Liputan6.com, New York - Meski pandemi Virus Corona COVID-19 belum usai, warga AS tetap memperingati tragedi teror mematikan 11 September 2001 atau 9/11. Digelarnya acara peringatan itu pun tak lupa dengan memberlakukan protokol kesehatan dan social distancing.
Pada Jumat pagi waktu setempat (11 September), keluarga korban berkumpul di plaza memorial 11 September yang berlokasi di bekas lokasi gedung World Trade Center (WTC) di New York, seperti dikutip dari Associated Press, Sabtu (12/9/2020).
Advertisement
Mereka yang menghadiri acara tersebut pun diingatkan untuk mematuhi protokol kesehatan agar dapat terhindar dari risiko penularan COVID-19.
Saat berdiri di plaza, salah satu anggota keluarga korban, yaitu Jin Hee Cho mengungkapkan bahwa dirinya tidak dapat melupakan adik perempuannya, Kyung, yang tewas dalam serangan teroris tahun 2001 silam yang menghancurkan menara kembar WTC.
"Sulit untuk menghapusnya dalam pikiran saya. Saya mengerti ada semua ini, dan saya memahami bahwa kita sekarang menghadapi COVID-19, "tutur Cho, seraya melanjutkan, "Tetapi saya hanya merasakan kehilangan, kehilangan yang menghancurkan atas saudara perempuan saya".
Saksikan Video Berikut Ini:
Kehadiran Donald Trump dan Joe Biden
Acara peringatan di Flight 93 National Memorial di Pennsylvania dihadiri oleh Presiden AS Donald Trump dan pesaingnya dari Partai Demokrat, Joe Biden.
Selain hadir di Pennsylvania, Biden juga sempat menghadiri acara peringatan di ground zero di New York.
Calon Presiden AS tersebut dilaporkan tampak hadir dengan mengenakan masker dan berjumpa dengan Wakil Presiden Mike Pence sebelum perayaan dimulai.
Peringatan 19 tahun insiden 9/11 di AS disebut sebagai peristiwa rumit di tengah krisis wabah Virus Corona COVID-19 yang masih berlangsung di Negeri Paman Sam tersebut, ditambah dengan luasnya protes terhadap ketidakadilan rasial dan persiapan menjelang pilpres.
Namun, pihak keluarga mengatakan bahwa peringatan itu penting untuk AS agar berhenti sejenak dan mengingat serangan pesawat yang dibajak hingga menewaskan hampir 3.000 orang di menara WTC di New York, di markas Pentagon dekat Washington dan di lapangan dekat Shanksville, Pennsylvania, pada 11 September 2001.
Insiden tersebut membentuk Kebijakan AS, termasuk tentang persepsi keselamatan, dan kehidupan sehari-hari.
"Orang bisa berkata, 'Oh, 19 tahun.' Tapi saya akan selalu melakukan sesuatu hari ini. Itu sejarah," ujar Annemarie D'Emic, yang kehilangan saudara laki-lakinya, Charles Heeran, dalam insiden 9/11.
Advertisement
Pembacaan Nama-Nama Korban Melalui Rekaman Audio
Sementara di berbagai wilayah lainnya di AS, acara peringatan 9/11 terpaksa dibatalkan akibat Virus Corona COVID-19, meski beberapa lainnya masih dilangsungkan dengan pembatasan.
Keluarga korban bahwa tidak bisa menghadiri acara peringatan yang diadakan oleh Pentagon, untuk menghindari risiko Virus Corona COVID-19.
Dalam acara peringatan pada biasanya, tradisi pembacaan nama-nama korban dilakukan secara langsung. Tetapi untuk tahun ini, tradisi tersebut dilakukan dengan rekaman audio dan pengeras suara yang ditempatkan di beberapa area di plaza memorial 11 September.
Namun, salah satu keluarga korban mengungkapkan bahwa ia tidak keberatan dengan langkah baru tersebut.
"Saya pikir itu harus berkembang. Itu tidak bisa tetap sama selamanya," tutur Frank Dominguez, yang kehilangan saudara laki-lakinya, Jerome Dominguez, yang merupakan petugas polisi pada saat insiden 9/11.
Tak hanya itu, penggelaran momen Tribute in Light yang menyalakan lampu tegak lurus ke langit di lokasi gedung WTC juga sempat akan dibatalkan karena alasan keamanan bagi kru yang memasang instalasi tersebut.
Tetapi akhirnya, setelah pertimbangan yang dibantu oleh Wali Kota New York, Mike Bloomberg, dan Gubernur New York Andrew Cuomo. lampu Tribute in Light dapat dinyalakan pada 11 September waktu setempat.