Liputan6.com, Jakarta Pekan ini, Ridwan Kamil bikin heboh masyarakat lantaran mau jadi relawan percobaan vaksin Corona Covid-19. Rupanya ada sejumlah alasan yang membuat Ridwan Kamil tergerak.
Ridwan Kamil menjelaskan, akhir sebuah pandemi adalah manusia punya imunitas. Imunitas itu hanya datang dari vaksin. Masalahnya, vaksin untuk wabah Covid-19 belum ada.
Baca Juga
Advertisement
Ridwan Kamil menjelaskan, saat ini yang ada riset-riset yang hampir selesai dari sejumlah negara seperti Korea, Jerman, dan Tiongkok. Lalu, vaksin Sinovac menjadi salah satu senjata alternatif untuk menjinakkan Covid-19.
Alasan Pertama
Ridwan Kamil menjelaskan ini saat menjadi bintang tamu Podcast Deddy Corbuzier. Video wawancara ini mengudara di kanal YouTube Deddy Corbuzier, Selasa (15/9/2020).
Ridwan membeberkan alasan pertama mau menjadi relawan percobaan vaksin Covid-19. Pertama, ia mengibaratkan wabah Covid-19 ini perang. Musuhnya ada di mana-mana kayak di film Hollywood.
Advertisement
Senjata untuk Melawan Covid-19
“Nih kita mau menembak pakai senjata, la kalau senjatanya hanya dari buatan Tiongkok masa menolak? Keburu mati, kan? Maka kita pakai saja senjata yang ada daripada bilang tunggu dulu dari Eropa, dari Amerika, dari mana,” Ridwan Kamil mengulas.
“Kalau senjatanya enggak ada sama saja bunuh diri. Itulah kenapa harapan satu-satunya mengakhiri yang namanya Covid-19 yang duh, enam bulan capainya luar biasa itu adalah lahirnya vaksin,” imbuh bintang film Dilan 1990 dan Yowis Ben 2.
Moment of Truth
Percobaan vaksin Covid-19 ini melewati jalan terjal lantaran diwarnai kekhawatiran publik, hoaks, dugaan konspirasi, hingga penyusupan identitas digital lewat jarum suntik. Akibatnya, jumlah relawan yang datang hanya sekitar 400 orang. Padahal, yang dibutuhkan 1620.
“Dari situlah moment of truth-nya. Kalau saya tidak ikut jadi relawan, orang enggak percaya karena bahasanya begini: wong pemimpinnya saja tidak yakin, tidak mau, kok rakyat dikorbankan? Kok rakyat jadi kelinci percobaan?” ia membeberkan.
Advertisement
Teringat Nasihat Ibu
Alasan ketiga, mengharukan. Gubernur Jawa Barat yang akrab disapa Kang Emil ini rupanya teringat nasihat ibunya, yakni Tjutju Sukaesih tentang kepemimpinan.
“Kalau ada rezeki rakyat yang di depan, pemimpin belakangan. Tapi kalau ada khawatir, pemimpin yang di depan membereskan khawatir baru rakyat belakangan,” pungkasnya.