Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak turun pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta) di tengah kekhawatiran pemulihan ekonomi global yang terhenti. Selain itu, penurunan harga minyak juga dipengaruhi oleh langkah Libya yang siap untuk melanjutkan produksi.
Mengutip CNBC, Selasa (15/9/2020), harga minyak mentah Brent turun 35 sen atau 0,9 persen menjadi USD 39,48 per barel. Sementara harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS turun 7 sen atau 0,19 persen menjadi USD 37,26 per barel.
Advertisement
Kedua kontrak harga minyak ini berakhir lebih rendah minggu lalu dan membukukan pelemahan untuk selama dua pekan berturut-turut.
“Sebenarnya badai membuat produksi terhenti di Teluk Meksiko. Namun sepertinya pelaku pasar tidak peduli akan hal itu. Ini menunjukkan betapa buruk situasinya,” kata Direktur Mizuho, New York, Bob Yawger.
Badai Tropis Sally menguat di Teluk Meksiko, sebelah barat Florida, pada Minggu dan siap untuk menjadi badai kategori 2. Badai tersebut mengganggu produksi minyak untuk kedua kalinya dalam waktu kurang dari sebulan setelah Badai Laura melanda wilayah tersebut.
Biasanya harga minyak naik ketika produksi dihentikan, tetapi dengan pandemi virus Corona semakin parah, kekhawatiran permintaan mengemuka, sementara pasokan global terus meningkat.
Jalan menuju pemulihan permintaan bahan bakar global kemungkinan besar akan sulit, kata beberapa eksekutif industri migas.
″ Tingkat infeksi virus Corona meningkat lagi, ada penguncian lokal yang menghambat pertumbuhan ekonomi regional dan jumlah pengangguran gagal turun secara signifikan, "kata Tamas Varga dari PVM.
"Hal ini menyebabkan pertumbuhan permintaan minyak yang suram sehingga harga minyak pun terganggu," jelas dia.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Libya
Di Libya, komandan Khalifa Haftar berkomitmen untuk mengakhiri blokade fasilitas minyak selama berbulan-bulan. Sebuah langkah yang akan menambah lebih banyak pasokan ke pasar.
“Jika produksi Libya segera kembali aktif, kita berbicara tentang 1 juta barel per hari atau lebih. Ini akan menjadi tambahan yang signifikan untuk keseimbangan global, ”kata Bjornar Tonhaugen, kepala analis Rystad Energy.
OPEC dan sekutunya, kelompok yang dikenal sebagai OPEC +, bertemu pada 17 September untuk membahas kepatuhan dengan pemotongan produksi, meskipun analis tidak mengharapkan pengurangan lebih lanjut akan dilakukan.
Advertisement