Mahasiswa Unika Atma Jaya Jadi Perwakilan Indonesia di Online Forum ASEAN QA 2020

Mahasiswa Prodi Teknik Industri Unika Atma Jaya menjadi satu-satunya perwakilan Indonesia sebagai panelis dalam Online Forum ASEAN QA 2020.

oleh Camelia diperbarui 15 Sep 2020, 18:49 WIB
foto: Unika Atma Jaya

Liputan6.com, Jakarta Nicolette Kezia, Mahasiswa Prodi Teknik Industri Unika Atma Jaya menjadi satu-satunya perwakilan Indonesia sebagai panelis dalam Online Forum ASEAN QA 2020 bertajuk “Going Digital: Learning from the Learners”. Acara ini dihadiri juga perwakilan dari Mahidol University (Thailand), Phnom Penh International University (Cambodia), Potsdam University (Germany), dan Universiti Tenaga Nasional (Malaysia).

Diskusi ini berfokus pada pengalaman mahasiswa selama perubahan metode belajar dari pembelajaran tatap muka menjadi pembelajaran online dan cara institusi perguruan tinggi melibatkan mahasiswa dalam proses quality assurance (QA).

“Jadi, topiknya ini membahas tentang pembelajaran online learning yang dilakukan akibat pandemi Covid-19 secara global. Karena topiknya “Learning from the Learners” maka narasumbernya adalah murid–murid universitas dari berbagai negara. Ada empat student panelist dari negara lain di forum tersebut seperti Jerman, Kamboja, Thailand, dan Malaysia. Untuk forumnya sendiri dipandu oleh moderator dari Filipina dan Afrika Selatan,” kata Nicolette.

Berawal dari penelitian dan diskusi dengan Kaprodi Teknik Industri Unika Atma Jaya Feliks P. Sejahtera Surbakti, S.T., M.T., Ph.D dan beberapa dosen Prodi Teknik Industri lainnya, Nicolette tertarik mengikuti kegiatan ini dan berhasil lolos menjadi satu-satunya panelis dari Indonesia yang mewakili Unika Atma Jaya.

“Setelah saya membaca tujuan acara dan persyaratan yang dibutuhkan untuk berpartisipasi, menurut saya pribadi acaranya sangat menarik. Forum ini menarik karena umumnya dalam membahas online learning, yang menjadi narasumber adalah para pengajar atau dosen dari universitas. Tetapi forum ini justru membahas dari sudut pandang para murid yang benar–benar merasakan dampak dari online learning ini. Jadi setelah saya pertimbangkan, ini adalah kesempatan baik untuk berpartisipasi dalam acara ini,” ungkap Nicolette.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Dukungan serta bimbingan para dosen

Ia mengaku bahwa forum ini merupakan pengalaman yang sangat berharga, salah satunya menjadi international public speaker. Meski awalnya kurang percaya diri dalam hal public speaking, namun ia mendapat bimbingan dari dosen Prodi Teknik Industri yaitu Maria Magdalena Wahyuni Inderawati, S.Si., M.M dan Riana Magdalena, S.Si., MBA.

“Jadi saya dibimbing bagaimana membahas topik yang diberikan, pemilihan kata, serta bagaimana cara public speaking yang tepat. Dari forum ini juga saya mendapat insight dan saran dari para panelis lain seperti penggunaan aplikasi atau messaging apps yang tepat dan sebagainya,” kata mahasiswa angkatan tahun 2017 tersebut.


Kekurangan online learning

Menurut Nicolette, penerapan online learning tentu memiliki kekurangan, salah satunya dari segi penggunaan platform-platform yang digunakan dan pembagian waktu dalam belajar-mengajar. Namun ia juga mengatakan bahwa hal tersebut merupakan proses adaptasi online learning dan pemakaian conferencing tools yang harus terus ditingkatkan.

“Suatu hal yang wajar apabila ada kekurangan dalam proses adaptasi online learning karena ini merupakan perubahan yang baru. Menurut saya, penerapan flipped learning method juga bisa menjadi alternatif dalam proses belajar-mengajar. Jadi, dilakukan pendekatan pembelajarannya dari group learning lalu ke individual learning. Selain itu ditingkatkan interaksi antara dosen dengan mahasiswa, jadi ada komunikasi dua arah,” jelas Nicolette.


Harapan untuk proses online learning

Nicolette berharap ke depannya setelah berpartisipasi menjadi student panelist dengan berbagi pengalaman dan diskusi mengenai online learning, perguruan tinggi dapat terus mengembangkan pembelajaran digital agar dapat lebih menarik dan interaktif bagi murid ataupun pengajar.

Ia juga berharap agar mahasiswa terus berpartisipasi dalam kegiatan seperti ini dan memberanikan diri untuk keluar dari comfort zone agar dapat meningkatkan kemampuan dirinya.

“Ini menjadi pengalaman, kesempatan dan bekal yang baik buat kita kedepannya. Menurut aku, salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan diri yaitu dengan menantang diri sendiri untuk keluar dari comfort zone kita,” kata Nicolette.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya