Inspiratif, Restoran Cepat Saji Ini Beri Peluang Bagi Penyandang Disabilitas untuk Bekerja

Terlepas dari keadaan fisik atau mentalnya, tidak menjadi penghalang untuk bekerja. Simak ulasannya dibawah ini

oleh Liputan6.com diperbarui 10 Okt 2020, 16:03 WIB
Restoran cepat saji, Burger King, pekerjakan teman tuli. (dok. Twitter)

Liputan6.com, Jakarta Memiliki keterbatasan fisik atau disabilitas tidak harus menjadi penghalang bagi mereka untuk kehilangan kebahagiaan dan semangat hidup. Seringkali orang yang memiliki keterbatasan fisik dipandang sebelah mata dan dianggap tidak berkompeten dalam bekerja.

Sebuah restoran cepat saji membuat gebrakan dengan mempekerjakan orang-orang disabilitas. Ini dilakukan oleh Burger King Kuta Bali. Berikut rangkumannya seperti dilansir dari travelingyuk.com.

Saksikan Video Pilihan Dibawah Ini:


Memberi kesempatan peluang pekerjaan

2 bayi dilahirkan di Burger King Route 80, Denville, New Jersey, Amerika Serikat, hanya selang 1 hari (google maps)

Beberapa merek besar mulai peka bagi mereka yang memiliki kondisi spesial. Hal ini terlihat dari beberapa merek di Tanah Air yang memberikan peluang pekerjaan bagi orang dengan kebutuhan khusus untuk bisa bekerja seperti orang pada umumnya.

Seperti halnya Burger King di kawasan Bali. Restoran ini telah mempekerjakan difabel sejak tahun 2018. Hingga kini, setidaknya terdapat 22 karyawan dan karyawati penyandang disabilitas.

 

 

 


Menjadi trobosan baru

Antrean tertib di Burger King bayar pakai Shopeepay.

Pastinya ini menjadi penyemangat baru untuk penyandang disabilitas. Seperti akun @Lenny_diary yang membagikan kegiatannya saat berkunjung ke Burger King bali. 

Ketika memasuki Burger King dan memesan menu, terdapat Crew Spesial yang menunjukkan papan informasi yang bertuliskan “Halo, Saya Tuli, Silahkan Pilih Gambar di Menu untuk Pemesanan, Terima Kasih”. 

Jika kamu kesulitan untuk berkomunikasi dengan mereka, pihak manager akan segera membantu. Para Crew Spesial ini sebelumnya, sudah di-training agar para pelanggan tidak akan kebingungan dan kesulitan, dan masyarakat diajak untuk mengenal dengan bahasa isyarat, jika memungkinkan.

Penulis:

Fayola Gishlaine

Universitas Multimedia Nusantara

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya