Wall Street Turun Terpukul Saham Teknologi

Sektor teknologi pada indeks S&P 500 turun 2,3 persen.

oleh Nurmayanti diperbarui 11 Sep 2020, 06:16 WIB
Ilustrasi Wall Street atau Pasar Saham AS.

Liputan6.com, Jakarta Pasar Saham AS atau Wallstreet turun tajam dipicu penurunan saham sektor teknologi, yang merupakan sektor dengan kinerja terbaik di pasar selama ini, berlanjut lagi.

Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup 405,89 poin lebih rendah, atau 1,45 persen menjadi 27.534,58. Di awal sesi, Dow naik lebih dari 200 poin.

S&P 500 turun 1,8 persen menjadi ditutup pada 3.339,19. Nasdaq Composite turun 2 persen menjadi 10.919,59 setelah melonjak 1,4 persen. Itu adalah penurunan keempat dalam lima sesi untuk rata-rata utama.

“Pasar dalam kondisi yang rumit,” kata Arian Vojdani, Ahli Strategi Investasi di MV Financial, seperti melansir laman CNCB.

“Anda melihat ke atas satu detik dan pasar turun. Anda melihat ke bawah di detik lain dan ternyata sudah naik kembali," jelas dia.

Pada perdagangan kali ini, saham teknologi yang susut, antara lain Apple turun 3,3 persen setelah naik sebanyak 2,7 persen.

Saham Netflix dan Microsoft sama-sama turun bersama Facebook dan Amazon. Saham Nvidia kehilangan 3,2 persen. Tesla, yang naik lebih dari 8 persen pada satu titik, ditutup hanya 1,4  persen lebih tinggi. 

Sektor teknologi pada indeks S&P 500 turun 2,3 persen. Pergerakan pasar pada Kamis mengikuti reli di hari sebelumnya. Di mana, indeks S&P 500 memposting hari terbaiknya sejak Juni.

Sementara Nasdaq menarik diri dari wilayah koreksi karena saham teknologi berhasil menarik kembali dari penurunan tajam yang terjadi baru-baru ini.

Sektor teknologi pada S&P 500 turun 11,4 persen untuk periode 2 September - ketika pasar mencapai titik tertinggi sepanjang masa - dan Selasa pekan ini.  Selama periode waktu itu, S&P 500 turun hampir 7 persen.

Tech kembali bangkit pada hari Rabu, membukukan lonjakan terbesar satu hari sejak April sebelum aksi jual berlanjut pada Kamis.

 

 

Saksikan video di bawah ini:


Data Pekerja

Reaksi pialang Michael Gallucci saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Perjuangan pasar baru-baru ini terjadi di tengah meningkatnya kekhawatiran di Wall Street tentang gelembung teknologi. Saham-saham itu mendorong Nasdaq ke rekor tertinggi meskipun pandemi virus Corona melanda ekonomi.

Pasar dikatakan masih menunjukkan alasan mendapatkan kembali pijakannya sekali lagi. Liz Young, Direktur Strategi pasar BNY Investment Management, mengatakan dana investor masih terparkir usai aksi jual yang dipicu pandemi pada Februari dan Maret akan memberikan dukungan untuk saham.

“Orang-orang berbondong-bondong mencari uang - dan itu langsung, itu gelombang besar. Jadi saat uang itu masuk kembali, uang tunai itu akan mencari peluang penilaian yang lebih menarik. Jadi saya pikir itu wajar jika akan mencari hal-hal yang sedikit lebih terpukul atau beberapa saham yang belum mendorong kami hingga titik ini, "kata Young.

Di sisi lain, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan jika jumlah pelapor tunjangan pengangguran pertama kali mencapai 884.000. Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones memperkirakan klaim mencapai 850.000.

"Pertumbuhan ekonomi akan pulih tajam di Q3 dan lagi di Q4 tetapi statistik pasar tenaga kerja ini masih menunjukkan jalan yang panjang," kata Peter Boockvar, kepala investasi di Bleakley Advisory Group.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya