Liputan6.com, Jakarta - Proses uji coba vaksin Sinovac di Tanah Air sejauh ini berjalan lancar. Sejauh ini belum ditemukan keluhan-keluhan dari relawan uji klinis vaksin yang berasal dari China tersebut.
"Vaksin ini berbasis Siovac dalam fase ketiga teruji dan relatif dalam tidak ada keluhan seperti yang terjadi di negara-negara lain sampai dihentikan," kata Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, Airlangga Hartarto dalam diskusi virtual bertajuk 'Anies Rem Darurat, Ekonomi Tercekat?', di Jakarta, Minggu (13/9/2020).
Advertisement
Dia menambahkan, tahapan proses uji coba terus dijalankan. Diharapkan pada tahun depan imunisasi massal secara terbatas dapat segera dipersiapkan dan dilakukan oleh pemerintah.
"Vaksin sudah disiapkan juga oleh pemerintah walaupun jumlahnya belum maksimal tetapi minimal antara 10 sampai 30 juta sampai akhir tahun ini bisa tersedia," tandas dia.
Sebelumnya, Ketua Pelaksana Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Erick Thohir mengatakan, Indonesia akan mendapat 30 juta dosis vaksin Covid-19 pada akhir tahun 2020 dan 300 juta dosis untuk 2021.
Vaksin tersebut merupakan hasil kerja sama beberapa BUMN farmasi dengan lembaga dan instansi farmasi mancanegara seperti PT Bio Farma (Persero) dengan Sinovac Biotech yang berasal dari China.
Sinovac sendiri sudah berkomitmen menyediakan 20 juta dosis vaksin pada akhir tahun ini apabila proses uji klinis tahap 3 berjalan lancar. Sedangkan untuk tahun depan, akan diproduksi hingga 250 juta dosis untuk Indonesia.
Selain itu, Erick juga melaporkan bahwa PT Kimia Farma juga telah menggandeng perusahaan asal UEA, Grup 42 (G42) dan akan memperoleh 10 juta dosis vaksin pada akhir 2020, kemudian ditambah lagi sebanyak 50 juta dosis yang akan diterima Indonesia pada akhir kuartal I-2021.
"InsyaAllah, akhir tahun ini ada 30 juta (vaksin) dan tahun depan ada 300 juta. Tetapi sebagai catatan, dari total kita dapatkan 330 juta mungkin 340 juta," ucap Erick.
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Ada Relawan Vaksin Terpapar Covid-19, Ini Penjelasan Tim Peneliti
Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksin Covid-19 Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Kusnandi Rusmil menyatakan, seorang relawan di Bandung yang terkonfirmasi Covid-19 tidak berkaitan dengan vaksin yang disuntikkan.
"Perlu kami sampaikan bahwa kronologis pada relawan tersebut. Setelah mendapatkan suntikan (tidak diketahui vaksin atau plasebo) pertama pada kegiatan penelitian vaksin Covid-19, bepergian ke luar kota," ujar Kusnandi melalui siaran pers, Kamis (10/9/2020).
Kusnandi menuturkan, pada kunjungan penyuntikan kedua, relawan tersebut secara klinis dinyatakan sehat dan diberikan penyuntikan kedua. Namun, keesokan harinya, relawan yang tak disebutkan identitasnya itu menjalani program tes swab dari Dinas Kesehatan (Dinkes) karena ada riwayat ke luar kota.
"Oleh petugas kemudian dilakukan pengambilan bahan dari apus hidung dan kemudian dikirimkan ke laboratorium BSL-2 milik Dinkes dengan hasil positif. Hasil yang positif tersebut harus disampaikan kepada yang bersangkutan," ujarnya
Kusnandi menyimpulkan, hasil pemeriksaan apus hidung positif bukan berasal dari tim penelitian. "Tapi hasil dari program pemeriksaan swab nasofaring oleh pemerintah dan perlu dilanjutkan dengan pengawasan ketat," tegasnya.
Adapun terhadap orang dengan hasil apus hidung positif dilakukan isolasi mandiri dan terdapat program pemantauan secara ketat setiap harinya. "Selama sembilan hari pemantauan kondisi relawan dalam keadaan baik," ujarnya.
Kusnandi menjelaskan, dalam uji klinis ini terdapat dua kelompok. Ada yang mendapat plasebo dan ada yang mendapat vaksin. Uji klinis ini pun dilakukan dengan prinsip observer blind/tersamar, sehingga tidak diketahui mana yang dapat plasebo dan mana yang dapat vaksin.
Untuk itu, Kusnandi berujar semua relawan tetap diimbau wajib menerapkan protokol pencegahan yang sudah dianjurkan pemerintah.
"Pada yang mendapat vaksin, kekebalan diharapkan paling cepat dua minggu pasca suntikan kedua," ujarnya.
Kusnandi juga mengingatkan agar para relawan uji klinis masih akan dipantau kesehatannya selama enam bulan pasca suntikan terakhir.
"Uji klinis ini masih panjang jalannya, agar kita bersama-sama dapat menjaga privasi dari sukarelawan," katanya.
Advertisement