Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral negara ASEAN bersama Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan yang tergabung dalam forum ASEAN+3 menyepakati beberapa langkah penguatan terhadap kerja sama Chiang Mai Initiative Multilateralisation (CMIM[1]).
Hal ini untuk meningkatkan efektifitasnya sebagai instrumen guna mendukung ketahanan ekonomi dan keuangan regional, pada pertemuan yang berlangsung secara virtual pada 18 September 2020.
Advertisement
Adapun langkah penguatan tersebut antara lain peningkatan porsi fasilitas CMIM IMF De-Linked Portion (IDLP)[2] dari semula 30 persen menjadi 40 persen dan penambahan komponen mata uang lokal negara-negara anggota ASEAN+3 pada fasilitas CMIM.
"Kesepakatan tersebut menandai peringatan 10 tahun kerja sama CMIM sebagai salah satu komponen penting dalam jaring pengaman keuangan global," dikutip dari laman bi.go.id, Sabtu (19/9/2020).
Negara-negara yang tergabung forum ASEAN+3 juga menggarisbawahi pentingnya peningkatan kerja sama keuangan regional untuk memperkuat ketahanan ekonomi dan keuangan di kawasan, terutama di tengah kondisi pandemi Covid-19.
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, pada kesempatan tersebut menyampaikan bahwa pandemi Covid-19 telah menimbulkan ketidakpastian prospek ekonomi dan keuangan ke depan.
Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden RI Joko Widodo melakukan penanganan Covid-19 secara komprehensif. Perry Warjiyo juga menekankan bahwa koordinasi dan kerja sama di antara pemangku kebijakan merupakan kunci utama.
Sejalan dengan itu, Bank Indonesia akan terus memperkuat sinergi antara ekspansi moneter dan akselerasi stimulus fiskal Pemerintah. Melalui partisipasi Bank Indonesia dalam membiayai pengeluaran pemerintah untuk penanganan Covid-19, diharapkan Pemerintah dapat lebih memfokuskan perhatiannya pada upaya akselerasi realisasi APBN untuk mendorong pemulihan perekonomian nasional, termasuk dalam mendukung UMKM.
Pertemuan tersebut juga dihadiri oleh beberapa lembaga internasional, yaitu ASEAN+3 Macroeconomic Research Office (AMRO), Asian Development Bank (ADB), dan International Monetary Fund (IMF), sebagai mitra ASEAN+3.
Kehadiran lembaga-lembaga tersebut dimaksudkan untuk memberikan pandangan mengenai kondisi ekonomi dan keuangan terkini, baik regional maupun global, serta rekomendasi kebijakan yang dapat diambil untuk mengatasi dampak dari pandemi Covid-19.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
BI Tahan Suku Bunga Acuan pada Level 4 Persen
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada 16-17 Agustus 2020 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate atau suku bunga acuan di 4 persen.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, keputusan ini mempertimbangkan hasil assessment ekonomi global, ekonomi domestik, kondisi eksternal, nilai tukar, inflasi, stabilitas sistem keuangan maupun sistem pembayaran.
“Rapat dewan Gubernur Bank Indonesia pada tanggal 16 dan 17 September 2020 memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan Bi 7 day reverse repo rate sebesar 4 persen. Demikian juga deposit facility tetap sebesar 3,25 persen dan suku bunga lending facility tetap sebesar 4,75 persen,” kata Perry dalam video konferensi Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan BI - September 2020, Kamis (17/9/2020).
Keputusan ini, lanjut Perry, mempertimbangkan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah inflasi yang diperkirakan tetap rendah.
“Untuk mendorong pemulihan ekonomi dari dampak pandemi covid 19 Bank Indonesia menekankan pada jalur kuantitas melalui penyediaan likuiditas. Termasuk dukungan BI kepada pemerintah dalam mempercepat realisasi APBN tahun 2020,” tutur Perry.
Advertisement