Liputan6.com, Jakarta - Pansos jadi istilah yang belakangan digunakan masyakat Indonesia, terutama anak muda, di media sosial. Sebutan itu ditujukan bagi mereka yang berusaha memperbaiki derajat sosial.
Cara yang dipakai agar makin tenar sangat banyak. Meski begitu, metode pada umumnya adalah menumpang 'kendaraan' tertentu dan menciptakan kehebohan.
Advertisement
Sepak bola merupakan salah satu 'kendaraan' yang bisa dibonceng. Di panggung dunia, jumlah individu yang berusaha meningkatkan popularitas sudah tidak mungkin dihitung menggunakan jari.
Namun, ada beberapa yang layak disebut. Model Paraguay Larissa Riquelme berjanji lari di pusat kota Asuncion dalam keadaan bugil dan tubuh dicat dengan warna bendera tanah kelahiran.
Asalkan Paraguay menjuarai Piala Dunia 2010, atau minimal mengalahkan Spanyol di perempat final.
Kedua syarat tersebut tidak terpenuhi. Toh Riquelme tetap melakukannya. Reputasinya pun melonjak. Kini Riquelme tercatat sebagai salah satu model dengan bayaran tertingi di Paraguay.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini
Kinsey Wolanski
Riquelme bukan satu-satunya nama yang membuat kehebohan dengan janji. Model majalah pria dewasa Playboy Jessica Lopes siap bugil jika klub kesayangannya Chelsea juara Liga Champions 2020.
Natalya Nemchinova bersedia tampil di depan kamera tanpa sehelai benang asalkan Rusia memenangkan Piala Dunia 2018. Jangankan event besar, Arcelia Bravo bersedia difoto polos kalau Meksiko menaklukkan Amerika Serikat pada laga kualifikasi Piala Konfederasi, 2015 lalu.
Namun tidak semua pencipta sensasi itu memakai nazar. Kinsey Wolanski memilih langsung bertindak dan berlari ke tengah lapangan pada final Liga Champions 2019 menggunakan pakaian minim untuk menciptakan sensasi.
Sejak aksinya itu, follower-nya di media sosial meningkat dari 300 ribu menjadi dua juta lebih.
Advertisement
Aksi Pansos Aktris Yunani
Jauh sebelum media sosial muncul, tiga aktris Yunani juga coba menggunakan sepak bola untuk meningkatkan popularitas. Keberhasilan Panathinaikos mencapai laga puncak Piala Champions 1971 membuka kesempatan bagi mereka.
Zeta Apostolou merupakan wajah langganan di televisi dan film Yunani. Dia sudah membintangi lebih dari 40 film.
Jelang laga itu, dia siap mengajak kiper Panathinaikos Takis Economopoulos menghabiskan akhir pekan di Kreta jika tidak kebobolan pada final melawan Ajax Amsterdam.
Zoe Laskari, Putri Yunani 1959 yang kemudian jadi bintang film, juga mengucap nazar meski tawarannya terbilang ambigu. "Saya akan selamanya menciumi pemain," ujarnya.
Sementara penyanyi Zozo Sapountzaki mengajak seluruh anggota tim menghabiskan akhir pekan tidak terlupakan di kediamannya. Syaratnya Panathinaikos jadi juara Eropa.
Pada jaman sekarang, tawaran tiga aktris tersebut terbilang normal karena tidak vulgar. Namun, proposal nazar mereka tetap menjadi skandal di negara konservatif dan religius seperti Yunani. Apalagi saat itu masih 1971.
Dengan semua mungkin terjadi di lapangan, sehingga ada anggapan 'bola itu bundar', ada kemungkinan ketiganya harus memenuhi janji.
Kenyataannya, Ajax yang dipimpin Johan Cruyff terlalu tangguh bagi Panathinaikos. Mereka tumbang 0-2 di Wembley.
Padahal ekspektasi Yunani begitu besar. Terlebih melihat capaian Panathinaikos saat itu.
Sepak Terjang Panathinaikos
Jika koefisien UEFA sudah diterapkan, Yunani hanya lebih baik dari negara mini seperti Malta, Albania, dan Luksemburg. Panathinaikos juga tidak punya rekor baik di Eropa dan hanya menang tiga kali pada partisipasi sebelumnya di Piala Champions.
Namun, mereka mampu menyingkirkan juara Cekoslovakia (Slovan Bratislava), Inggris (Everton), dan Yugoslavia (Red Star Belgrade) dalam perjalanan menuju final. Penampilan pada semifinal jadi perhatian.
Tumbang 1-4 di markas lawan, anak asuh Ferenc Puskas menang 3-0 pada laga kedua untuk unggul agregat gol tandang. Menteri Olahraga Constantinos Aslanidis menyebut hari pertandingan sebagai event nasional. Sementara istri kepala negara Yunani kala itu, Despina Papadopoulos menggelar resepsi untuk menghormati pemain.
Seluruh warga Yunani terkena demam sepak bola menyusul capaian Panathinaikos. Tidak heran jika Apostolou, Laskari, Sapountraki saat itu juga coba menggunakan momentum.
Advertisement