Mahasiswi Prancis Ditolak Masuk Museum karena Kenakan Busana Berbelahan Dada Rendah

Mahasiswi Prancis itu datang ke museum bersama temannya yang kala itu mengenakan pakaian memperlihatkan bagian perut.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 11 Sep 2020, 16:02 WIB
Jeanne, mahasiswi sastra Prancis yang ditolak masuk Museum Musée d’Orsay. (dok. Twitter @jeavnne/https://twitter.com/jeavnne/status/1303648509846061056?s=09 /Brigitta Bellion)

Liputan6.com, Jakarta - Jeanne, seorang mahasiswi satra Prancis, tak pernah mengira pilihan busananya saat hendak mengunjungi Musée d’Orsay menimbulkan masalah. Ia dilarang petugas masuk karena mengenakan gaun berpotongan depan yang rendah.

Dilansir dari Guardian, Jumat (11/9/2020), Jeanne sengaja mengenakan gaun tersebut karena cuaca pada Selasa, 8 September 2020, sangat panas.

"Sesampainya di pintu masuk museum, saya bahkan tidak sempat mengeluarkan tiket ketika staf yang bertugas memeriksa tiket terkejut sambil melihat ke arah dada saya dengan gaun berpotongan rendah," tulis Jeanne dalam surat terbuka di akun Twitter-nya, disertai fotonya memakai gaun itu.

Musée d’Orsay merupakan salah satu museum terbesar di Paris yang terkenal dengan koleksi galeri lukisan tanpa busana. Akibat tindakan petugas, pihak museum dituduh mendiskriminasi dan melakukan praktik seksisme.

"Ia pergi sambil meneriakkan, 'Ah, tidak, itu tidak akan mungkin, itu tidak mungkin, itu tidak akan berhasil'. Hingga saat ini, saya tidak tahu bahwa décolleté (pakaian berpotongan rendah) saya telah jadi penyebab dari semua drama ini," tambahnya.

Jeanne menceritakan bahwa dirinya merasa sangat dipermalukan ketika staf museum dengan tidak sopan memandangi dan melarangnya masuk sambil berkata, "Aturan adalah aturan." Saat bertanya tentang aturan apa yang dilanggar, pertugas itu tidak menjawab, melainkan hanya melihat ke bagian dadanya saja.

"Saya sungguh tidak mengerti apa yang sedang terjadi," tulis akun @jeavnne.

Saat mahasiswi sastra itu menolak menutupi tubuhnya dengan jaket, staf museum lagi-lagi hanya melirik ke arah yang sama sambil mendongakkan dagu dan berkata, “Itu.” "Saya tidak ingin memakai jaket saya karena saya merasa terpukul, dipaksa, saya malu. Saya merasa semua orang melihat dada saya, saya tidak lebih dari dada saya; saya hanyalah seorang wanita yang mereka seksualisasikan," papar Jeanne.

Ia juga mengungkap perbedaan perlakuan petugas museum yang diterima teman yang pergi bersamanya. Saat itu, sang teman mengenakan atasan pendek yang memperlihatkan bagian perut, dan pengunjung museum lain tampak berpakaian terbuka untuk cuaca panas, tetapi saat itu hanya ia yang dipermasalahkan oleh petugas.

"Standar ganda Anda seharusnya tidak jadi penghalang saya untuk mendapat akses terhadap budaya dan pengetahuan," tutupnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Pihak Museum Minta Maaf

Bagian dalam Musée d'Orsay. (dok. Instagram @museeorsay/ https://www.instagram.com/p/CCN06jnI9vA/?igshid=82wfd8r2mpen /Brigitta Bellion)

Sejak cuitan surat terbukanya viral di Twitter, pihak Musée d’Orsay menanggapi dengan kicuan di akun Twitter mereka. "Kami sangat menyesalinya dan meminta maaf pada orang yang terlibat, dengan siapa kami berhubungan," tulis akun @MuseeOrsay.

Seorang pejabat museum kemudian menelepon Jeanne untuk meminta maaf padanya, lapor Guardian. Jeanne mengatakan ia puas dengan telepon tersebut, tapi menyayangkan pihak museum yang gagal mengenali adanya perilaku seksisme dan diskriminatif dalam kejadian itu.

Banyak orang menyayangkan kejadian tersebut. Namun, terlepas dari drama yang terjadi, Musée d’Orsay masih jadi salah satu tujuan wisata favorit Paris. Tempat itu merupakan rumah bagi seni lukis dan potret tanpa busana yang terkenal di dunia, seperti Origin of the World karya Gustave Courbet, Olympia karya Edouard Manet, dan Grand nu milik Auguste Renoir. (Brigitta Valencia Bellion)

Hari Museum Internasional

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya