkap sejumlah tantangan yang dihadapi perusahaan saat akan mengadopsi otomatisasi.
"Kalau kami lihat, tantangan itu banyak yang berasal dari non-teknis, misalnya ketakutan kehilangan pekerjaan atau keraguan dalam pemakaian tool," ujarnya.
Padahal, menurut Rully, dua hal tersebut tidak sepenuhnya benar, sistem otomatisasi juga membutuhkan operator manusia. Selain itu, penerapan otomatisasi ini hanya ditujukan untuk pekerjaan yang sifatnya retetif.
"Jadi, sistem otomatisasi itu akan mengerjakan aktivitas repetitif yang menghabiskan banyak waktu, tapi tidak strategis. Karenanya, pekerja yang biasa melakukan itu bisa mengerjakan hal lain yang sifatnya lebih strategis," ujarnya menjelaskan.
Oleh sebab itu, otomatisasi bukannya menghilangkan pekerjaan seseorang, tapi meningkatkan produktivitas.
Alasannya, pekerja dapat memusatkan perhatiannya pada aktivitas strategis, yang berdampak pula dengan peningkatan realibitas perusahaan menghasilkan produk yang berkualitas dan konsisten.
Terlebih, layanan Ansible dari Red Hat ini lebih menyasar ke infrasktruktur, utamanya software. Untuk itu, solusi ini dapat diadopsi oleh industri dari berbagai bidang, mulai dari perbankan, telko, hingga sektor publik.
Advertisement
Ansible Red Hat Raih Predikat Solusi Terdepan untuk Solusi Otomatisasi
Di sisi lain, solusi Ansible dari Red Hat juga telah meraih predikat Leader dari Forrester Research di dalam The Forrester Wave: Infrastructure Automation Platforms untuk kuartal ketiga 2020.
The Forrester Wave sendiri mengevaluasi Red Hat menurut 26 kriteria yang dikelompokkan dalam tiga kategori, yakni current offering, strategy, dan market presence. Lewat evaluasi ini, Red Hat menerima skor tertinggi untuk kriteria deployment.
Hasil evaluasi menunjukkan Ansible merupakan platform yang unggul dalam menyediakan opsi deployment dan bertindak sebagai perantara bagi beragam piranti otomatisasi lainnya.
"Solusi Red Hat sangat cocok untuk pelanggan yang menginginkan platform otomasi holistik terintegrasi dengan beragam infrastruktur vendor lain," tulis evaluasi tersebut.
(Dam/Ysl)