Liputan6.com, Jakarta Komisi Nasional Pengendalian Tembakau (Komnas PT) merilis hasil survei pada 621 responden dan 30 informan dari 25 provinsi terkait awal kecanduan merokok. Alasan beragam dilayangkan informan mulai dari coba-coba hingga alasan butuh inspirasi.
Dari beberapa jawaban, alasan coba-coba cenderung mendominasi. Krisna Puji Rahmayanti, S.I.A., M.P.A. salah satu peneliti menampilkan setidaknya 5 informan memberikan alasan coba-coba.
Advertisement
Berikut pernyataan informan lainnya yang mengaku memulai rokok dengan coba-coba:
“Awalnya coba-coba dulu, iseng, dan makin lama ketagihan,” kata salah satu informan yang disampaikan Krisna dalam webinar Komnas PT, Selasa (15/9/2020).
“Awalnya coba-coba bareng teman-teman akhirnya ketagihan.”
“Dulu awalnya ikut-ikutan temen, coba-coba tapi lama-kelamaan kecanduan sampai sekarang.”
“Awalnya dari pergaulan, nongkrong coba-coba 1 atau 2 batang akhirnya ketagihan.”
“Awalnya coba-coba bersama teman tapi lama-lama jadi enak dan ketagihan.”
Selain coba-coba, beberapa informan juga mengaku ketagihan merokok karena ada satu dan dua alasan yang terkait dengan kebutuhan pribadi.
“Saya butuh kreasi dan inspirasi sambil merokok, setiap orang punya caranya masing-masing. Karena menurut ilmiah rokok itu memperlancar sedikit hormone apa itu. Yang saya rasakan saat ini ya ketika merokok merasa tenang dan enjoy aja,” ujar seorang informan.
Informan lainnya menyatakan alasan merokok “karena aktivitas sehari-hari yang membiasakan saya merokok, ketika santai pasti merokok dan ditemani secangkir kopi. Karena kalau tidak merokok ada sesuatu yang hampa atau bingung mau ngapain. Terkadang kalau merokok, inspirasi dapat muncul.”
Simak Video Berikut Ini:
Pertimbangan Berhenti Merokok
Survei ini juga menunjukkan pertimbangan berhenti merokok demi keluarga dan demi anak. Mayoritas informan mengemukakan bahwa mereka tidak merokok di dekat keluarga dan anak.
“Saya bisa berhenti dulu karena masuk SMA favorit dan agak ketat pelajaran dan temannya. Saya juga punya adik bayi,” kata salah satu informan.
Berikut pernyataan-pernyataan informan lainnya:
“…tapi kalau kumpul dengan orang rumah tidak merokok.”
“Setuju (tidak merokok di rumah) karena di rumah saya ada anak-anak.”
“…berbahaya bagi siapapun di rumah terutama bagi anak kecil dan lansia.”
“Saya lebih setuju merokok tidak di dekat anak kecil.”
“Tiak setuju (merokok di rumah) karena anak-anak tidak kuat asap rokok.”
“Kalau ada anak kecil tidak boleh merokok di dalam rumah.”
“Karena jika merokok di dalam rumah sedangkan banyak anggota keluarga yang tidak merokok bisa membahayakan, karena perokok pasif juga akan berisiko seperti halnya perokok aktif.”
Advertisement