7 Pernyataan Jokowi Terkait Penanganan Terkini Kasus Covid-19 di Indonesia

Menurut Jokowi, saat ini pemerintah tengah menyiapkan pusat-pusat karantina Corona Covid-19 di hotel berbintang.

oleh Devira Prastiwi diperbarui 14 Sep 2020, 18:33 WIB
Presiden Jokowi berbincang dengan seorang guru asal Padang, Rika Susi Waty melalui panggilan video call. (YouTube Sekretariat Presiden)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi kembali menyampaikan perkembangan terkait penanganan kasus Corona Covid-19 di Indonesia.

Salah satunya, menurut Jokowi, saat ini pemerintah tengah menyiapkan pusat-pusat karantina Covid-19 di hotel berbintang.

Hal ini disampaikan Jokowi saat membuka rapat terbatas Laporan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, melalui video conference di Istana Merdeka Jakarta, Senin (14/9/2020).

"Kita telah bekerja sama dengan hotel bintang 1 dan 2 untuk menjadi fasilitas karantina. Ini tolong disampaikan," kata Jokowi.

Selain itu, Jokowi juga menegaskan, penanganan kasus Covid-19 di Indonesia tidak bisa dibandingkan dengan negara lain.

Berikut 7 pernyataan Jokowi terkait penanganan terkini kasus Corona Covid-19 di Indonesia dihimpun Liputan6.com:

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


1. Siapkan Hotel Jadi Tempat Karantina Covid-19

Presiden Joko Widodo saat berpidato dalam Bali Fintech Agenda IMF-WB 2018 di Nusa Dua, Bali, Kamis (11/10). Jokowi mengaku mengacu pada kebijakan Amerika Serikat (AS) yang merupakan negara kelahiran internet. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan pemerintah tengah menyiapkan pusat-pusat karantina Covid-19 di hotel berbintang.

Hal ini disampaikan Jokowi saat membuka rapat terbatas Laporan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, melalui video conference di Istana Merdeka Jakarta, Senin (14/9/2020).

"Kita telah bekerja sama dengan hotel bintang 1 dan 2 untuk menjadi fasilitas karantina. Ini tolong disampaikan," kata Jokowi.

Berdasarkan data yang dimilikinya, sudah ada 15 hotel bintang 2 dan 3 di DKI Jakarta dengan kapasitas 3.000 orang untuk dijadikan ruang isolasi Covid-19.

Jokowi pun berupaya agar pemerintah terus bisa menjalin kerja sama dengan pihak hotel lainnya, agar kapasitas terus meningkat.

"Kita jalin kerjasama dengan grup-grup hotel yang ada," tutur Jokowi.

Jokowi menjelaskan, langkah ini diambil agar masyarakat tidak melakukan isolasi mandiri di rumah. Menurut dia, langkah ini penting agar tidak menciptakan kluster baru atau kluster keluarga.

"Pemerintah menyiapkan pusat karantina agar tidak melakukan isolasi mandiri. Ini penting, karena berpotensi menularkan kepada keluarga," kata Jokowi.

 


2. Ruang Pasien Covid-19 Tidak Kekurangan

Petugas medis dari Provinsi Jiangsu bekerja di sebuah bangsal ICU Rumah Sakit Pertama Kota Wuhan di Wuhan, Provinsi Hubei, 22 Februari 2020. Para tenaga medis dari seluruh China telah mengerahkan upaya terbaik mereka untuk mengobati para pasien COVID-19 di rumah sakit tersebut. (Xinhua/Xiao Yijiu)

Jokowi membuka data ketersediaan ruangan pasien terjangkit Covid-19, yang menurutnya saat ini belum ada ancaman kekurangan dan jumlahnya cukup tersedia.

Dia menegaskan, pemerintah terus menambah tempat isolasi Covid-19, khususnya bagi mereka yang tanpa gejala dan ringan seperti di Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet.

"Pemerintah terus menambah tempat isolasi Covid yang tanpa gejala dan yang bergejala ringan, seperti di RSD Wisma Atlet," kata Jokowi.

Dia merinci, RSD Wisma Atlet saat ini masih bisa menampung 2.581 pasien. Selain itu, RSD Wisma Atlet juga masih mempunya ruang untuk gejala ringan sebanyak 858 pasien yang berada di tower 6 dan 1.723 pasien di tower 7.

"Kita juga ada flat isolasi mandiri di Wisma Atlet Kemayoran, masih tersedia kapasitas 4.863 (pasien) di tower 4 dan tower 5, saya kira ini yang perlu terus disampaikan," beber Jokowi.

Selain RSD Wisma Atlet, lajut Jokowi, negara juga memiliki Balai Pelatihan Kesehatan di Ciloto yang dapat memuat 653 orang.

"Itu bisa ditampung di situ dan beberapa di Balkes ada di Batam, Semarang, Makassar terus disiapkan pemerintah," Jokowi menandasi.

 


3. Jangan Buru-Buru Tutup Wilayah

ilustrasi virus corona covid-19copyright by diy13 (Shutterstock)

Jokowi mengatakan, jangan terburu-buru menutup sebuah wilayah untuk menangani penyebaran kasus Covid-19 tanpa berbasis data.

"Saya perlu ingatkan kembali keputusan;keputusan dalam respon penambahan kasus, saya minta semua selalu melihat data sebaran. Jangan buru-buru menutup sebuah kota, wilayah, kabupaten, kalau kita kerja berbasis data," kata Jokowi.

Dia menegaskan, setiap wilayah mempunyai tingkatan. Ada RT/TW, desa, kampung, kelurahan, kecamatan, kota hingga provinsi, yang tidak bisa disamakan penangannya. Sebab dalam sebarannya, zna merah tidak dapat disamaratakan di tiap tingkatan tersebut.

"Ada yang hijau ada kuning, tidak semua ada di zona merah. Misal dalam sebuah provinsi ada 20 kabupten/kota, penanganan jangan digeneralisir," ungkap Jokowi.

Jokowi menuturkan, paling efektif untuk melakukan intervensi pencegahan penularan Covid-19, dengan melakukan pembatasan berskala lokal. Sehingga data didapat lebih efektif dalam menyelesaikan masalah di lapangan.

"Bisa lebih fokus menyelesaikannya. Sekali lagi jangan buru-buru menutup. Strategi intervensi lokal pembatasan skala lokal penanganan lebih detil dan fokus," Jokowi menandasi.

 


4. Penanganan Covid-19 di Indonesia Berbeda

Seorang pasien COVID-19 berbaring telungkup saat perawat menyiapkan suntikan di ICU Rumah Sakit Nasional di Itagua, Paraguay, Senin (7/9/2020). (AP Photo/Jorge Saenz)

Jokowi menegaskan, penanganan kasus Covid-19 di Indonesia tidak bisa dibandingkan dengan negara lain. Menurutnya, Indonesia merupakan negara kepulauan yang beda dengan negara lain.

"Pemahaman Covid sangat penting untuk menangani pandemi Covid di negara kita Indonesia, tidak bisa dibandingkan dengan negara lain yang bukan kepulauan," kata Jokowi.

Jokowi meminta Menteri Kesehatan dan pihak terkait untuk fokus dalam penanganan corona agar angkanya bisa menurun.

"Saya minta menteri kesehatan, komite, satgas untuk fokus dalam penanganan ini sehingga hasilnya setiap minggu bisa kelihatan angka-angkanya," ucap dia.

 


5. Tingkatkan Rata-Rata Kesembuhan Covid-19

Pasien sembuh dari Corona COVID-19 di Surabaya, Jawa Timur (Foto: Dok Pemkot Surabaya)

Jokowi meminta seluruh elemen bergerak, guna meningkatkan rata-rata tingkat kesembuhan akibat Covid-19 di Indonesia. Dia mengatakan angka kesembuhan Indonesia masih di bawah standar angka kesembuhan dunia.

"Pemerintah terus harus bekerja keras untuk meningkatkan kesembuhan, ini penting sekali. Kita sedikit lebih rendah dari kesembuhan dunia, saya kira kita terus mengejar rata-rata kesembuhan global," kata Jokowi.

Jokowi membaca, data per 13 September, jumlah kasus sembuh di Indonesia adalah 155.010 kasus, dengan recovery rate 71 persen.

Sedangkan, rata-rata kasus aktif di Indonesia 25,02 persen atau sedikit lebih tinggi kasus aktif dunia yang mencapai 24,78 persen.

Jokowi menambahkan, selain angka kesembuhan dan jumlah kasus harian, pemerintah terus bekerja keras untuk menurunkan angka kematian akibat Covid-19 di Indonesia yang terus turun dari 4,49 persen di bulan lalu menjadi 3,99 persen.

"Angka ini masih lebih tinggi dari rata-rata angka kematian dunia yang mencapai 3,18 persen, tapi memang angka ini, angka sebesar 3,99 ini mengalami penurunan dari angka kematian seminggu lalu yang berada di angka 4,02 persen," Jokowi menandasi.

 


6. Minta Menkes Terawan Audit Ketersediaan ICU

Pasien sembuh dari Corona COVID-19 di Surabaya, Jawa Timur (Foto: Dok Pemkot Surabaya)

Jokowi tengah merinci ketersediaan tempat tidur dan ICU di seluruh rumah sakit rujukan Covid-19 di Indonesia. Dia pun meminta Menteri Kesehatan Terawan Agus untuk melakukan audit.

"Pastikan ketersediaan tempat tidur dan ICU di rumah sakit rujukan untuk kasus yang berat," kata Jokowi.

"Saya minta Menkes segera melakukan audit," imbuh Jokowi.

Selain audit, lanjut Jokowi, Menkes Terawan diminta melakukan koreksi mengenai protokol keamanan untuk tenaga kesehatan dan pasien. Hal ini dilakukan semata memberi rasa aman bagi mereka dan nyaman bagi pasien.

"Koreksi di seluruh rumah sakit, sehingga betul menjadi tempat yang aman dan bukan jadi klaster penyebaran Covid," Jokowi menandasi.

 


7. Perkecil Ketimpangan Testing Covid-19 di Tiap Provinsi

Pria ini bagikan plasma darahnya setelah sembuh dari Corona Covid-19. (Sumber: Facebook/Reza Huzairi Zayn)

Jokowi meminta kapasitas testing terkait virus Corona Covid-19 merata di tiap provinsi di Indonesia. Dia mendorong, provinsi yang masih di bawah rata-rata agar bisa menyesuaikan.

"Testing, minggu lalu saya sampaikan kapasitas testing antardaerah ini ketimpangannya harus segera diperkecil," kata Jokowi.

Jokowi menyampaikan, testing di Jakarta sudah mencapai 324 ribu, sedangkan di Jawa Timur masih 184 ribu, di Jawa Tengah 162 ribu, dan di Jawa Barat 144 ribu. Sedangkan menurut dia, provinsi lain masih di bawah 100 ribu.

"Jangan sampai ada yang sudah terlalu tinggi dan provinsi lain yang masih jauh di bawahnya," kata dia.

Nemun demikian, Jokowi menyadari, penanganan pandemi di Indonesia tidak bisa secara langsung disamaratakan. Sebab secara geografis satu daerah dan yang lainnya berbeda.

"Negara kita adalah negara kepulauan, bahwa Indonesia adalah negara kepulauan, karena pemahaman Covid-19 sangat penting tidak bisa dibandingkan dengan negara lain yang bukan kepulauan," tandas Jokowi.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya