Liputan6.com, Yogyakarta- Pameran sepatu sneakers dan merek lokal terbesar bertajuk SOLEVACATION kembali digelar di mal Ambarrukmo Plaza Yogyakarta pada 17 sampai 20 September 2020. Perhelatan yang memasuki tahun ketiga ini mengambil tema SOLEVACATION 5.0 “Balance Of The Senses”.
“Tema relevan dengan kondisi saat ini, SOLEVACATION bisa menjadi penyeimbang untuk sektor ekonomi kreatif di tengah pandemi Covid-19,” ujar Gabriel Bayu Co Founder SOLEVACATION.
Ia memaparkan SOLEVACATION mengirimkan pesan kepada para audiens yang hadir tentang keseimbangan berproses menggunakan lima panca indera. Tema ini juga sejalan dengan kondisi masyarakat yang tetap harus menangani pandemi Covid-19 secara seimbang.
Baca Juga
Advertisement
Pameran sepatu terbesar di mal Yogyakarta diikuti 60 tenant pada tahun ini berbeda dengan tahun sebelumnya. Pandemi Covid-19 membuat perhelatan luring dilakukan dengan protokol kesehatan yang ketat.
“Kami ingin ini bisa menjadi role model untuk event organizer yang ingin menyelenggarakan pameran offline di tengah pandemi,” kata Tirta Mandira Hudhi, pengaggas SOLEVACATION.
Protokol kesehatan yang ketat untuk mencegah penyebaran Covid-19 pun diterapkan dalam pameran ini. Protokol yang dimaksud, meliputi:
1. Seluruh orang yang masuk ke dalam areal pameran akan dideteksi suhu tubuhnya dan wajib memakai masker.
2. Hand sanitizer di setiap meja tenant dan pembatasan jumlah penjaga tenant atau booth, maksimal dua orang.
3. Relawan yang bertugas juga mengikuti rapid test atau tes cepat sebelum dan setelah acara.
4. Crowd atau kepadatan di dalam real pameran juga dibatasi, maksimal 350 orang per Mereka juga bertugas menentukan crowd atau kepadatan pengunjung di dalam areal pameran.
5. Tersedia tenaga kesehatan dan tim dokter berjumlah tujuh sampai delapan orang di dalam areal pameran.
6. Seluruh transaksi menggunakan barcode dan cashless atau non-tunai.
7. Disinfeksi areal pameran dilakukan setiap tiga jam sekali, mulai pukul 12.00 WIB.
Menurut Tirta pameran sepatu ini bisa memicu gerak sektor perekonomian mikro, termasuk pekerja lepas harian di sebuah event organizer. Ia juga tidak bermaksud menciptakan kerumunan melalui perhelatan di mal Yogyakarta ini, melainkan bisa menjadi contoh penyelenggaraan event luring dengan protokol kesehatan ketat.