Ekonomi Indonesia akan Tumbuh Seperti Prediksi Bank Dunia dan IMF

World Bank memperkirakan akhir tahun pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di 0 persen. Sedangkan di 2021 laju pertumbuhan berada di kisaran 4,8 persen.

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Sep 2020, 20:32 WIB
Pandangan udara permukiman warga dan gedung pencakar langit di Jakarta, Senin (27/7/2020). Berbagai sektor di Jakarya yang anjlok akibat Covid-19 antara lain listrik dan gas, perdagangan, pendidikan serta industri olahan. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memperkirakan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di kisaran minus 1 persen sepanjang 2020. Angka tersebut sudah cukup tinggi dibanding negara lain.

"Sehingga dengan tren sampai minus 1 berarti tren positif kita sudah cukup tinggi," kata Airlangga dalam diskusi virtual bertajuk 'Anies Rem Darurat, Ekonomi Tercekat?', di Jakarta, Minggu (13/9/2020).

Lembaga keuangan internasional juga banyak yang memperkirakan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2020. Misalnya saja, IMF memprediksi ekonomi Indonesia tumbuh minus 0,3 persen di 2020, sementara di 2021 pertumbuhan melesat mencapai 6,1 persen.

Kemudian World Bank memperkirakan akhir tahun pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di 0 persen. Sedangkan di 2021 laju pertumbuhan berada di kisaran 4,8 persen.

Selain itu, Asian Development Bank juga mematok target pertumbuhan ekonomi RI di tahun ini minus 1 persen, kemudian di 2021 melesat 5,3 persen.

Selanjutnya OECD memproyeksikan ekonomi Indonesia tumbuh minus 2,8 persen, dan tumbuh di 2021 mencapai 5,2 persen.

"Artinya semua memprediksi kita berada di dalam range minus 1 sampai minus 0,2 di 2020. Range 2021, 4,5 persen sampai 5,5 persen," kata dia.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com


Pertumbuhan Ekonomi Dipatok 5 Persen di 2021

Deretan gedung perkantoran di Jakarta, Senin (27/7/2020). Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan pertumbuhan ekonomi di DKI Jakarta mengalami penurunan sekitar 5,6 persen akibat wabah Covid-19. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Sebelumnya, pemerintah menetapkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5 persen di 2021. Dalam Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (RAPBN), pertumbuhan ekonomi yang ditetapkan berada pada kisaran 4,5 persen sampai 5,5 persen.

"Pertumbuhan ekonomi 4,5 - 5,5 persen tahun 2021 telah ditetapkan titiknya adalah di 5 persen," kata Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, saat rapat bersama Badan Anggaran DPR RI, Jakarta, Jumat (11/9/2020).

 

Bendahara Negara ini mengatakan, keputusan yang diambil dalam kesepakatan Panja sangat tepat. Asumsi pertumbuhan ekonomi di titik 5 persen tersebut menggambarkan antara harapan namun juga kehati-hatian terhadap kondisi 2021.

"Diakui dengan adanya perkembangan Covid terutama akhir-akhir ini kita melihat eskalasi ketidakpastian meningkat untuk tahun 2020 dan masih akan berlangsung di 2021. Sehingga kita memang patut waspada namun tidak kehilangan fokus untuk optimis dalam hadapi masalah," terang dia.

Sementara itu, inflasi dan nilai tukar Rupiah tidak mengalami perubahan dari RAPBN 2021 yang disampaikan sebelumnya. Di mana inflasi dipatok sebesar 3,0 persen dan Rupiah Rp14.600 per USD.

"inflasi 3 persen sesuai RUU yang disampaikan pak presiden. Nilai tukar Rupiah Rp14.600 masih sama yang disampaikan RUU APBN 2021," jelas dia.

Tak hanya itu, tingkat suku bunga SBN 10 tahun, harga minyak mentah Indonesia, lifting minyak bumi juga tidak mengalami perubahan. Di mana masing-masing berada di posisi 7,29 untuk SBN, USD 45 per barel harga minyak mentah Indonesia, dan USD 705 per barel untuk lifting minyak bumi.

"Yang berubah adalah cost recovery yang menurun dari USD 8,5 miliar, menjadi USD 8 miliar. Turun USD 500 juta," jelas dia.

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu melanjutkan, untuk sasaran dan indikator pembangunan tidak banyak berubah dalam RAPBN 2021. Di mana tingkat pengangguran dalam rentang 7,7 - 9,1. Tingkat kemiskinan dalam 9,2 - 9,7, gini ratio indeksnya 0,377-0,379, dan IPM 72,78 - 72,95.

Sementara untuk dua sasaran pembangunan yang juga diminta oleh DPR, Banggar maupun di Komisi XI, yakni tentang nilai tukar petani 102 dan nilai tukar nelayan 104.

"Ini adalah yang jadi basis asumsi kita untuk menghitung dari apbn 2021 dan sekaligus ada beberapa target pembangunan," tandas dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya