Liputan6.com, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah pada perdagangan Kamis pekan ini. Investor asing jual saham Rp 445,12 miliar di pasar regular.
Pada penutupan perdagangan saham, Kamis(17/9/2020), IHSG ditutup melemah 20,08 poin atau 0,4 persen ke posisi 5.038,40. Sementara, indeks saham LQ45 juga turun 0,75 persen ke posisi 775,54.
Advertisement
Selama perdagangan, IHSG berada di posisi tertinggi pada level 5.099,57 dan terendah 5.013,18.
Pada sesi penutupan pedagangan, 149 saham menguat tetapi tak mampu mendorong IHSG ke zona hijau. Sedangkan 269 saham melemah sehingga menekan indeks. Di luar itu, 155 saham diam di tempat.
Transaksi perdagangan saham cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham 605.067 kali dengan volume perdagangan 10,2 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 6,7 triliun.
Investor asing jual saham Rp 445,12 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 14.811.
Dari 10 sektor saham pembentuk IHSG, sebagian besar berada di zona merah. Pelemahan dipimpin oleh sektor industri dasar yang anjlok 1,59 persen. Kemudian disusul sektor keuangan turun 0,78 persen dan sektor pertambangan yang turun 0,7 persen.
Saham yang menguat antara lain AKSI yang naik 24,83 persen ke Rp 362 per lembar saham. Kemudian YPAS yang naik 23,87 persen ke Rp 384 per lembar saham dan AISA yang naik 22,61 persen ke Rp 244 per lembar saham.
Saham yang melemah sehingga menekan IHSG antara lain PGJO yang melemah 7,69 persen ke Rp 36 per lembar saham. Kemudian ARGO turun 6,94 persen ke Rp 1.610 per lembar saham dan TRJA turun 6,93 persen ke Rp 188 per lembar.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Faktor Internal dan Eksternal
Melemahnya IHSG pada penutupan hari ini dipengaruhi oleh sejumlah faktor, baik internal maupun eksterna.
Direktur PT.TRFX Garuda Berjangka mengatakan, Ibrahim Assuaibi mengatakan, dari sisi internal, Bank Indonesia (BI) memutuskan mempetahankan suku bunga acuan sebesar 4 persen demi menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah tekanan yang berpotensi masih terjadi di pasar keuangan.
"Namun tidak hanya suku bunga, BI juga mengumumkan bakal menempuh langkah-langkah lanjutan," kata dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (17/9/2020).
Suku bunga fasilitas simpanan alias deposito facility tetap 3,25 persen dan bunga pinjaman atau lending facility sebesar 4,75 persen.
Selain itu, ketidakpastian ekonomi akibat meningkatnya kasus Covid-19 menjadi bumerang bagi perekonomian Indonesia, apalagi kasus tertinggi di Indonesia terutama DKI Jakarta yang merupakan pusat ekonomi dan DKI Jakarta menyumbang 18 persen ekonomi nasional.
"Akibat dari meningkatnya kasus covid-19 tersebut maka Pemerintah DKI Jakarta kembali memperketat pembatasan sosial bersekala besar sejak Senin 11 September 2020 yang sebelumnya sudah memasuki PSBB Masa Transisi," ungkap dia.
Sementara dari sisi eksternal, penilaian optimis Federal Reserve AS tentang pemulihan ekonomi dan meningkatnya toleransi untuk inflasi yang lebih tinggi. Pada pertemuan kebijakannya, The Fed berjanji untuk mempertahankan suku bunga mendekati nol hingga setidaknya akhir 2023 ketika pasar tenaga kerja mencapai lapangan kerja maksimum dan inflasi berada di jalur untuk melebihi target inflasi 2 persen.
"Disamping itu Bank sentral memperkirakan ekonomi akan berkontraksi sebesar 3,7 persen pada tahun 2020, dibandingkan dengan perkiraan penurunan 6,5 persen sebelumnya. Namun pertumbuhan pada tahun 2021 dan 2022 direvisi lebih rendah menjadi 4 persen dan 3 persen dari masing-masing 5 persen dan 3,5 persen.
Advertisement