Cerita Akhir Pekan: Aksi Donasi dengan Beragam Opsi

Tak melulu uang, donasi dapat disalurkan dalan beragam alternatif untuk membantu mereka yang membutuhkan.

oleh Putu Elmira diperbarui 13 Sep 2020, 10:27 WIB
Ilustrasi baju. (dok. Unsplash.com/Dan Gold/@danielcgold)

Liputan6.com, Jakarta - Upaya membantu dan mendukung sesama dapat diwujudkan dalam berbagai cara. Implementasi tepat guna aksi kemanusiaan ini, tentunya berfokus kepada mereka yang membutuhkan dan disalurkan lewat apapun bentuk donasi itu.

Kini di Tanah Air, ada sederet lembaga dan komunitas sosial yang menjembatani donasi para donatur. Bentuk sumbangannya pun beragam, ada yang memberi uang hingga barang dengan mengusung asas manfaat bagi yang memerlukan.

Satu di antaranya adalah Donasi Barang, sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang menerima donasi dalam bentuk macam-macam barang. Mereka menampung mulai dari pakaian, buku, barang pecah belah, furnitur, hingga mainan.

Cikal bakal hadirnya LSM ini bermula ketika sang pendiri Donasi Barang Ade Rahmat yang prihatin terhadap dunia pendidikan autis. Ia pun tergabung dalam Cagar Foundation atau Rumah Autis yang berfokus pada 210 anak autis yang berasal dari keluarga kurang mampu untuk membantu biaya pendidikan lewat terapi dan sekolah.

Ade lantas diamanahkan sebagai manajer fundraising untuk mencari pendanaan. Ia menyebut setiap bulan dapat closing di angka Rp10juta--Rp20 juta uang tunai dari donatur.

"Apakah saya harus terus menerus meminta dalam artian konsep untuk berbagi dan membantu pendidikan kepada donatur. Lalu, saya melihat sesuatu yang jarang digarap orang. Awalnya saya melihat tukang rongsok dan tebersit mengelola program kemanusiaan ini," kata Ade saat dihubungi Liputan6.com, Kamis, 10 September 2020.

Akhirnya di 2017, ia memberanikan diri keluar dari zona nyaman sebagai manajer, memilih keluar dan mengajukan program yang dahulu diberi nama Sebar Manfaat atau sedekah barang bermanfaat. Setelah berjalan beberapa bulan, ia melihat potensi di Instagram sebagai platform untuk berdonasi barang.

"Terkait Donasi Barang saya mencoba mengunci dulu domain web-nya ajukan ke yayasan akan membuat program untuk kemanusiaan, tapi dari barang bekas dan mencari tagline yang pas "sisa-sisa tak selalu sia-sia" karena barang yang kami jemput itu barang sisa yang tak terpakai oleh donatur, akhirnya kami manfaatkan supaya tidak sia-sia," tambahnya.

Saksikan Video Pilhan di Bawah Ini:


Kegigihan Membantu Sesama

Ilustrasi baju (dok. Unsplash.com/Lauren Fleischmann @theburbgirl)

Pada awal berdiri, Ade sempat terkendala soal biaya operasional, seperti dana untuk menyewa mobil bak terbuka untuk menjemput barang donasi. Namun akhirnya, Ade diamanahkan dua armada wakaf mobil yang ia ambil sendiri ke Solo.

"Saat ini kami sudah bisa membantu 2--3 ribu orang dalam hal yang menerima manfaat dari Donasi Barang melalui barang langsung yang dirasakan, contoh pakaian juga buku. Untuk pendidikan kami baru membantu 210 anak autis. Kami memberdayakan 15 guru di Rumah Autis," tambahnya.

Soal cara berdonasi, Ade menyebut donatur dapat mengontak Donasi Barang, lalu mengisi formulir yang berisi nama, alamat, jam dan tanggal penjemputan barang yang didonasikan. Usai formulir dikirim kembali, tim akan merespons dan mengecek tanggal penjemputan.

Jika di tanggal tersebut telah penuh, penjemputan akan dijadwalkan paling lama 2--3 hari dari waktu yang diajukan. Donasi Barang juga memberdayakan beberapa pemuda dari daerah untuk ikut membantu di lembaga ini.

"Ada enam orang, yaitu tim sortir rongsok, buku, pakaian, mainan, furnitur, dan tim beberes. Sortir kasar cek donasi apakah sesuai, layak atau tidak, baru disortir, kedua pakaian mana layak jual dan layak pakai dari itu dipisahkan untuk memenuhi toko yang dijual super murah di Jalan Ratna, Jatiasih," kata Ade.

Ia melanjutkan, per dua hari, jika baju yang digantung di toko ternyata tidak laku akan diturunkan dan dijual oleh para guru. Hasil dari penjualan itu dapat mereka gunakan sebagai biaya tambahan untuk rumah tangga.

"Sisa dari mereka yang layak pakai kita kirim 3--5 mobil ke daerah. Sebulan 100--300 karung penerima manfaat. Setiap minggu rutin di gudang berbagi pakaian, tas, pecah belah, kami bagikan seminggu sekali kepada warga sekitar. Sisa baju layak pakai kita kirim ke Sukabumi, Cianjur, Tasikmalaya, Garut, Subang, terakhir Bandung Barat," jelas Ade.


Blood for Life Indonesia (Blood4LifeID)

Ilustrasi Donor Darah (Sumber: Pixabay)

Cerita berbeda terkait gerakan kemanusiaan hadir dari Blood for Life Indonesia atau Blood4LifeID. Komunitas sosial tersebut didirikan oleh Valencia M. Randa pada 19 Maret 2009 lalu.

Sebelum resmi terbentuk, Valencia awalnya tengah mencari darah untuk sang ibunda yang membutuhkan transfusi darah dan berhasil mendapatkannya. Namun, tetangga bed sang ibunda di rumah sakit kesulitan mencari darah hingga meninggal dunia.

"Saat itu kak Valen berinisiatif membantu, di sana komunitas dibuat untuk menjembatani antara pasien yang butuh darah dan orang yang bersedia mendonorkan darah secara sukarela," kata Yudhinia Venkanteswari selaku Chairperson Blood4LifeID saat dihubungi Liputan6.com pada Kamis, 10 September 2020.

Bertepatan dengan berdirinya komunitas ini, dikatakan Yudhinia, Valencia mengumpulkan teman-teman dari pembaca blog-nya dengan membuat mailing list untuk menginformasikan kebutuhan darah. Setelah mulai berkembang, lalu ia beralih ke media sosial Twitter yang mendapat respons baik.

"Ternyata lumayan banyak yang follow ikut membantu orang dari seluruh Indonesia jika butuh darah dapat mention. Dari itu kami follow-up ke contact person yang tercantum, jadi kita konfirmasi lebih dulu," tambahnya.

Ia melanjutkan, tidak semua broadcast diteruskan untuk dipublikasi. Langkah pertama dari pihaknya adalah mengonfirmasi ke keluarga pasien yang diminta form untuk permohonan darah dari rumah sakit ke PMI.

"Kalau misal form kebutuhan darahnya minta ke PMI dan langsung dapat, dia sudah enggak punya lagi itu form, tapi kalau sampai ada form permintaan dari rumah sakit ke PMI sama PMI ditolak karena enggak ada darahnya, baru kita bisa bantu cari lewat Blood4Life," tambahnya.

Bagi yang membutuhkan darah atau yang ingin mendonorkan darah, dapat mengisi formulir yang tersedia di situs web resmi Blood4LifeID. Donor darah dapat dilihat kebutuhan yang ada di kota terdekat karena komunitas ini untuk seantero Indonesia.

"Misalkan saya di Jakarta, golongan darah saya O positif dan sudah waktunya donor darah. Gimana saya bisa donor, saya bisa cari Kota Jakarta ada kebutuhan enggak untuk O positif, kalau ada, misalnya saya bisa berdonor ke PMI Jalan Kramat, di situ ada contact person keluarga pasien dan saya bisa janjian untuk datang ke PMI Kramat," jelasnya.

Bagi yang membutuhkan darah, dikatakan Yudhinia, juga dapat mengisi formulir di situs web Blood4LifeID. Formulir tersebut berisi kota, golongan darah yang dibutuhkan, nama pasien, jumlah kantong atau cc darah yang dibutuhkan, dan tipe golongan darah (whole blood atau apheresis).

"Donor darah ada dua, whole blood mengambil semua komponen darah, tapi ada donor darah apheresis hanya diambil plasma darah atau trombosit, kita bisa sumbangkan komponen darah tersebut, kelebihannya dimasukkan kembali ke tubuh pendonor biasanya untuk demam berdarah butuh trombosit saja bukan whole blood," tambahnya.

Selain untuk donor darah dan yang membutuhkan darah, jika yang donor darah belum menemukan yang bersedia donor darah di kota tersebut dan belum ada kebutuhan, pendonor dapat mengisi database di situs web Blood4LifeID.

"Jadi nanti suatu saat di kota itu ada kebutuhan dan belum ada yang mendonor, kita punya namanya divisi pusat data, kita akan kontak database di web kami untuk dipanggil donor darah jika bersedia," katanya.


Aksi Cepat Tanggap (ACT)

Ilustrasi beras. (dok. Unsplash.com/Pierre Bamin/@bamin)

Misi kemanusiaan lainnya, yakni Aksi Cepat Tanggap (ACT). Yayasan yang bergerak di bidang sosial ini diresmikan pasca-tsunami Aceh yang terjadi 2004, tepatnya pada 21 April 2005 silam.

Berdasarkan pengalaman tersebut, Kepala Cabang Aksi Cepat Tanggap Jakarta Pusat Rimanda Putra menyampaikan, ACT bergerak dalam penanganan di bidang gawat darurat bencana alam. Pihaknya juga mengembangkan potensi relawan yang ada dan program-program kebencanaan kala itu.

Terkhusus di masa pandemi corona Covid-19, ACT turut ambil bagian dalam misi membantu sesama. Selama empat bulan ke depan, pihaknya memiliki program-program yang difokuskan kepada ketahanan pangan juga membantu kebangkitan ekonomi untuk para pelaku usaha mikro.

"Kondisi pandemi masyarakat Indonesia butuh pangan, ketahanan pangan kita kuatkan jadi kita memiliki program gerakan nasional Lumbung Sedekah Pangan di setiap kota ada 43 cabang ACT, di sana kita membuat satu cabang membuat posko-posko unit di setiap kecamatan atau kelurahan," kata Rimanda saat dihubungi Liputan6.com, Jumat, 11 September 2020.

Konsep Lumbung Sedekah Pangan, dikatakan Rimanda, di mana di posko tersebut pihaknya membuat rak pangan. Aksi ini turut mengajak masyarakat yang memiliki rezeki dan pangan lebih dapat meletakkannya di rak tersebut.

"Yang menerima masyarakat di sana juga, jadi saling membantu warga, di mana warga langsung ambil ke posko unit. Jika misalnya ingin mengisi lagi, silakan diisi. Warga yang membutuhkan silakan ambil secukupnya," tambahnya.

Rimanda menyampaikan, posko-posko unit dihadirkan di keramaian, salah satunya di masjid. ACT bekerja sama dengan Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) untuk mengimbau masyarakat sekitar masjid membantu warga yang membutuhkan dengan membawa pangan ke masjid atau posko unit.

"Ada juga meletakkan di kantor pemerintah bekerja sama dengan Pemprov, di mana penerima manfaat bisa jadi dari office boy, cleaning service, dan lainnya. Gerakan ini sangat kita galakkan karena ketahanan pangan sangat krusial di kondisi pandemi," ungkapnya.

Untuk Lumbung Sedekah Pangan di Jakarta Pusat sendiri memiliki lima titik posko dan setiap minggu akan bertambah sekitar dua posko. Posko-posko ini hadir di Senen, dua posko di Menteng, Sawah Besar, dan satu tambahan di Tanah Abang pada akhir pekan ini.


Pemberdayaan Usaha Mikro

ilustrasi kue kering keju/unsplash

Setelah pangan, ACT juga memiliki program ruang lingkup pemberdayaan usaha mikro, yakni Sahabat Usaha Mikro Indonesia (Sahabat UMI) dan Wakaf Modal Usaha Mikro. "Bedanya, Sahabat Usaha Mikro Indonesia memberi modal tanpa adanya pengembalian, bisa dibilang sedekah. Sedangkan Wakaf Modal Usaha Mikro ada pengembalian tanpa ada bagi hasil," kata Rimanda.

Sahabat UMI, diambil dari kata umi atau ibu, berfokus kepada ibu-ibu yang mendukung perekonomian rumah tangga karena suami terkena PHK di kondisi pandemi. Pemberdayaan ini memiliki kriteria usaha ultra mikro yang membutuhkan modal di bawah Rp1 juta.

"Ada yang dagang nasi uduk panggul atau dagang kue, diberi modal Rp500 ribu--Rp1 juta tapi lebih banyak Rp500 ribu setiap bulan selama satu tahun sejak Mei 2020. Bukan hanya memberi uang, tetapi ada aktivitas pendampingan setiap bulan berbeda tema," ungkapnya.

Dikatakan Rimanda, setiap tiga bulan, ACT akan me-review pelaku usaha dan akan terdapat assessment. Jika bulan keempat pelaku usaha UMI tidak ada rasa ingin maju dan berusaha, pihaknya akan terminate dan memilih Sahabat UMI yang membutuhkan.

"Wakaf Modal Usaha Mikro, pengaturan dana wakaf kepada pelaku usaha mikro yang lebih besar. Kita beri dana Rp1 juta--Rp2 juta, bukan dalam bentuk uang, tetapi dalam bentuk bahan baku, di mana kalau uang lebih konsumtif," tambahnya.

Mengingat adanya pengembalian pembiayaan, assessment turut diterapkan dalam program ini. "Pengembalian dana kita beri tenor 3--12 bulan tanpa ada bagi hasil," terang Rimanda.

Permodalan sendiri didapat dari donatur, di mana mekanisme penyaluran memiliki crowdfunding Indonesia Dermawan. "Itu mempemudah donatur transaksi dan crowdfunding bisa juga memberi donasi lewat bank yang terdaftar atas nama ACT," jelas Rimanda.

Infografis DISIPLIN Protokol Kesehatan Harga Mati (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya