Efektivitas Jenis-Jenis Masker Sesuai Rekomendasi WHO untuk Penanganan COVID-19

Berikut efektivitas jenis-jenis masker sesuai rekomendasi WHO untuk penanganan COVID-19.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 16 Sep 2020, 16:40 WIB
Calon penumpang mengenakan masker saat menaiki eskalator di Stasiun MRT Lebak Bulus, Jakarta, Senin (6/4/2020). PT MRT Jakarta tak akan menerima penumpang tanpa menggunakan masker seusai seruan Gubernur DKI Anies Baswedan untuk mencegah penyebaran virus Corona (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito terus mengimbau masyarakat mematuhi protokol kesehatan, salah satunya dengan disiplin pakai masker.

"Kami mohon agar seluruh masyarakat betul-betul disiplin, terutama bagi zona-zona merah atau oranye. Supaya zona-zona ini bisa menjadi lebih baik," ujar Wiku saat konferensi pers di Kantor Presiden, Jakarta, Kamis (10/9/2020).

"Tingkat penularannya bisa ditekan dengan seluruh partisipasi masyarakat, terutama menjalankan protokol kesehatan yang dipastikan juga dengan pengawasan dari pemerintah daerah dan aparat setempat. Masyarakat juga diminta menerapkan 3M, yaitu mencuci tangan, memakai masker dan menjaga jarak."

Dalam penggunaan masker pun dengan kategori yang sesuai agar mampu mencegah penularan virus satu sama lain. Satgas COVID-19 juga telah menyarankan masyarakat dapat menggunakan masker kain berlapis tiga dengan bahan katun. 

Target Satgas COVID-19, paling tidak kepatuhan penggunaan masker berkisar 70 - 75 persen dari populasi di Indonesia akan menekan kasus COVID-19 di Indonesia.

Saksikan Video Menarik Berikut Ini:


Rekomendasi Masker WHO

Personel polisi membagikan masker kepada calon penumpang kereta di area pedestrian Stasiun Terpadu Tanah Abang, Jakarta, Kamis (27/8/2020). Guna menekan penyebaran Covid-19, Polda Metro Jaya dan Kodam Jaya terus mengampanyekan pentingnya menaati protokol kesehatan. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Agar masyarakat dapat menggunakan masker yang tepat, ada beberapa jenis masker yang sudah direkomendasikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam penanganan COVID-19.

Rekomendasi WHO ini tertuang dalam panduan berjudul, Advice on the use of masksin the context of COVID-19. Panduan ini dipublikasikan pada 5 Juni 2020.

Berikut ini tipe masker yang direkomendasikan WHO:

1. Masker medis

Masker medis didefinisikan sebagai masker bedah yang berbentuk datar atau berlipit. Diikat di kepala dengan tali yang mengelilingi telinga atau kepala atau keduanya.

Karakteristik kinerjanya diuji sesuai dengan serangkaian metode uji standar (ASTM F2100, EN 14683, atau setara) yang bertujuan untuk menyeimbangkan filtrasi tinggi, kemampuan bernapas yang memadai, dan opsional, ketahanan penetrasi cairan.

Filtering facepiece respirator (FFR) atau respirator juga dilihat yang mana menawarkan keseimbangan antara filtrasi dan sirkulasi udara. Masker FFR bersertifikat juga harus memastikan pernapasan tanpa hambatan dengan ketahanan maksimum selama menghirup dan mengembuskan napas. 

Masker ini didesain untuk penggunaan tunggal, filtrasi (penyaring) masker medis (setidaknya 95 persen filtrasi tetesan), kemampuan bernapas dan, jika diperlukan, ketahanan cairan, dan lapisan bahan yang diproduksi, seperti polipropilen, polietilen atau selulosa.

Masker medis berbentuk persegi panjang dan terdiri dari tiga atau empat lapisan. Setiap lapisan terdiri dari serat halus hingga sangat halus. Masker ini diuji kemampuannya untuk memblokir tetesan (ukuran 3 mikrometer; standar EN 14683 dan ASTM F2100) dan partikel (berukuran 0,1 mikrometer; standar ASTM F2100).

Selain itu, masker harus menghalangi tetesan dan partikel, pada saat yang bersamaan juga harus punya ruang untuk individu bernapas dengan membiarkan udara lewat. Masker medis adalah perangkat medis yang diatur dan dikategorikan sebagai alat pelindung diri.


Masker FFP

Sebagai bentuk respons cepat, ada 10.000 masker N95 dari BNPB dikirim hari ini Rabu, 29 Januari 2020 untuk WNI di Wuhan dan sekitarnya. (Dok Badan Nasional Penanggulangan Bencana/BNPB)

2. Masker Jenis FFP

Masker jenis FFP termasuk didesain menggunakan FFR Eropa. Studi berjudul What face mask for what use in the context of the COVID-19 pandemic? The French guidelines yang dipublikasikan pada 26 April 2020 di Elsevier Public Health Emergency Collection menunjukkan jenis efektivitas masker FFP.

Jenis masker FFP terdiri atas tiga kategori. Penggunaan masker jenis ini lebih membatasi ketimbang memakai masker bedah. Menurut efisiensi filter dan kebocoran ke wajah, rincian kemampuan filter menyaring virus, antara lain:

a. Masker FFP1, menyaring lebih dari 80 persen aerosol (total kebocoran ke dalam kurang dari 22 persen)  

b. Masker FFP2, menyaring lebih dari 94 persen aerosol (total kebocoran ke dalam kurang dari 8 persen)  

c. Masker FFP3, menyaring lebih dari 99 persen aerosol (total kebocoran ke dalam kurang dari 2 persen)

Waktu pemakaian masker FFP harus sesuai dengan petunjuk pemakaian. Bagaimanapun, harus kurang 8 jam dalam satu hari, tergantung pada kondisi penggunaan dan jenis peralatan perlindungan pernapasan. Masker FFP yang dilepas tidak boleh digunakan kembali.

Masker FFP memiliki tanggal kedaluwarsa yang tidak dapat dijamin keefektifannya. Setelah melewati tanggal kedaluwarsa, masker pelindung pernapasan tidak dapat dijual kembali, disediakan, dijual atau digunakan, bahkan secara gratis. 

 


Masker N95

dr Rahmadi Iwan Guntoro, Sp.P memakai masker N95 di Rumah Sakit Haji, Jakarta, Kamis (9/4/2020). Tenaga medis yang menggunakan alat pelindung diri pada tingkatan perlindungan ketiga, yaitu dokter, perawat, dan petugas laboran (laboratorium). (Liputan6.com/Herman Zakharia)

3. Masker N95

Masker N95 adalah alat pelindung pernapasan yang dirancang untuk mencapai kesesuaian wajah yang sangat dekat dan filtrasi partikel di udara yang sangat efisien. Bagian tepi dirancang untuk membentuk segel di sekitar hidung dan mulut.

Jenis masker N95 biasanya digunakan dalam pengaturan perawatan kesehatan dan bagian dari N95 Filtering Facepiece Respirators (FFRs), sering disebut sebagai N95s.

Masker N95 menawarkan perlindungan lebih dari masker bedah karena dapat menyaring partikel besar dan kecil saat pemakainya menggunakannya. Masker ini dirancang untuk memblokir 95 persen partikel yang sangat kecil. Beberapa masker N95 memiliki katup yang membuat penggunanya lebih mudah bernapas.

Seperti masker bedah, masker N95 digunakan untuk sekali pakai. Namun, para peneliti sedang menguji cara untuk mendisinfeksi masker N95 agar dapat digunakan kembali.

 


Masker Non-medis

Sekelompok milenial PT KCI bernama C-Ranger membagikan masker kepada para pengguna jasa KRL di Stasiun Tanah Abang, Jakarta, Senin (17/8/2020). PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) memperingati Hari Kemerdekaan RI dengan membagikan masker kepada para pengguna jasa KRL. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

4. Masker non-medis

Masker non-medis, yang juga disebut sebagai masker kain terbuat dari berbagai kain, seperti polypropylene. Masker ini dapat juga dibuat dari berbagai kombinasi kain dan tersedia dalam berbagai bentuk.

Kombinasi kain dan bahan yang tidak terbatas menghasilkan filtrasi dan kemampuan bernapas yang bervariasi. Masker non-medis bukanlah alat kesehatan atau alat pelindung diri.

Namun, standar masker non-medis telah dikembangkan oleh Asosiasi Standardisasi Prancis (AFNOR Group) untuk menentukan kinerja minimum dalam hal penyaringan (penyaringan partikel padat minimal 70 persen atau penyaringan tetesan), kemampuan bernapas serta ketahanan inhalasi yang baik.

Penggunaan masker non-medis sebaiknya hanya dipertimbangkan untuk pengendalian sumber (digunakan oleh orang yang terinfeksi) dalam pengaturan komunitas di masyarakat, salah satunya untuk aktivitas tertentu. Misal, saat berada di angkutan umum ketika jarak fisik tidak dapat dipertahankan.

Penggunaan masker kain harus selalu disertai dengan kebersihan tangan yang sering dan jarak fisik.

Filtrasi kain dan masker kain telah terbukti bervariasi antara 0,7 persen dan 60 persen. Semakin tinggi efisiensi filtrasi, semakin banyak penghalang yang disediakan oleh kain.

Masker kain digunakan untuk menghambat tetesan yang dilepaskan saat pemakainya berbicara, batuk atau bersin. Masyarakat dapat memakai masker kain dan membantu mengurangi penyebaran virus.


Masker KN95

Dokter menggunakan APD memeriksa gigi pasien anak di klinik Medikids kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Selasa (7/7/2020). Pelayanan dokter gigi dengan menggunakan APD lengkap untuk memenuhi protokol kesehatan guna mencegah penyebaran covid-19 di era kenormalan baru. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

5. Masker KN95

Ada juga masker KN95 disebut-sebut dapat menggantikan masker N95 bila masker N95 tidak mencukupi. Jenis masker KN95 merupakan masker standar Tiongkok untuk masker respirator yang difilter.

Masker KN95 juga termasuk dalam kelompok masker FFR.

Serupa dengan masker N95, masker KN95 mampu menyaring 95 persen atau lebih partikel yang lebih besar dari 0,3 mikron agar memenuhi syarat. Tidak seperti masker N95, masker KN95 Tiongkok juga harus menjalani uji kesesuaian agar memenuhi syarat untuk penggunaan.

Centers for Disease Control and Prevention telah menerbitkan dan mempertahankan hasil tes untuk lebih dari 120 masker KN95. Hasil menunjukkan masker memenuhi standar penyaringan 95 persen yang sama dengan yang diharapkan dari masker N95 Amerika.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya