Iran Diduga Incar Nyawa Dubes AS, Donald Trump Siap Balas 1.000 Kali Lipat

Intelijen AS berkata Iran mengincar Dubes AS di Afrika Selatan untuk membalas kematian Jendral Qasem Soleimani.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 15 Sep 2020, 14:52 WIB
Presiden AS Donald Trump di Konvensi Partai Republik. Dok: AP Photo

Liputan6.com, Washington, D.C. - Pemerintah Iran dilaporkan mengincar nyawa duta besar Amerika Serikat di Afrika Selatan. Intelijen AS menduga Iran ingin membalas kematian Qasem Soleimani pada awal 2020. 

Dubes yang diincar adalah Lana Marks. Ia diduga menjadi target karena posisi bertugasnya yang jauh dari sekutu AS seperti di negara-negara Eropa Barat.

Berdasarkan laporan Politico, Selasa (15/9/2020), intelijen sudah menyadari ancaman kepada Dubes Marks sejak musim semi lalu. Kedubes Iran di Pretoria, ibu kota Afsel, dituding ikut terlibat. Dubes Marks juga sudah diberitahu bahwa nyawanya terancam. 

Kedubes Afsel di Washington, DC., perwakilan Iran di PBB, hingga CIA enggan berkomentar mengenai masalah ini. 

Meski demikian, Presiden AS Donald Trump sudah angkat suara dan mengancam balik Iran via Twitter. Trump berkata akan membalas 1.000 kali lipat. 

Berdasarkan laporan pers, Iran kemungkinan merencanankan pembunuhan, atau serang lain, kepada Amerika Serikat atas pembalasan pembunuhan pemimpin teroris Soleimani," ujar Donald Trump, Selasa (15/9/2020).

"Serangan apapun dari Iran, dalam bentuk apapun, melawan Amerika Serikat akan dihadapi dengan sebuah serangan ke Iran yang memiliki magnitudo 1.000 lebih besar!" lanjut Trump.

Dubes Lana Marks merupakan teman lama Donald Trump. Ia adalah pebisnis tas yang lahir di Afrika Selatan dan bisa bahasa Afrika dan Xhosa. Lana Marks juga sahabat dekat mendiang Putri Diana.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Iran Hukum Gantung Pegulat Navid Afkari yang Klaim Tak Bersalah

Ilustrasi (iStock)

Baru-baru ini, Iran telah mengeksekusi seorang pegulat yang dituduh melakukan pembunuhan, menentang seruan internasional agar dia diampuni.

Navid Afkari, 27, dijatuhi hukuman mati atas pembunuhan seorang penjaga keamanan selama gelombang protes anti-pemerintah di Negeri Persia pada 2018. Dia berkata bahwa dia telah disiksa untuk membuat pengakuan.

Organisasi hak asasi manusia Amnesty International menggambarkan eksekusi Afkari sebagai "mengejek keadilan". 

Dalam rekaman yang bocor yang dirilis oleh grup, Afkari mengatakan: "Jika saya dieksekusi, saya ingin Anda tahu bahwa orang yang tidak bersalah, meskipun dia mencoba dan berjuang dengan sekuat tenaga untuk didengar, telah dieksekusi," demikian seperti dikutip dari BBC, Minggu 13 September 2020.

Afkari dieksekusi dengan digantung di kota Shiraz, Iran selatan, menurut media pemerintah.

Pengacaranya mengatakan bahwa kliennya dilarang menemui keluarganya sebelum kematiannya, seperti yang diwajibkan oleh hukum Iran.

"Apakah Anda terburu-buru untuk melaksanakan hukuman sehingga Anda mencabut kunjungan terakhir Navid?" kata pengacara pegulat Iran itu di Twitter.


Seruan Dunia untuk Hentikan Eksekusi

Ilustrasi hukuman mati atau hukuman gantung (iStockphoto)

Ada banyak seruan untuk menghentikan eksekusi, termasuk dari serikat pekerja yang mewakili 85.000 atlet di seluruh dunia.

Asosiasi Pemain Dunia (the World Players Association) sebelumnya mengatakan, Afkari telah "menjadi sasaran yang tidak adil" karena mengambil bagian dalam protes, dan menyerukan pengusiran Iran dari olahraga dunia jika eksekusi tetap dilanjutkan.

Presiden AS Donald Trump juga memohon belas kasihan, dengan mengatakan "satu-satunya tindakan pegulat itu adalah melakukan demonstrasi anti-pemerintah di jalanan."

Komite Olimpiade Internasional (IOC) menyebut eksekusinya sebagai "berita yang sangat menyedihkan" dan mengatakan pikiran mereka tertuju pada keluarga dan teman-temannya.

"Sangat mengecewakan bahwa permohonan para atlet dari seluruh dunia dan semua pekerjaan di balik layar IOC ... tidak mencapai tujuan kami," kata pernyataan mereka.

Saudara laki-laki Afkari, Vahid dan Habib, dijatuhi hukuman 54 dan 27 tahun penjara dalam kasus yang sama, menurut aktivis hak asasi manusia di Iran.

Dalam rekaman audio yang bocor dari penjara tempat dia ditahan, Afkari mengatakan dia telah disiksa. Ibunya mengatakan bahwa putra-putranya dipaksa untuk bersaksi melawan satu sama lain.

Pengacaranya mengatakan di Twitter, bertentangan dengan laporan berita Iran, tidak ada video momen pembunuhan penjaga keamanan. Dia menambahkan bahwa rekaman yang digunakan sebagai bukti dalam kasus tersebut diambil satu jam sebelum kejahatan terjadi.

Otoritas Iran membantah tuduhan penyiksaan.

Afkari adalah juara nasional gulat, olahraga yang memiliki sejarah panjang dan sangat populer di Iran.Pada 2018, pengunjuk rasa di kota-kota di seluruh Iran turun ke jalan karena kesulitan ekonomi dan penindasan politik.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya