Liputan6.com, Jakarta - Pemprov DKI menarik rem darurat lewat kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) pada 14 September mendatang. Akibatnya bisnis pangkas rambut asal Garut atau biasa di sebut Asgar dipresiksi ikut menderita imbas kebijakan untuk memerangi virus Corona ini.
Ketua Persaudaraan Pemangkas Rambut Garut (PPRG), Irawan menyebut, lebih dari 1000 orang pelaku bisnis pangkas rambut Asgar di ibu kota bakal pulang kampung. Mengingat terpangkasnya jumlah pelanggan saat PSBB berlangsung.
Advertisement
"Ya saya sedih sih melihat kejadian PSBB diulang kembali. Saya sendiri yakini lebih dari 1.000 orang Asgar di Jakarta akan mudik ke kampung. Karena kan pelanggan berkurang saat PSBB," jelas dia kepada Merdeka.com, Jumat (11/9/2020).
Irawan mengatakan PSBB merupakan momok menakutkan bagi pelaku usaha pangkas rambut. Menyusul pendapatan usaha sektor ini bergantung penuh pada kedatangan pelanggan di tempat.
"Secara pribadi dan mewakili komunitas sebenernya takut juga saat PSBB ini. Pendapatan kita kan bergantung dari pelanggan yang datang," tegasnya.
Lanjutnya, ketakutan akan PSBB kali ketiga sendiri dinilai sangat wajar. Hal ini belajar dari pengalaman PSBB sebelumnya, yakni jumlah pelanggan terpangkas hingga lebih dari 90 persen.
"Karena PSBB buat orang lebih memilih di rumah. Mungkin takut juga keluar kan. Jadi, kemarin pelanggan kita ilang sampai 90 persen lebih, " paparnya.
Maka dari itu, mayoritas pelaku usaha pangkas rambut asal Garut ini lebih memilih untuk meninggalkan ibu kota saat PSBB berlangsung. "Itung-itung meringankan beban biaya hidup kita di Jakarta yang mahal. Sehingga kita lebih memilih mudik saja," tutupnya.
Jakarta PSBB Lagi, Pedagang Warteg Menjerit
Ketua Koordinator Komunitas Warung Tegal (Warteg) Nusantara, Mukroni menyatakan, khawatir terhadap kebijakan Pemprov DKI Jakarta yang kembali menerapkan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) mulai 14 September mendatang. Menyusul larangan makan ditempat bagi seluruh usaha kuliner.
"Kami merasa was-was juga jika PSBB diberlakukan kembali. Karena kan seperti PSBB awal, usaha kuliner kaya kita kembali dilarang melayani pelanggan untuk makan di tempat. Itu sangat mengurangi pendapatan kita," ujar dia saat dihubungi Merdeka.com, Jumat (11/9/2020).
Mukroni menjelaskan selama ini sumber pendapatan usaha Warteg masih di dominasi oleh pelanggan yang makan ditempat. Sebab sumbangsih dari layanan pemesanan dinilai masih sedikit, yakni hanya mencapai 10 persen dari total pendapatannya.
Sehingga dia memprediksi saat PSBB berlangsung kembali maka pendapatan usahanya akan terpangkas hingga 90 persen. Menyusul mulai efektif berlakunya larangan usaha kuliner melayani makan ditempat.
"Ini kan jelas, karena memang saat PSBB awal dan transisi kemarin, usaha kita menurun pendapatannya sampai 90 persen. Akibat tidak ada aktivitas. Kalau hanya melayani makan bukna ditempat paling cuma 10 persen pendapatan kita," paparnya.
Oleh karenanya, dia berharap Pemprov DKI lebih baik dalam melalukan tata kelola PSBB di periode kali ketiga ini. Diantaranya dengan memberikan bantuan langsung tunai ataupun keringanan biaya tempat usaha bagi pelaku ushaa kuliner yang terdampak kebijakan PSBB.
"Intinya jangan sampai kita dibiarkan mencari solusi sendiri. Seperti PSBB yang sebelumnya. Dimana kita dibiarkan bergerak kesana kemari untuk menyelamatkan usaha warteg. Kita harapkan PSBB sekarang ada BLT atau bantuan keringan sewa tempat bagi pelaku usaha makanan di Jakarta," tegasnya.
Kendati demikian, Mukroni menyambut baik diberlakukannya kembali kebijakan PSBB di seluruh wilayah Jakarta. Mengingat penyebaran virus Corona kian tak terkendali dan mulai mengancam serius kesehatan masyarakat ibu kota.
"Tapi kalo dukung atau tidaknya PSBB kita sih dukung. Apalagi Corona ini telah menyebar luas dan bahaya juga bagi kesehatan warga Jakarta," tutupnya.
Advertisement