Protokol Aman Transplantasi Ginjal di RSCM Selama Pandemi COVID-19

Ada protokol aman transplantasi ginjal di RSCM yang harus dipahami selama pandemi COVID-19.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 12 Sep 2020, 10:00 WIB
Ada protokol transplantasi ginjal di RSCM yang harus dipahami selama pandemi COVID-19. Ilustrasi Credit: unsplash.com/Robina

Liputan6.com, Jakarta Sejak dua bulan terakhir, pelayanan transplantasi ginjal di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta kembali dibuka. Pelayanan sempat terhenti dari April sampai Juni 2020 saat COVID-19 merebak.

Pokja Transplantasi Ginjal RSCM, Departemen Urologi FKUI-RSCM Nur Rasyid menyampaikan, kini pasien yang membutuhkan pelayanan transplantasi ginjal dapat aman dilakukan. Kuncinya, kepatuhan terhadap protokol kesehatan aman transplantasi ginjal.

"Dibukanya kembali pelayanan transplantasi ginjal tentunya dibarengi dengan panduan protokol kesehatannya. Artinya, benar-benar protokol itu harus dipatuhi demi mencegah penularan COVID-19," ujar Rasyid saat konferensi pers di RSCM Jakarta, Jumat (11/9/2020).

"Untuk tenaga medis (tim transplantasi), kami ada pemeriksaan PCR setiap dua minggu dan pasca kontak dengan pasien dengan kasus probable maupun suspek. Saya sudah 12 kali ini PCR. Apalagi kalau tenaga medis bertemu dengan pasien, yang terbukti positif COVID-19, ya harus tes PCR lagi."

Rasyid juga mengungkapkan, alat pelindung diri menjadi utama yang dikenakan saat tindakan transplantasi ginjal.

"Biasanya ya jauh sebelum COVID-19, kami melakukan operasi ya menggunakan pakaian standar operasi umum. Sekarang, harus pakai APD lengkap," pungkasnya.

Saksikan Video Menarik Berikut Ini:


Protokol untuk Pasien

Pengetesan swab menggunakan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) yang dilakukan oleh Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Jabar. (Foto: Humas Jabar)

Protokol transplantasi ginjal juga ditujukan kepada pasien, baik pendonor maupun resipien (penerima). Pertama-tama, pasien mengisi kuesioner skrining pasien.

"Mereka menjalani tes PCR sampai tiga kali, yakni dua kali sebelum tindakan (H-7 dan H-3) dan satu kali pasca tindakan. H+2 untuk pendonor dan H+4 untuk penerima donor. Rangkaian prosedur transplantasi ginjal baru akan dimulai setelah keduanya dipastikan negatif COVID-19 lewat hasil PCR," terang Rasyid.

Dalam prosedur operasi, operator (tim) dan perawat semua baru masuk ke ruang operasi setelah dokter anestesi melakukan pembiusan.

"Karena sifatnya aerosol, jadi dokter anestesi dan perawat anestesi tentu berada di risiko yang paling tinggi untuk tertular COVID-19. Meskipun begitu, kami punya segala pencegahan dilakukan, salah satunya pemasangan filter udara pada alat operasi," jelas Rasyid.

"Ada tim yang melakukan teknik laparoskopi lewat organ belakang (bagian belakang tubuh), transplantasi ginjal biasa dari rongga perut. Jadi, risiko paparannya minim."

Selama menjalani transplantasi organ, Rasyid dan tim bersyukur, hasil PCR negatif. Tidak ada satupun anggota tim yang positif COVID-19.

"Alhamdulillah, semuanya negatif, baik pada saat akan dimulai operasi dan setelah operasi," ujar Rasyid.

 


Ruang ICU untuk Perawatan

Tim medis saat menangani pasien dalam pengawasan (PDP) virus corona atau COVID-19 di ruang isolasi Gedung Pinere, RSUP Persahabatan, Jakarta Timur, Rabu (4/3/2020). RSUP Persahabatan menangani 31 pasien dalam pemantauan dan pengawasan dari potensi terpapar virus corona. (merdeka.com/Iqbal Nugroho)

Pokja Transplantasi Ginjal RSCM, Departemen Intensive Care FKUI-RSCM Dita Aditianingsih menerangkan, ruang ICU dipersiapkan untuk pasien transplantasi organ, termasuk transplantasi ginjal.

"Kami punya 15 bed dengan dua ruang isolasi. Di ICU RSCM Kencana ada 6 bed dengan satu ruang isolasi. Satu unit hemodialisis dalam ICU, dua mesin Continuous Renal Replacement Therapy (CRRT), USG doppler," terangnya.

"Kemudian bedside monitor, ventilasi mekanik, Point of Care Testing (POCT), yakni Analisa Gas Darah (AGD) elektrolit, lactat, glucometer (alat cek gula darah)."

Dita melanjutkan, transplantasi ginjal meningkatkan kualitas harapan hidup pasien dibanding hemodialisa (cuci darah).

"Dari grafik tingkat kelangsungan hidup 5 tahun dengan keberhasilan transplantasi 88 persen, sedangkan cuci darah 62,7 persen. Untuk 10 tahun, keberhasilan transplantasi ginjal 78,8 persen, sedangkan cuci darah 39,8 persen," lanjutnya.


Infografis Menanti Hasil Uji Klinis Calon Vaksin Covid-19

Infografis Menanti Hasil Uji Klinis Calon Vaksin Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya