WHO: Setiap Tahun, Ada 11 Juta Orang Meninggal karena Sepsis

WHO mengatakan, sedikitnya laporan tentang sepsis di dunia membuat upaya pencegahan kematian karena masalah itu terhambat

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 11 Sep 2020, 14:00 WIB
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus (tengah) saat konferensi pers daring dari Swiss dilihat di Brussel, Belgia, Senin (29/6/2020). Virus corona COVID-19 telah menginfeksi lebih dari 10 juta orang di seluruh dunia, lebih dari 500 ribu di antaranya meninggal dunia. (Xinhua/Zhang Cheng)

Liputan6.com, Jakarta Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa masalah sepsis yang masih ditemukan di dunia harus segera ditangani untuk mencegah jutaan kematian dan kecacatan akibat kondisi itu.

Dalam laporan global pertama WHO terkait sepsis, mereka mengatakan kesenjangan dalam pengetahuan, terutama di negara berpenghasilan rendah dan menengah juga menghambat upaya penanganan sepsis.

Dilansir dari siaran pers di laman WHO, dikutip pada Jumat (11/9/2020), WHO mengungkapkan bahwa sepsis membunuh 11 juta orang setiap tahunnya yang kebanyakan adalah anak-anak. Selain itu, kondisi ini juga membuat jutaan lain mengalami cacat.

WHO mengatakan bahwa tantangan lain adalah sedikitnya data dari negara-negara di dunia. Laporan mereka menunjukkan, sebagian besar penelitian tentang sepsis dilakukan di rumah sakit dan unit perawatan intensif di negara-negara berpenghasilan tinggi.

Perbedaan soal definisi, kriteria diagnostik, serta kode rumah sakit untuk kesembuhan, juga membuat pengembangan pemahaman yang jelas mengenali beban global sepsis yang sesungguhnya jadi lebih sulit.

Simak juga Video Menarik Berikut Ini


Kondisi Merespon Infeksi

Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus. (Liputan6/AFP)

"Dunia harus segera meningkatkan upaya untuk meningkatkan data tentang sepsis sehingga semua negara dapat mendeteksi dan menangani kondisi mengerikan ini pada waktunya," kata Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO.

Ia menambahkan, hal ini dilakukan juga dengan memperkuat sistem informasi kesehatan serta memastikan akses ke alat diagnostik dan perawatan berkualitas, termasuk obat dan vaksin, yang aman serta terjangkau.

Dalam rilisnya, WHO menulis bahwa sepsis merupakan kondisi yang terjadi sebagai respon terhadap infeksi.

"Jika sepsis tidak dikenal secara dini dan ditangani dengan segera, hal itu dapat menyebabkan syok septik, kegagalan banyak organ, dan kematian."

Di masa pandemi seperti sekarang, WHO mengatakan bahwa pasien dengan kondisi kritis akibat COVID-19 serta penyakit menular lainnya, berisiko lebih tinggi mengembangkan dan meninggal karena sepsis.

Mereka menambahkan, penyintas sepsis pun tidak lepas bahaya. WHO menyebut bahwa hanya separuh yang akan sembuh total sementara "sisanya akan meninggal dalam waktu 1 tahun atau dibebani oleh cacat jangka panjang.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya