Liputan6.com, Jakarta Neas Wanimbo, pemuda 24 tahun asal Wamena, yang berjuang agar bisa mencapai Pendidikan setinggi-tingginya. Di usia 12 tahun, Neas berangkat dari Kampung Tangma merantau ke Jayapura untuk memperbaiki diri, melanjutkan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan akhirnya bisa menyelesaikan pendidikan program sarjana di Tanri Abeng University, Jakarta bermodalkan beasiswa tanpa diketahui oleh orang tuanya.
Selama kuliah, Neas yang berasal dari pedalaman Papua, memiliki potensi luar biasa dan tidak kalah bersaing dengan teman-teman kuliahnya di kampus. Ia mengikuti program seminar mahasiswa Internasional di berbagai negara, mulai dari Amerika, Spanyol, India, Vietnam, Thailand, Malaysia, dan Jepang. Neas keliling dunia bermodalkan brain.
Advertisement
Neas Kembali ke Wamena dengan membawa kebanggaan besar bertopikan toga dan ijazah kelulusan. Tak berhenti sebatas mendapatkan ijazah kelulusan, Neas pun memiliki tekad mulia untuk mendarmabaktikan ilmu dan pengalamannya dengan memandang lebih dari arti penting pendidikan sebagai sebuah modal utama dalam mengatasi persoalan dasar setiap dimensi kehidupan yang lebih baik.
“Karena pendidikan dasar dari semua masalah yang kita hadapi, misalnya pengangguran, kemiskinan, mengelola hutan dan lingkungan termasuk bisnis. Pendidikan tidak berarti harus sekolah, pendidikan berarti pengetahuan untuk kehidupan yang lebih baik,” ungkap Neas.
Latar belakang yang penuh perjuangan membangkitkan sebuah visi dalam diri Neas untuk membuat pintar semua anak Indonesia, terutama yang tidak bisa mengakses Pendidikan dengan baik, dimulai dari kampungnya, Tangma - Wamena.
Inisiasi Hanowene
Mendirikan inisiasi Hanowene (red. Kabar Baik), Neas dan teman-teman mendistribusikan buku-buku ke berbagai daerah di pedalaman Papua untuk memberantas buta aksara dan Literasi di Papua, sejak tahun 2017. Hanowene, memperbaiki Perpustakaan di pedalaman, hingga menjadi sebuah ruang layak belajar, selain mendistribusikan buku-buku.
Selain itu, Ia pun mengungkapkan alasannya turut bergerak mensupport pergerakan perempuan, selain membangun Hanowene.
“Ikut menyuarakan suara perempuan, mensupport pergerakan perempuan karena harapan Neas untuk perempuan Papua juga bisa berkarya terlepas dari keterbatasannya, perempuan harus lebih dari sekedar bekerja di kebun dan dapur. Perempuan Papua harus mencapai cita-citanya setinggi mungkin seperti pilot, dokter, peneliti, profesor, pemimpin daerah, dan sebagainya,” terang Neas.
Impian Neas Wanimbo sosok Inspiratif bagi pemuda Papua sungguh luar biasa, baginya menyejahterakan Indonesia dari Tanah Papua, dimulainya dari Pendidikan. Karena menurutnya, Pendidikan adalah dasar dari penerimaan dan kesuksesan.
Berikut sekilas pengalaman organisasi dan sederet penghargaan Neas Wanimbo yang didapatnya sebagai role model pemuda Tanah Papua bagi generasi muda pada umumnya dan Pemuda Papua pada khususnya.
Advertisement
Prestasi Neas Wanimbo
Pengalaman Berorganisasi diantaranya: Founder and CEO of Hano Wene Papua (2017 - Present) As a Committee Life Matters Course Bogor 2017, Chief and Co-founder of CYD Tanri Abeng University (2016 - 2017), Member of Initiatives of Change (IofC) Indonesia l (2016 - 2018), Member of Papuan Students Union Java and Bali (2013 - 2018), Member of TAU Engineering Students Union (2014 - 2017).
Selain itu, penghargaan yang pernah diraih diantaranya: Award SDG PIPE 2019 in Spain Advancing Partnership for Sustainability Phuket Thailand, Alumnae YSEALI Academy United State of America, Alumnae Civic Engagement at Arizona State University of America, Alumnae Japan School Visit Program in Japan, Best Student Award in Extracurricular at Tanri Abeng University, Got second winner design post card competition on Peace Tival Convey, Got gold medal on futsal tournament of Tanri Abeng University.
(*)