Liputan6.com, Jakarta - Pandemi Covid-19 tidak mengurangi minat angel investor untuk menyuntik dana ke startup atau perusahaan rintisan. Bahkan kabarnya, para investor justru makin rajin investasi di startup.
Investasi tersebut dilakukan dengan penuh hati-hati dan selektif dalam pemilihan startup. Demikian dikatakan oleh Mantan CEO Indosat Ooredoo Alexander Rusli yang kini juga merupakan angel investor.
Baca Juga
Advertisement
Alex, begitu biasa dipanggil, mengakui saat ini masih banyak investor baik di luar maupun dalam negeri yang mencari perusahaan rintisan untuk disuntik dana.
Dikatakan Alex, perusahaan penyuntik dana membuat startup kian besar dan maju.
"Tujuan perusahaan konvensional berinvestasi di startup selain mencari potensi pendapatan dari non-core bisnis yang selama ini digeluti, juga mencari teknologi atau inovasi yang mungkin bisa dikolaborasikan dengan bisnis yang dijalankan selama ini," kata Alex.
Menurutnya, perusahaan konvensional mau menyuntikkan dana kepada startup yang tahan terhadap dampak pandemi.
"Mereka akan memilih perusahaan rintisan yang tidak bakar uang dan memiliki profitabilitas yang jelas untuk beberapa tahun kedepan. Seperti startup yang mengerjakan segmen business to business," katanya.
Salah satunya, kata Alex, adalah startup Redkendi yang disuntik dana oleh Alexander Rusli.
Alasan Investasi
Ia pun membeberkan alasan mengapa dia berinvestasi di startup Redkendi. "Karena target market yang dibidik perusahaan rintisan tersebut jelas dengan menyasar target market business to business yang berpotensi memiliki profitabilitas lebih jelas di masa mendatang," tuturnya.
“Investor sekarang lebih selektif. Seperti BCA atau Telkom yang ikut berinvestasi di perusahaan rintisan. Mereka akan sangat berhati-hati dalam berinvestasi di perusahaan rintisan," kata Alex.
Lebih lanjut dia menyebut, ketika perusahaan konvensional berinvestasi, mereka banyak menimbang risiko dan potensi bahwa bisnis startup yang akan diinves bisa sinergi dengan bisnis perusahaan. Investasi pun, kata Alex, dilakukan secara bertahap.
"Kalau mereka confident, investasi besar baru mereka keluarkan. Jadi wajar saja jika saat ini Telkom, BCA atau BRI berinvestasi di startup,” terang Alex.
Untuk meminimalisasi risiko berinvestasi di perusahaan rintisan, perusahaan besar seperti Telkom, BCA dan BRI tak akan masuk ke tahap awal. Disebutkannya, perusahaan konvensional akan masuk di stage tengah.
Advertisement
Keuntungan Investasi di Early Stage
Namun Alex mengakui, dirinya lebih senang berinvestasi di tahap awal. Meskipun lebih banyak risiko dan effort, dana yang diinvestasikan lebih sedikit tetapi potensi keuntungan lebih besar.
Untuk itu, guna meminimalisasi risiko investasinya, Alex mengaku, perlu ikut terlibat langsung di dalam startup yang disuntik dana.
“Memang ketika masuk di stage awal kita bisa mengatur arah perusahaan. Beda jika kita masuk di stage tengah atau akhir. Akan sulit kita mengatur arah perusahaan. Karena sistem mereka sudah berjalan. Karena sistimnya sudah berjalan dengan baik maka risikonya juga rendah. Karena risiko rendah keuntungan yang didapat juga tak akan eksponensial,” kata Alex.
Alex pun bercerita, ketika memimpin di perusahaan sebelumnya, ia memutuskan melakukan investasi awal di Grab. Pada saat Alex meninggalkan perusahaan lamanya, investasi yang ditanamkan di Grab sudah tumbuh 5 kali lipat.
Jika investor saat ini ingin berinvestasi di perusahaan yang sudah mature, Alex memperkirakan keuntungannya mungkin tak akan terlalu tinggi lagi.
“Susah saat ini memperkirakan keuntungan yang akan diperoleh ketika hendak masuk ke perusahan yang sudah mature. Karena valuasi mereka saat ini sudah sangat tinggi, mencapai USD 10 miliar. Meski demikian investor masih berpotensi mendapatkan keuntungan jika saat ini mereka ingin masuk ke startup yang sudah mature,” katanya.
(Tin/Why)