Terkendali, Nilai Tukar Rupiah Hanya Terdepresiasi 1,58 Persen

Pelemahan rupiah pada Agustus-September 2020 antara lain dipengaruhi masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 17 Sep 2020, 17:30 WIB
Teller menunjukkan mata uang rupiah di bank, Jakarta, Rabu (22/1/2020). Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan penguatan nilai tukar rupiah yang belakangan terjadi terhadap dolar Amerika Serikat sejalan dengan fundamental ekonomi Indonesia dan mekanisme pasar. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Di tengah tingginya tekanan pada Agustus-September 2020, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) relatif terkendali melalui langkah-langkah stabilisasi Bank Indonesia (BI).

“Hingga 16 September 2020, nilai tukar rupiah tercatat depresiasi 1,58 persen secara point to point dibandingkan dengan akhir Juli 2020, atau terdepresiasi 6,42 persen dari akhir Desember 2019,” ujar Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo dalam video konferensi Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan BI - September 2020, Kamis (17/9/2020).

Adapun pelemahan rupiah pada Agustus-September 2020 antara lain dipengaruhi masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan, baik karena faktor global maupun sejumlah risiko domestik.

“Ke depan, Bank Indonesia memandang nilai tukar Rupiah berpotensi kembali menguat seiring levelnya yang secara fundamental masih undervalued didukung inflasi yang rendah dan terkendali, defisit transaksi berjalan yang rendah, daya tarik aset keuangan domestik yang tinggi, dan premi risiko Indonesia yang menurun,” kata Perry.

Untuk itu, lanjut dia, Bank Indonesia terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya dan bekerjanya mekanisme pasar, melalui efektivitas operasi moneter dan ketersediaan likuiditas di pasar.

Saksikan video pilihan berikut ini:


Rupiah Hari Ini

Petugas bank menghitung uang dollar AS di Jakarta, Jumat (20/10). Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) masih belum beranjak dari level Rp 13.500-an per USD. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada hari ini. Rupiah diprediksi bergerak di kisaran Rp14.800 per dolar AS hingga Rp14.950 per dolar AS.

Mengutip Bloomberg, Kamis (17/9/2020), rupiah dibuka di angka 14.795 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang berada di angka 14.843. Pada pukul 10.23 WIB, rupiah berada di 14.840 per dolar AS.

 

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.795 per dolar AS hingga 14.842 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 7,02 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.878 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 14.844 per dolar AS.

Meski dibuka menguat, nilai tukar (kurs) rupiah berpotensi melemah pasca pengumuman hasil rapat The Federal Reserve dimana bank sentral AS tersebut memutuskan menahan suku bunga acuan.

Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan, pagi ini nilai tukar regional bergerak melemah terhadap dolar AS. Indeks saham regional juga mengalami tekanan.

"Pernyataan The Fed yang mengatakan bahwa ekonomi AS berisiko tertekan bila tidak ada stimulus lanjutan dari pemerintah, mungkin yang memberi tekanan ke aset berisiko pagi ini," ujar Ariston dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (17/9/2020).

Seperti diketahui, hingga sekarang pemerintah AS masih belum sepakat dengan parlemen untuk merilis stimulus paket kedua.

Di sisi lain, lanjut Ariston, The Fed juga menjelaskan kemajuan pemulihan ekonomi AS yang mungkin menjadi faktor penguatan dolar AS pagi ini.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya