Senyum Bahagia Rakiman Setelah Rumah Tidak Layak Huni Miliknya Dibedah

Rumah Rakiman menjadi salah satu dari sekian banyak warga yang membutuhkan bantuan renovasi rumah, lantaran kondisinya yang sudah sangat memprihatinkan.

oleh Bam Sinulingga diperbarui 12 Sep 2020, 11:24 WIB
Rumah Rakiman yang dibedah usai puluhan tahun rusak parah. (Liputan6.com/Bam Sinulingga)

Liputan6.com, Jakarta - Rumah sejatinya menjadi kebutuhan primer yang wajib dipenuhi, terutama bagi mereka yang sudah berkeluarga. Tak hanya berfungsi sebagai hunian, rumah juga menjadi tempat berkumpul dan meluangkan waktu bersama keluarga tercinta maupun kerabat terdekat.

Karena fungsinya yang sangat penting, maka sudah sepatutnya kondisi rumah harus terawat dan terjaga senantiasa. Namun bagi sebagian masyarakat khususnya kalangan bawah, tentunya kesulitan melakukan hal tersebut lantaran terkendala biaya.

Terlebih dengan situasi pandemi Covid-19 saat ini yang sangat berdampak pada perekonomian masyarakat yang semakin merosot. Alih-alih untuk perawatan rumah, biaya hidup sehari-hari pun terkadang masih terbebani.

Alhasil rumah warga yang terus menerus dibiarkan tanpa perawatan, kian bertambah lapuk dan mengalami kerusakan. Terpaan hujan dan terik matahari, semakin memperparah material bangunan. Kondisi inilah yang akhirnya membuat rumah menjadi tidak layak huni (rutilahu).

Salah satunya kediaman Rakiman, warga RW 08 Rawa Bebek, Kota Baru, Kota Bekasi, Jawa Barat. Lelaki paruh baya itu bersama keluarga sudah menempati rumah tidak layak huni selama puluhan tahun. Keterbatasan biaya menjadi kendala bapak empat anak itu untuk merenovasi rumah.

Banyak keluh kesah yang dialami keluarga ini selama menempati rumah satu-satunya peninggalan orangtua. Seperti atap rumah yang bocor, yang merepotkan saat hujan turun. Lantai dan dinding rumah yang pecah-pecah hingga berbentuk serpihan. Angin malam pun kadang menyelinap masuk saat penghuni rumah tertidur.

Material bangunan yang lapuk termakan usia, juga berpotensi mengancam keselamatan para penghuni rumah. Tak jarang Rakiman diliputi kekhawatiran jika sewaktu-waktu atap rumah roboh dan menimpa keluarganya.

Namun apa daya, pekerjaan Rakiman yang hanya serabutan, tidak cukup untuk membiayai renovasi rumah. Ia sekeluarga hanya bisa pasrah menunggu bantuan pihak-pihak yang bersedia merenovasi rumahnya.

Beruntung kesabaran keluarga ini berbuah manis. Rumah Rakiman menjadi salah satu dari sekian banyak warga yang membutuhkan bantuan renovasi rumah, lantaran kondisinya yang sudah sangat memprihatinkan.

Seluruh material rumah yang sudah lapuk, diganti dengan material baru yang berkualitas dan tahan lama. Senyum bahagia pun terpancar dari wajah Rakiman dan keluarga, karena bisa mendapatkan rumah yang layak huni setelah penantian puluhan tahun.

"Senang, bersyukur bisa dibedah rumah saya. Sekarang udah gak khawatir lagi kalau hujan," kata Rakiman kepada Liputan6.com, Sabtu (12/9/2020).

Kakek dari enam cucu itu pun berharap rumahnya sebagai tempat menghabiskan masa tua bersama keluarga tercinta, bisa terus terpelihara dan terjaga agar bisa diwariskan kepada anak cucunya kelak.

"Rumah buat saya penting, karena kan untuk kumpul kita bersama keluarga. Makanya saya mau rumah saya bisa terus awet lah buat diterusin ke anak cucu," imbuhnya.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Andalkan Donasi

Giat bedah rumah ini merupakan salah satu upaya segelintir pihak dalam rangka membantu pemerintah membenahi rutilahu. Anggaran program ini biasanya dikumpulkan melalui donasi, baik dari anggota maupun donatur lainnya.

"Di pandemi ini kita sama-sama pahami, banyak anggaran pemerintah yang sedang defisit. Artinya, tidak bisa diatasi walaupun sudah dianggarkan," kata Ketua Laskar Gerakan Kebaikan, Muhammad Said alias Cemong.

Sebagai wadah yang fokus terhadap renovasi rutilahu, Cemong mengakui banyak kendala yang ditemui pihaknya, terutama dalam hal anggaran. Keterbatasan inilah yang membuat wadah ini tak bisa serta merta membedah setiap rumah warga yang mengajukan diri.

Untuk membedah sebuah rutilahu, lanjut Cemong, pihaknya mengandalkan donasi dari para anggota dan donatur lain. Cemong bersama rekan-rekan rutin menggalang donasi setiap bulan, yang hasilnya langsung digunakan untuk perbaikan rumah warga yang membutuhkan.

"Target donasi minimal Rp 10 ribu per orang. Kalau ada yang ngasih Rp 100 ribu, Rp 50 ribu, itu kembali ke orangnya karena dia mau beramal. Yang pasti tiap bulan donasi masuk, tiap bulan kita bangun rumah," ujarnya.

Cemong mengaku, hingga saat ini sudah ada 24 rutilahu yang dibedah di Kota Bekasi, dan 3 rutilahu di daerah lain. Untuk setiap rumah yang akan dibedah, Cemong juga meminta kesediaan sumbangsih dari RT/RW setempat demi kelancaran renovasi.

"Saat ini kita ada satu rumah di Rawalumbu, satu di Medansatria, dan satu di Bekasi Barat yang sudah mengusulkan. Di Bandung besok udah mulai pembukaan satu lagi," ungkapnya.

Wadah yang beranggotakan 1.700 orang ini, dijelaskan Cemong merupakan upaya bersama untuk membantu masyarakat yang benar-benar membutuhkan perbaikan rumah. Pihaknya juga melibatkan BKM dalam program bedah rumah.

Cemong berharap semakin banyak simpatisan khususnya para pengusaha yang mau melibatkan diri dalam membantu meringankan beban masyarakat kurang mampu, terutama di masa pandemi ini.

Karena menurutnya, membantu kesusahan masyarakat tak melulu urusan pemerintah. Dan sebagai mahkluk sosial, manusia sejatinya memiliki kepekaan dan empati untuk membantu sesama yang membutuhkan.

"Karena sebaik-baiknya manusia, yang bermanfaat untuk orang lain. Ayo kita bergerak membantu pemerintah, bermanfaat untuk saudara kita yang membutuhkan," imbuhnya.

 


Bukan yang Terakhir

Sementara Ketua RW 08 Rawa Bebek, Kota Baru, M Syarif menyampaikan apresiasi terhadap kegiatan bedah rumah yang diberikan kepada salah satu warganya yang benar-benar membutuhkan.

Menurut dia, pihaknya sudah pernah mengajukan permohonan program rutilahu untuk warganya tersebut. Namun lantaran anggaran terkendala penanganan Covid-19, pembangunan pun terpaksa ditunda.

"Tapi alhamdulillah didorong Laskar Gerakan Kebaikan sekarang bisa berjalan lagi. Proses dan persyaratan tidak sulit," ujarnya.

Selain Rasiman, sambungnya, masih ada 6 warga di RW 08 yang mengajukan program rutilahu melalui BKM. Seluruhnya dikatakan belum terlaksana akibat anggaran yang dialihkan untuk penanganan pandemi Covid-19.

"Ini yang pertama, dan insyaallah bulan depan masih dua lagi di lingkungan RW 08 yang akan dilaksanakan bedah rumah," pungkas Syarif.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya