Liputan6.com, Jakarta Center for Disease Control and Prevention (CDC) China mengatakan bahwa beberapa vaksin COVID-19 bisa mulai didistribusikan secara massal di negara itu pada awal November.
Mengutip CGTN, pada Senin pekan ini Wu Guizhen, Kepala Pakar Biosekuriti di CDC China mengatakan bahwa uji coba fase tiga dari vaksin COVID-19 buatan Tiongkok berjalan lancar.
Advertisement
Menurut Wu, China telah memimpin dunia soal penelitian dan pengembangan vaksin COVID-19. Ia menyebut, dari sembilan kandidat vaksin yang telah memasuki uji klinis tahap tiga, lima di antaranya dikembangkan oleh negeri tirai bambu tersebut.
Dikutip dari Mirror pada Kamis (17/9/2020), Wu juga mengatakan bahwa pada bulan April lalu ia juga telah menerima suntikan dan tidak mengalami efek samping.
Selain itu, beberapa waktu lalu juga dilaporkan bahwa sudah ada masyarakat yang mendapatkan suntikan vaksin COVID-19, terlepas dari kekhawatiran para ahli terkait keamanan obat karena pengujian yang belum selesai.
Simak Juga Video Menarik Berikut Ini
Diklaim Aman
Beijing sendiri belum merilis data resmi mengenai serapan vaksin di kelompok domestik seperti pekerja medis, transportasi, dan pekerja pasar bahan makanan.
Namun, China National Biotec Group (CNBG), unit dari Sinopharm telah mengembangkan dua vaksin untuk penggunaan darurat. Sementara itu Sinovac, telah mengonfirmasi mereka telah memberikan puluhan ribu orang untuk diinokulasi.
CNBG menyebut telah memberikan ratusan ribu dosis untuk digunakan dan salah satu vaksin mengharuskan seseorang menerima dua atau tiga suntikan. Diketahui, pimpinan Sinovac, Sinopharm, dan kepala penelitian militer, dilaporkan telah mendapatkan vaksin sejak awal.
"Sejauh ini, di antara orang-orang yang divaksinasi, tidak ada yang sakit dengan penyakit tersebut (COVID-19)," kata Wu pekan ini.
"(Skema vaksinasi) Bekerja dengan sangat baik. Tidak ada efek samping yang terjadi."
Komentar Wu senada dengan pernyataan dari CNBG yang menyatakan pada pekan lalu bahwa tidak ada satu pun dari orang yang divaksinasi dan telah bepergian ke negara berisiko tinggi, mengalami infeksi usai divaksinasi. Selain itu, tidak ada kasus reaksi merugikan yang terlihat.
Advertisement