Liputan6.com, Jakarta - Harga emas melonjak 1 persen pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta). Pendorong kenaikan harga emas ini karena pelemahan dolar AS.
Sementara ekspektasi seputar the Federal Reserve (The Fed) atau Bank Sentral AS akan akan mempertakankan kebijakan dovish pada pekan ini mendorong pesona daya pikat logam mulia safe haven.
Advertisement
Mengutip CNBC, Selasa (15/9/2020), harga emas di pasar spot naik 0,9 persen menjadi USD 1.959,64 per ounce. Sedangkan harga emas berjangka AS naik 1,1 persen menjadi USD 1.969 per ounce.
“Harga emas naik karena dolar AS berada di bawah tekanan. Kami juga melihat Steven Mnuchin menunjukkan bahwa mereka menginginkan semacam kesepakatan stimulus fiskal dilakukan, sehingga akan semakin melemahkan dolar,” kata Phillip Streible, kepala strategi pasar Blue Line Futures di Chicago. Untuk diketahui, Steven Mnuchin adalah menteri keuangan AS.
Indeks Dolar AS turun 0,4 persen terhadap mata uang saingannya. Hal ini tentu saja memperkuat daya tarik emas bagi investor yang memegang mata uang di luar dolar AS.
Harga emas telah naik 29 persen tahun ini didorong oleh stimulus besar-besaran dari bank sentral global untuk memerangi dampak pandemi virus Corona. Investor sekarang mengamati keputusan kebijakan the Fed yang akan dirilis pada hari Rabu.
"The Fed diharapkan untuk mempertahankan tingkat target inflasi dan mereka akan meningkatkan pembelian Quantitative Easing (QE), jadi harga emas akan mendapat dukungan akan hal itu," kata Streible.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Harga Emas Diprediksi Tertahan pada Pekan Ini
Sebelumnya, kenaikan angka inflasi membuat investasi ke surat utang tidak menarik. Alasannya, dengan imbal hasil yang ada saat ini membuat investasi justru negatif. Hal ini tentu saja memberikan ruang bagi harga emas untuk melambung karena investor menjadikan logam mulia sebagai instrumen safe haven.
Namun menurut beberapa analis, harga emas akan tertahan sejenak atau setidaknya akan stabil dalam beberapa waktu ke depan.
Kenaikan harga yang cukup besar dalam beberapa pekan terakhir membuat harga emas diperkirakan belum akan mengalami penguatan lagi. Jika ada kenaikan kemungkinan juga tidak terlalu besar.
Mengutip Kitco, Senin (14/9/2020), analis t Blue Line Futures Phillip Streible menjelaskan, harga emas sedikit tumpul saat ini. Namun memang prospek ke depan masih ada.
"Ada dasar yang kuat sehingga harga emas akan menguat, tapi memang belum saat ini," jelas dia.
Analis Saxo Bank Ole Hansen mengatakan, harga emas memang telah menguat cukup tinggi. Namun menurutnya belum saatnya untuk konsolidasi.
Namun ada juga beberapa analis yang melihat harga emas akan mengalami tekanan saat ini. Hal tersebut terjadi karena kenaikan yang sudah berjalan terlalu besar.
Advertisement