Liputan6.com, Jakarta Memakai masker di masa pandemi COVID-19 merupakan suatu keharusan terlebih bila berada di ruang publik. Anak usia di atas dua tahun sudah dapat menggunakan masker. Namun, tentu tidak mudah memberi penjelasan kepada mereka pentingnya penggunaan masker.
Memang, penggunaan masker membuat anak tidak bisa melihat ekspresi lawan bicara. Bisa juga anak beranggapan kalau kondisi di luar sangat tidak aman, takut, khawatir dan jadi mudah merasa cemas.
Advertisement
Kondisi sekarang memang bukanlah yang ideal bagi tumbuh kembang mental dan emosi anak. Erin Mueller, seorang psikolog anak, memiliki pendapat terkait hal ini. Menurutnya, melihat orang sekeliling mengenakan masker justru akan membuat anak banyak belajar dan mengembangkan keterampilannya.
“Perkembangan selama masa kanak-kanak menunjukkan perubahan yang cukup besar, dan situasi pandemi ini dapat dipulihkan melalui ketahanannya,” kata Mueller.
Masker Si Senjata Pelindung
Ceritakan pada anak kalau masker seperti 'senjata pelindung', bukan hal yang menakutkan.
"Anak-anak harus diajari untuk memahami bahwa topeng tidak menghilangkan ekspresi kasih sayang. Pada usia yang lebih muda, anak-anak mungkin tak bisa melihat ekspresi wajah lawan bicaranya. Nah, orangtua dapat membantu mereka memahami konsep ini dengan mengenakan dan melepas masker sambil menunjukkan beragam ekspresi emosi," kata Mueller.
Bisa juga membiasakan anak meperhatikan nada suara, gerakan mata dan alis, gerakan tangan dan postur tubuh. Hal ini bisa dilakukan permainan menebak emosi menggunakan masker.
“Misalnya ibu atau ayah mengenakan masker dan menampilkan ragam emosi, seperti penuh semangat, gembira, sedih, marah dan minta anak untuk menebaknya. Dengan begitu anak tidak menjadi pribadi yang dingin dan kaku dan bisa menangkap emosi orang lain meskipun di balik masker," kata Mueller.
Penulis: Mutia Nugraheni/Dream.co.id
Advertisement