Liputan6.com, Jakarta- Pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny telah mengeluarkan pernyataan publik pertamanya setelah diduga keracunan dalam penerbangannya ke Moskow. Navalny mengungkapkan, dirinya sudah bisa bernafas tanpa alat bantu.
Sementara itu, ajudannya mengatakan Navalny berencana kembali ke Rusia setelah sembuh.
Advertisement
Pada 20 Agustus 2020, kritikus vokal Presiden Rusia Vladimir Putin tersebut jatuh sakit dalam penerbangannya dari Kota Tomsk di Siberia ke Moskow untuk mendukung kandidat oposisi dalam pemilihan lokal.
Dalam postingannya via Instagram, Navalny tampak muncul bersama istri dan dua anaknya di rumah sakit Berlin tempat dia diterbangkan untuk perawatan.
"Halo, ini Navalny," tulis Navalny dalam postingan tersebut, seperti dikutip dari AFP, Rabu (16/9/2020).
Dalam foto postingannya tersebut Navalny tampak masih mengenakan pakaian rumah sakit, terlihat kurus dan nyaris tidak tersenyum, sementara istrinya Yulia berseri-seri di sampingnya.
"Kemarin saya bisa bernapas sendiri sepanjang hari," ungkap Navalny, yang memiliki 1,8 juta pengikut di laman Instagram-nya.
"Ini proses yang luar biasa dan diremehkan banyak orang. Saya merekomendasikannya," lanjutnya.
"Aku merindukanmu," kata Navalny, kepada para pendukungnya.
Pakar Jerman sebelumnya mengatakan terdapat "bukti tegas" bahwa tokoh oposisi Rusia tersebut diracuni dengan agen saraf Novichok. Namun Moskow menolak temuan itu, dengan menegaskan bahwa para dokternya tidak menemukan jejak racun.
Saksikan Video Berikut Ini:
Juru Bicara Benarkan Rencana Navalny Kembali ke Rusia
Dalam pernyataan terpisah, Juru bicara Alexei Navalny, Kira Yarmysh mengatakan bahwa pemimpin oposisi Rusia tersebut berencana untuk kembali ke Rusia.
"Tidak ada pilihan lain yang pernah dipertimbangkan," terangnya kepada AFP.
Keracunan yang dicurigai oleh juru kampanye antikorupsi telah memicu kecaman tajam dari para pemimpin Barat. Mereka pun menyerukan penyelidikan menyeluruh dan pihak yang bertanggung jawab untuk diproses ke pengadilan.
Pada 14 September, Jerman menyatakan bahwa laboratorium Prancis dan Swedia telah secara independen mengkonfirmasi temuan para dokter di Berlin bahwa Navalny diracuni dengan Novichok.
Sementara itu, para sekutu Navalny menyebutkan bahwa penggunaan senjata kimia terlarang itu berarti hanya negara Rusia yang bisa bertanggung jawab.
Advertisement