Liputan6.com, Jakarta Denyut jantung rupanya menjadi lebih cepat saat seseorang mengalami hipoksia. Hipoksia adalah kondisi rendahnya kadar oksigen dalam tubuh. Akibatnya, sel dan jaringan tidak dapat berfungsi optimal.
"Kondisi hipoksia membuat jantung biasanya berdetak lebih kencang (cepat)," kata dokter spesialis jantung dan pembuluh darah Vito A Damay kepada Health Liputan6.com melalui pesan singkat, ditulis Senin (21/9/2020).
"Kenapa jadi lebih cepat? Karena dia (jantung) butuh oksigen lebih banyak. Maka, jantung berusaha memompa (darah) lebih banyak."
Advertisement
Vito melanjutkan, jantung berusaha memompa darah lebih banyak saat tubuh hipoksia bisa sampai 100-an kali per menit.
"Dalam semenit saat istirahat, biasanya jantung memompa 60 sampai 70 kali. Kalau saat hipoksia, mungkin memompa 90 sampai 10-an kali per menit," lanjutnya.
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Waspada Happy Hypoxia
Akhir-akhir ini cukup ramai diperbincangkan hipoksia yang diam-diam tidak dirasakan gejalanya bagi pasien COVID-19. Istilah happy hypoxia muncul, yang mana kondisi penurunan kadar oksigen dalam rendah, tanpa disertai keluhan sesak yang nyata.
Nilai saturasi normal oksigen dalam darah 95 sampai 100 persen. Ketika terjadi hipoksia, nilai saturasi bisa di bawah 95 persen, bahkan di bawah 70 persen.
"Kapan kita harus waspada? Kalau kita batuk-batuk, badan terasa lemas, dan ujung jari kebiruan. Untuk mengetahui, apakah kita alami hipoksia atau tidak, bisa dengan menggunakan alat pulse oxymeter," tambah Vito yang berpraktik di Hospital Siloam Lippo Village Karawaci.
Lebih lanjut, Vito mengatakan, orang yang merasa sehat atau terlihat sehat bisa saja mengalami happy hypoxia.
"Itulah sebabnya mungkin butuh pemeriksaan lebih lanjut. Tentunya, untuk kebaikan Anda sendiri," ujar Vito dalam video Instagram pribadinya.
Advertisement