Bentuk Penyesuaian Diri, Positif bagi Anak Tunanetra

Setiap orang memiliki bentuk penyesuaian diri yang berbeda. Begitu pula anak dengan tunanetra memiliki proses penyesuaian diri yang berbeda dengan anak awas atau non disabilitas.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 21 Sep 2020, 20:00 WIB
Murid SLB Mekar Sari 1 Cibinong saat mengikuti pelatihan membatik, Cibinong, Bogor, Jawa Barat, Rabu (18/9/2019). Ekstrakurikuler yang rutin dilaksanakan seminggu sekali ini untuk membekali para siswa keterampilan membatik. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta Setiap orang memiliki bentuk penyesuaian diri yang berbeda. Begitu pula anak dengan tunanetra memiliki proses penyesuaian diri yang berbeda dengan anak awas atau non disabilitas.

“Penyesuaian diri yang dilakukan oleh seseorang tentu memiliki bentuk-bentuk tertentu. Secara umum, bentuk dari penyesuaian diri dibagi menjadi dua, yaitu penyesuaian diri yang positif dan penyesuaian diri yang negatif (Enung Fatimah, 2006: 195-198),” tulis peneliti  Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Ginanjar Rohmat.

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dijelaskan bahwa bila seseorang memiliki penyesuaian diri yang positif, berarti orang tersebut berhasil dalam menyesuaikan diri. Sebaliknya, bila seseorang memiliki penyesuaian diri yang negatif, berarti orang tersebut mengalami kegagalan dalam menyesuaikan diri, tambahnya.

Simak Video Berikut Ini:


Penyesuaian Diri Positif Anak Tunanetra

Seorang anak tunanetra yang sedang menempuh pendidikan di sekolah akan menunjukkan tanda-tanda tertentu bila berhasil dalam menyesuaikan diri.

“M. Nur Ghufron & Rini Risnawita S (2014: 52) menyatakan bahwa seseorang dikatakan berhasil menyesuaikan diri bila orang tersebut dapat mencapai kepuasan dalam usahanya memenuhi kebutuhan, mengatasi ketegangan, bebas dari berbagai masalah psikologis, frustasi, dan konflik,” dikutip pada Senin (21/9/2020).

Pendapat tersebut menjelaskan bahwa seseorang yang berhasil mengatasi ketegangan, frustasi, konflik, dan merasa puas dengan usaha yang telah dilakukan, orang tersebut dapat dikatakan berhasil dalam menyesuaikan diri atau memiliki penyesuaian diri yang positif.

Bila seseorang bebas dari ketegangan, mekanisme pertahanan dirinya tepat, bebas dari frustasi, mengarahkan diri berdasarkan pertimbangan yang rasional, mampu belajar dari pengalaman, dan bersikap realistik dan objektif, maka orang tersebut dikatakan memiliki penyesuaian diri yang positif (Enung Fatimah, 2006: 195).

Masih menurut Enung Fatimah (2006: 196-197), bentuk penyesuaian diri yang positif adalah menghadapi masalah secara langsung, melakukan eksplorasi, melakukan trial and error, melakukan substitusi (mencari pengganti) untuk memperoleh penyesuaian, penyesuaian diri dengan belajar, mengendalikan diri (inhibisi), dan melakukan perencanaan yang cermat.

 


Infografis Disabilitas

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya