Tradisi Pernikahan Betawi yang Tetap Hidup

Para palang pintu mempelai wanita membuka percakapan dengan pantun yang menantang centeng mempelai lelaki. Usai berbalas pantun, mereka berkelahi. Sebuah tradisi yang mencoba bertahan di tengah zaman modern.

oleh Liputan6 diperbarui 22 Okt 2002, 19:45 WIB
Liputan6.com, Jakarta: Wajah Jojo sedikit tegang. Dia berjalan agak canggung menuju kediaman calon istrinya. Kendati di kiri-kanannya ada bapak dan ibu yang menemani plus rombongan calon mempelai pria, Jojo tetap merasa kurang nyaman. Rasa-rasanya, dia kepingin segera melewati prosesi tersebut dan segera bergabung dengan sang istri.

Hari itu memang sangat istimewa bagi Jojo. Dengan iringan musik gambang kromong yang mengalunkan lagu-lagu Betawi, termasuk Kicir-Kicir, Jojo dan keluarganya bermaksud melakukan ijab kabul di rumah calon mempelai wanita. Untuk sampai ke sana, selain musik tradisional, rombongan Jojo juga diiringi bunyi-bunyian petasan. Prosesi ini disebut Mapagin.

Sesampai di rumah wanita, rombongan Jojo tak serta merta diperbolehkan masuk oleh tuan rumah. Sebab, mempelai wanita punya jagoan-jagoan yang harus dilewati centeng kepunyaan Jojo. Jagoan tersebut biasa disebut palang pintu. Dalam tradisi masyarakat Betawi, upacara ini disebut Buka Palang Pintu.

Para palang pintu mempelai wanita kemudian membuka percakapan dengan sejumlah pantun yang maksudnya menantang mempelai lelaki untuk melewati mayat mereka jika ingin menikah dengan si perempuan pilihan. Jagoan mempelai pria ternyata juga pandai membalas pantun palang pintu. Usai berbalas pantun, mereka berkelahi. Hasilnya bisa ditebak: jagoan mempelai pria memenangkan perkelahian dan Jojo pun bisa menikahi wanita pujaan.

Setelah diperbolehkan masuk ke rumah wanita, rombongan Jojo memberikan sejumlah barang yang dibawa dari rumah. Di antaranya adalah mas kawin, sepasang roti buaya, dan tak lupa sirih yang di dalamnya berisi uang, gambir, pala, kapur, serta pinang. Barang-barang tersebut melambangkan pahit, getir, dan manisnya kehidupan berumah tangga. Dengan kata lain, suami istri harus bisa menerima suka dan duka dari sebuah perkawinan. Sementara roti buaya memiliki arti sebagai simbol kesetiaan yang abadi.

Sehabis seserahan baru dilaksanakan akad nikah. Seusai yang disebut terakhir ini, Jojo baru bisa bernapas lega. Soalnya, dia sudah dibolehkan membuka cadar sang istri. Ini dimaksudkan untuk memastikan mempelai wanita adalah benar si pujaan hati atau bukan. Kemudian mempelai perempuan mencium tangan pengantin pria. Mereka pun diizinkan duduk bersanding di pelaminan. Upacara ini diiringi sejumlah tarian khas Jakarta buat menghibur kedua mempelai. Selanjutnya adalah pembacaan doa plus wejangan agar pasangan tersebut berbahagia hingga akhir hayat.(SID/Liputan 6 SCTV)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya