Liputan6.com, Jakarta “Kenapa tesnya harus tiga kali?” itulah pertanyaan yang menggenang di benak mayoritas masyarakat terkait uji coba vaksin Covid-19. Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil bereaksi.
Bintang film box office Dilan 1990 dan Yowis Ben 2 menjelaskan, dalam peraturan WHO, uji coba vaksin ada tiga tahap. Tahap pertama, kata Ridwan Kamil, uji coba dengan jumlah peserta di bawah 100.
Baca Juga
Advertisement
“Itu sudah dilakukan di Tiongkok. Tahap kedua, antara 100 sampai 1.000 itu sudah dilakukan. Yang belum dilakukan adalah tes di atas 1.000 orang. Biasanya tes ketiga dilakukan di negara konsumennya, negara penerima,” papar Ridwan Kamil, panjang.
Tes Ketiga
Ia menerangkan ini dalam video bertajuk “Ridwan Kamil, Anda Gila” yang mengudara di kanal YouTube Deddy Corbuzier, Selasa (15/9/2020). Uji coba ketiga yang melibatkan masyarakat tak bermaksud menjadikan mereka kelinci percobaan.
“Itu sudah prosedur bahwa tes ketiga dilakukan di negara penerima. Ya memang namanya juga eksperimen,” beri tahu Gubernur yang akrab di sapa Kang Emil itu. Uji coba dengan melibatkan masyarakat Indonesia amat penting.
Advertisement
Genetik Lain
“Kan genetikanya lain. Jangan-jangan cocok untuk kulit kuning di sana (Tiongkok -red), khawatirnya tidak cocok untuk kulit sawo matang seperti kita. Kenapa jumlahnya 1620, karena kayak teori statistik, ada perhitungannya itu cukup,” imbuhnya.
Kali pertama memutuskan menjadi relawan, Ridwan Kamil mengaku deg-degan. Bahkan, mendapat tentangan dari orang-orang terdekatnya. Salah satunya sang istri, Atalia Praratya Kamil.
Istri Enggak Setuju
“Istri enggak setuju. Semua enggak setuju. Apa yang saya lakukan? Standar anak digital-lah ya, aku nge-Google. Baca (soal) vaksin, efek samping apa-apa dan sebagainya,” beber pria kelahiran Bandung, 4 Oktober 1971.
Langkah kedua, Ridwan Kamil bertanya dan berdiskusi dengan Ketua Tim Peneliti Uji Vaksin Covid-19 Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, Prof. Dr. Kusnandi Rusmil, Sp. AK MM. Hasil diskusi mengerucut pada sebuah asas.
Advertisement
Vaksin dari 2 Hal
“Vaksin datang dari dua hal (saya singkat). Dari virus Covid-19 yang dilemahkan, itu butuh riset tahunan. Risiko kecil tapi riset harus tahunan. Atau yang ekspres, virus dimatikan. Tapi risiko dimatikan, risikonya rendah kan sudah mati,” ujarnya.
Dosis vaksin dari virus yang dimatikan, harus dua kali. “Tidak terlalu banyak, tapi dosisnya harus dua kali karena tidak terlalu kuat kalau satu dosis kan. Karena dirangsangnya seperti itu,” Ridwan Kamil mengakhiri.